Selasa, 19 Juni 2012

2. Untuk Apa Manusia Beribadah ?

Khutbah Jum'at Drs. St. Mukhlis Denros
di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 24 April 2009




اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” [Al Isra’ 17 ; 70]

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam menjalankan kehidupan ini selalu dalam bimbingan-Nya, Amin. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini kehidupan yang penuh arti melalui iman dan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi yaitu kampung akherat. Taqwa yang sungguh-sungguh itulah kelak akan mendapat tempat yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Seorang petani walaupun terkuras tenaganya, keringatnya bercucuran, rasa letih bukan kepalang, tapi karena yang dilakukan sebagai kewajibannya untuk memenuhi nafkah keluarga maka dia akan bekerja penuh tanggungjawab walaupun tenaga dan keringat sebagai imbalannya.

Demikian pula dengan ibadah kepada Allah yang kita lakukan harus tahu untuk apa gunanya kita beribadah, apakah dengan tidak beribadah itu untuk Allah atau untuk manusia, kalau ibadah itu untuk Allah berarti Dia membutuhkan dan bersandar kepada manusia.

Sebenarnya ibadah itu untuk manusia, mau iman ataupun kafir seluruh manusia di bumi tidak akan meninggikan atau merendahkan Allah.

Untuk apa manusia beribadah ? Inilah pertanyaan yang membutuhkan jawaban agar ibadah yang kita lakukan, dikerjakan dengan baik dan motivasi yang benar pula.

1. Beribadah Untuk Membina Pribadi
Asal kejadian dan pribadi manusia adalah baik, sebagaimana firman Allah,

”Sungguh Kami telah menciptakan manusia itu dalam sebaik-baik kejadian” [ At Tin 95; 4] kalau kita bandingkan kejadian kita dengan makhluk Allah yang lain sungguh manusia berada dalam bentuk yang baik, fisik maupun bathinya.

Disamping itu manusiapun makhluk yang mulia dan dimuliakan Allah dengan memberikan bekal dalam kehidupan, baik yang berada di laut ataupun di darat, Al Isra’ 17 ; 70 membenarkannya,
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”

Dalam sebuah hadits Nabi bersabda, ”Tidak dilahirkan seseorang anak melainkan dalam keadaan suci dari dosa” [HR. Muslim].

Keberadaan manusia yang baik, mulia dan suci tadi akan jatuh ke tempat yang paling rendah karena memperturutkan hawa nafsu atau melakukan dosa, baik besar ataupun kecil, dalam surat At Tin Allah menjelaskan pada ayat 5 ,
”Kemudian Kami jatuhkan dia ke tempat yang paling rendah”,

Kehancuran dapat pulih kembali kepada posisi semula dengan melakukan ibadah kepada Allah,
”Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh [mereka tidak direndahkan] bagi mereka ganjaran yang tidak putus”.[At Tin 95; 6-7]

2. Beribadah Untuk Menyukseskan Tugas Khalifah
kelahiran manusia di dunia ini mengemban tugas mulia yaitu sebagai hamba Allah sekaligus sebagai Khalifah Allah yang berkewajiban mengelola, memelihara dan memanfaatkan alam ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al An’am 6;165,
”Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat”.

Tugas ini hendaklah dilaksanakan dengan kesungguhan hati sehingga segala apa yang diamanatkan Allah berhasil sesuai dengan tujuan, surat Al Haj 22;78 Allah berfirman,
”Dan berjuanglah kamu pada jalan Allah dengan berjuang yang sungguh-sungguh”.

Kekhalifahan yang disandang manusia memiliki sekup dan tingkat yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dalam sebuah sabdanya Rasulullah pernah mengatakan, ”Setiap kamu adalah pemimpin, isteri adalah pemimpin rumah tangga dan harta suaminya, suami adalah pemimpin keluarga, seorang budak memimpin amanat yang disampaikan oleh majikannya yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah”.

Dalam HR Ibnu Hibban beliau bersabda, ”Sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin tentang apa –apa yang ia pimpin, apakah ia memeliharanya ataukah menyia-nyiakan, sehingga seseorang akan ditanyai tentang urusan keluarganya”.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pengamalan islam yang disebut dengan ibadah bukan sekedar urusan shalat, zakat, puasa, haji atau kegiatan dogmatis dan ritual lainnya tapi segala dinamika aktifitas kehidupan manusia untuk mengolah alam sesuai dengan tata aturan, sesuai dengan nilai yang ditunjukkan-Nya. Bila seorang khalifah tidak beriman dan tidak suka beribadah kepada Allah kemungkinan besar penyelewengan jabatan dan kedudukan akan terjadi; seorang kepala keluarga akan mengabaikan anak dan isterinya, seorang buruh atau karyawan akan menyelewengkan amanat majikannya, seorang pimpinan perusahaan akan melakukan korupsi dan manipulasi yang merugikan bangsa dan negara.

Bila suami tidak beribadah kepada Allah tentu dia akan melakukan perbuatan di luar aturan demi memenuhi keinginan isteri tercinta, bila ini terjadi berarti tugas kekhalifahan mengalami kehancuran karena dia diperbudak oleh hawa nafsu dan sebaliknya akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akherat bila tugas kekhalifahan didasari pengabdian kepada Allah, tercapainya kebahagiaan berarti suksesnya tugas khalifah. Dengan demikian berarti ibadah bertujuan untuk menyukseskan khalifah.

Dalam menyelesaikan tugas hidup ini manusia harus berhati-hati agar tugas yang disandangnya berhasil dengan baik dan sempurna. Ketika Mu’adz bin Jabbal dilantik sebagai Gubernur di Yaman, pesan Rasulullah yaitu;
1. Perbaharuilah perahumu karena laut yang akan dilalui sangatlah dalamnya, yang dimaksud Rasulullah dengan perahu yaitu hati/ jiwa.
2. Perbanyaklah bekal karena perjalanan sangat jauh, bekal disini artinya amal shaleh.
3. Kurangi beban karena perjalanan menakutkan, nabi menjelaskan bahwa beban yaitu kesalahan dan dosa.
4. Ikhlaskan niat karena pengintai lebih awas dan tegas, pengintai yang dimaksud adalah malaikat.

Agar kehidupan dan tugas kekhalifahan untuk hari esok lebih baik dari hari ini, sebagai peringatan Allah menyampaikan dalam Al Hasyar 59;18,
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah tiap pribadi memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok [akherat] dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” .

3. Beribadah Mencari Keridhaan Allah
Ibadah yang dilakukan bila dimotori dan dimotivasi selain kepada Allah maka nilainya kecil di hadapan Allah bahkan hilang sama sekali, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah 2;272,
”Dan tidak boleh kamu menafkahkan sesuatu melainkan untuk mencari keridhaan Allah”.

Jalan untuk mencapai keridhaan Allah tidak lain beribadah dengan ikhlas sebanyak-banyaknya, Al Baqarah 2;195 menerangkan,
”Berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik”.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah

KRITERIA IBADAH
Seorang hamba Allah yang telah rela mengangkat saksi, ”Tidak ada Ilah selain dari Allah dan Muhammad utusan Allah”, maka dipundaknya terpikul kewajiban untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah, baik secara umum maupun secara khusus, Allah berfirman,
”Tidak Kami ciptakan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku’’ [Adz Dzariyat;56].

a. Ibadah dalam arti khusus seperti shalat, zakat, puasa dan haji, sedangkan secara umum ialah seluruh aktivitas seseorang hamba yang dilakukan tidak bertentangan dengan aturan Allah.

b. Ibnu Taimiyah mengatakan, ibadah ialah semua kebaikan yang disengangi Allah.

c. Dalam pengabdian kepada Allah banyak manusia yang memperoleh hanya haus dan laparnya saja dikala puasa, capeknya saja dari rukuk dan sujud, ibadahnya sia-sia karena tidak disandarkan kepada tujuan yang ikhlas.

d. Ulama Salaf berpendapat, kerapkali amal yang kecil menjadi besar karena niatnya, dan sering pula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya.

Sebagai hamba punya kewajiban pengabdian kepada Khaliqnya sebagai penguasa, raja dan pencipta. Hak mutlak Allah ialah tempat pengabdian bagi seorang hamba, bukan berarti bila manusia tidak menyembah kepada-Nya lalu wibawa dan kekuasaan Allah luntur atau hilang. Dalam Hadits Qudsi dinyatakan, ”Andai seluruh isi langit dan bumi serta apa yang ada disekitarnya tunduk dan patuh merendah kepada Allah, tidaklah akan meninggikan nama Allah”, demikian pula sebaliknya, ”Walaupun seluruh isi langit dan bumi kafir, ingkar dan durhaka kepada Allah, maka tidak akan menghilangkan ketinggian Allah”.

Keimanan seorang hamba hanya untuk keselamatannya, demikian pula keingkarannya akan tetap kembali kepadanya, namun Allah mengeluarkan ultimatum, bila manusia tidak beriman dan menyembah kepadanya;
”....Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih” [An Nisa’ ;173].

Ibadah yang ikhlaslah yang akan diperhitungkan Allah walaupun sedikit serta tidak disaksikan orang lain,
”Sekiranya kamu terangkan apa yang ada dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah akan memperhitungkan kamu juga” [Al Baqarah; 284]

Tidak ada artinya bila ibadah tersebut disandarkan kepada yang lainnya, disamping beribadah kepada Allah, juga kepada makhluk, jabatan serta kemegahan, hal ini disebut musyrik, menserikatkan Allah, masih mencari tandingan-tandingan lain selain Allah
”Jika kamu mensekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” [Az Zumar;65].

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Disamping tatacara ibadah yang dilaksanakan kepada Allah disandarkan kepada yang lainnya, ada pula ibadah yang dilakukan kepada Allah, tetapi tatacaranya jauh menyimpang dari aturan yang diajarkan Allah dan Rasulnya, penuh dengan kurafat, tahyul dan bid’wah, pengabdian inipun tidak ada artinya, ”Siapa yang membuat aturan baru dalam syari’at agama kami ini dengan suatu aturan yang tidak terdapat sandaran dalil, maka dia ditolak” [HR. Bukhari dan Muslim].


فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar