Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Munawarah
Sraya Atas
Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
17 Jumadil Awal 1437. H/ 26 Februari 2016.M
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ
جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Marilah kita bersyukur
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya
kepada kita semua sehingga dapat menghadiri panggilan Allah pada siang ini
yaitu melaksanakan shalat jum’at yang merupakan sebagian kecil kewajiban yang
harus kita lakukan, shalawat dan salam tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam , selaku Rasul Allah yang telah berjuang
untuk menyelamatkan hidup manusia di dunia ini
yang berpedomankan pada Al Qur’an dan Sunnahnya.
Kemudian marilah kita selalu meningkatkan kualitas iman
dan taqwa kita kepada Allah dengan melaksanakan ibadah rutin dari shalat satu
ke shalat berikutnya, dari jum’at satu ke jum’at berikutnya dari ramadhan tahun
lalu menuju ramadhan berikutnya, yang semua itu sebagai bekal hidup dan
sebaik-baik bekal hidup di dunia ini
adalah taqwa.
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Imam Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin
menyebutan hadits RasulullahShalallahu
Alaihi Wasallam sebagai berikut;
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ
وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ .
[رواه البخاري ومسلم]
“Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Agama adalah nasehat, kami
berkata : Kepada siapa ? beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya,
Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Menyampaikan kebenaran kepada orang lain
merupakan beban yang harus dilakukan, beban itu disebut dengan amar ma’ruf nahi
mungkar yaitu mengajak orang berbuat baik dan melarang dari kemungkaran, bahasa
yang tepatnya adalah Dakwah Ilallah yaitu mengajak orang ke jalan Allah.
“Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”[Ali Imran 3:110].
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa
RasulullahShalallahu Alaihi Wasallam
pernah ditanya: “Apakah kita akan dihancurkan walaupun di antara kita
terdapat orang-orang sholihin.”? Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. menjawab, “Ya”, bila terdapat banyak
kebobrokan atau keburukan. Allah Subhanahu
Wa Ta’alamenegaskan dalam surat Huud ayat 117;
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan
membinasakan negeri-negeri secara zhalim sedang penduduknya orang-orang yang
melakukan ishlah (perbaikan).
Di
antara ciri manusia yang tidak akan merugi adalah sebagaimana yang diungkap
dalam surat Al-Ashr, yaitu senantiasa saling menasihati dengan kebenaran
(saling menasihati untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah) dan
saling menasihati dengan kesabaran (maksudnya saling menasihati untuk bersabar
menanggung musibah atau ujian). Surat ini amat penting sehingga ada riwayat
dari Imam At-Thabrani dari Ubaidillah bin Hafsh yang menyatakan bahwa dua orang
sahabat nabi bila bertemu, maka tidak berpisah kecuali membaca surat Al-Ashr,
kemudian mengucapkan salam untuk perpisahan.
“demi masa.Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.”[Al Ashr 103;1-3]
Imam
As-Syafi’i pernah mengatakan: “Seandainya manusia mau merenungi kandungan
surat Al-Ashr, pasti cukuplah itu bagi kehidupan mereka.”.
Di
antara hak seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bila dimintai nasihat
oleh saudaranya tentang sesuatu maka ia harus memberinya, dalam artian ia harus
menjelaskan kepada saudaranya itu apa yang baik dan benar. Dalam sebuah hadits
disebutkan:“Bila salah seorang dari kamu meminta nasihat kepada saudaranya
maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat.” (HR Bukhari)
Dalam
hadits lain disebutkan:“Agama adalah nasihat bagi Allah, bagi Rasul-Nya,
untuk para pemimpin umat Islam dan untuk para orang awamnya.”( H.R
Bukhari)
Maksud
hadits di atas adalah:Agama adalah nasihat, maksudnya bahwa sendi dan tiang
tegaknya agama adalah nasihat. Tanpa saling menasihati antara umat Islam maka
agama tidak akan tegak.
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Agama
adalah nasihat bagi Allah Shalallahu Alaihi Wasallam.artinya: Sendi agama
adalah beriman kepada-Nya, tunduk dan berserah diri kepada-Nya lahir dan batin,
mencintai-Nya dengan beramal shalih dan mentaati-Nya, menjauhi semua
larangan-Nya serta berusaha untuk mengembalikan orang-orang yang durhaka agar
bertaubat dan kembali kepada-Nya.
Agama
adalah nasihat bagi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. maksudnya: sendi
tegaknya agama adalah dengan meyakini kebenaran risalahnya, mengimani semua
ajarannya, mengagungkannya, mendukung agamanya menghidupkan sunnah-sunnahnya
dengan mempelajarinya dan mengajarkannya, berakhlaq dengan akhlaqnya, mencintai
keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya.
Agama
adalah nasihat bagi para pemimpin umat Islam, maksudnya adalah bahwa tegaknya
agama dengan mendukung dan mentaati mereka dalam kebenaran, mengingatkan mereka
dengan kelembutan bila lalai atau lengah, meluruskan mereka bila salah.
Agama
adalah nasihat bagi orang awam dari umat Islam (rakyat biasa bukan pemimpin),
maksudnya bahwa tegaknya agama hanyalah dengan memberikan kasih sayang kepada
orang-orang kecil, memperhatikan kepentingan mereka, mengajari apa-apa yang
bermanfaat bagi mereka dan menjauhkan semua hal yang membahayakan mereka .
Dr. Saad Riyadh dalam bukunya berjudul
Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam,
menyatakan, Dalam banyak hadits, Rasulullah mendorong untuk menyampaikan ajaran
beliau kepada orang yang tidak tahu.
Pada suatu hari,
Zaid bin Tsabit terlihat baru saja keluar dari istana Marwan pada tengah hari.
Orang-orang yang melihatnya berkata satu sama lain, “Dia dipanggil pada waktu seperti ini tentu karena ada masalah yang
ditanyakan kepadanya.” Orang-orangpun akhirnya mendatanginya dan bertanya.
Kemudian Zaid menjawab,”Benar, dia menanyai saya tentang beberapa hal yang
penah saya dengar dari Rasulullah saw. Saya pernah mendengar beliau
bersabda,”Semoga Allah mencerahkan seseorang yang mendengarkan sebuah hadits
dari saya, menghafalnya, lalu menyampaikannya kepada orang lain. Karena
barangkali ada orang yang membawa ilmu dan menyampaikannya kepada orang yang
lebih mampu mencerna ilmu itu dibandingkan dirinya.Dan barangkali ada orang
yang membawa ilmu tapi dia sendiri tidak memahaminya” [HR. Tirmidzi].
Abu Darda berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda,”Semoga Allah mencerahkan seseorang yang mendengarkan suatu hadits
dari saya lalu menyampaikannya kepada orang lain sebagaimana ia mendengarnya.
Betapa banyak orang yang diberi tahu lebih faham dari orang yang mendengar
lansung. Ada tiga hal yang tidak membuat sakit hati seseorang muslim; ikhlas
dalam beramal, memberi nasehat kepada setiap muslim, dan senantiasa bersama
dengan jamaah kaum muslimin, sebab doa mereka selalu melindungi mereka.”
[HR. Ad Darimi].
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Jika kita telah berusaha mencegah
gunjingan dan hasutan di antara manusia, adakalanya orang yang kita ajak kepada
kebaikan dan kita cegah dari keburukan itu malah mencela dan marah kepada kita.
Apakah kita berdosa karena kemarahannya, walaupun itu salah seorang orang tua
kita?Apakah kita tetap harus mencegah mereka atau membiarkan hal yang tidak
kita perlukan dalam hal ini?Kami mohon jawaban, semoga Allah menunjuki Syaikh.
Jawaban; Di antara kewajiban-kewajiban terpenting adalah
amar ma'ruf dan nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan),
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
"Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,
mencegah dari yang mungkar."
[At-Taubah 9: 71].
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,"Barangsiapa
di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan
tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka
dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman".
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits-hadits lainnya
yang menunjukkan wajibnya menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar serta
tercelanya orang yang meninggalkannya. Maka hendaknya anda sekalian, setiap
mukmin dan mukminah, menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, walaupun orang
yang anda ingkari itu marah, bahkan sekalipun mereka mencerca kalian, kalian
harus tetap sabar, sebagaimana para rasul alaihis Salam dan yang mengikuti
mereka dengan kebaikan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada
NabiNya ;"Maka bersabarlah kamu
seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah
bersabar" [Al-Ahqaf 46: 35].
Dan firmanNya;"Dan
bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
[Al-Anfal 6: 46]
Serta firmanNya yang menceritakan Luqmanul Haqim, bahwa ia
berkata kepada anaknya. “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." [Luqman 31: 17]
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Tidak
diragukan lagi, bahwa lurus dan konsistennya masyarakat adalah karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala kemudian karena amar ma'ruf dan nahi mungkar, dan bahwa
rusak serta berpecah belahnya masyarakat yang mengakibatkan potensialnya
kedatangan siksaan yang bisa menimpa semua orang adalah disebabkan oleh
meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Sebagaimana diriwayatkan dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,"Sesungguhnya manusia itu bila melihat
kemungkaran tapi tidak mengingkarinya, maka dikhaivatirkan Allah akan
menimpakan siksaNya yang juga menimpa mereka.”.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala pun telah memperingatkan para hambaNya dengan sejarah kaum
kuffar Bani Israil yang disebutkan dalam firmanNya, "Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan
Daud dan (Isa putera Maryam.Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan
mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka
perbuat itu." [Al-Ma'idah 5: 78-79].
Semoga
Allah menunjuki semua kaum muslim, baik penguasa maupun rakyat jelata untuk
tetap menegakkan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya, dan semoga Allah
memperbaiki kondisi mereka dan menyelamatkan semuanya dari faktor-faktor yang
bisa mendatangkan kemurkaanNya.
Sebenarnya
menyampaikan kebenaran tidaklah besar resikonya karena kita hanya
menyampaikannya saja, sedangkan untuk diterima atau tidak apa yang kita
sampaikan itu urusan orang tersebut, tapi nahi mungkar yaitu mencegah
kemungkaran memang mengandung resiko, sebab kita akan berhadapan lansung dengan
pelakunya bahkan akan terjadi tindakan prontal untuk saling melumpuhkan.H.Muh.Nur
Abdurrahman mengungkapkan beberapa kasus yang berkaitan dengan menyampaikan
kebenaran kepada orang lain, ada cara dan taktiknya agar kebenaran itu diterima
oleh orang lain.
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Menghimbau
atau mengajak di satu pihak dengan menyuruh dan mencegah di lain pihak
mempunyai perbedaan yang menyolok. Kalau yang dihadapi di luar jalur kontrol
kita, maka kita tidak dapat menyurhnya ataupun mencegahnya.Kita hanya dapat
menyuruh ataupun mencegah seseorang apabila dia itu di dalam jalur kontrol
kita.Contohnya si Ali yang bupati dalam kedudukannya sebagai bupati dapat
memerintah ataupun menyuruh si Alwi yang camat dalam urusan pemerintahan, oleh
karena si Alwi yang camat berada dalam garis komando si Ali yang bupati. Akan
tetapi si Ali yang sama tidak dapat memerintah si Alwi dalam hal pergi
memancing ikan, karena dalam hal ini si Alwi sebagai individu tidak lagi berada
dalam jalur kontrol si Ali sebagai individu. Maka sebagai individu si Ali
paling-paling hanya dapat mengajak ataupun menghimbau si Alwi sebagai seorang
individu untuk pergi memancing.
Saya
teringat suatu kejadian satu generasi sebelum saya, seorang muballigh datang
kepada seorang gallarang yang peminum yang sedang minum.Muballigh tersebut
langsung melarang si gallarang minum tuak."Hai tuan gallarang jangan minum
tuak, itu haram", muballigh melarang. "Apa nukana (apa katamu)",
bentak sang gallarang, "he Anu alleanga' ballo' siguci (bawa kemari
seguci tuak)". Kemudian tuak seguci itu dituangkan ke tubuh sang
muballigh. "He, ini mandilah tuak". Ada pula seorang imam kalau ia
mendapat laporan di sebuah tempat ada pattujuang, maksudnya pesta minum tuak,
yang istilah sekarang tuak party, sang imam mendatangi tempat itu lalu
menantang mereka: "Inai rewa anrinni (siapa yang berani melawan di
sini)". Dan kalau jagonya peminum ada yang berani, sang imam yang
juga jago silat, dalam tempo yang singkat, namun sengit, segera dapat
melumpuhkan si jago tuak. Setelah pertarungan itu selesai, sang imam baru
mengeluarkan perintah melarang minum minuman keras itu.
Pada
kasus yang pertama, sang muballigh seharusnya mengaplikasikan fungsionalisasi
ajaran Islam itu dengan cara menghimbau. Untuk itu ada metodenya menurut Al
Quran: “himbaulah ke dalam
jalan Maha Pengaturmu dengan bijak dan informasi yang jelas dan berdiskusilah
dengan mereka itu dengan sebaik-baiknya.”[An Nahl 16;125].
Sedangkan
pada kasus yang kedua, sang imam lebih dahulu menanamkan wibawa untuk
meletakkan para peminum itu di bawah jalur kontrol sang imam. Sesudah jalur
kontrol itu diperolehnya barulah ia melarang minum tuak. Jadi sang imam dalam
rangka fungsionalisasi ajaran Islam ia memakai jalur nahie munkar mencegah
kemungkaran, dengan mekanisme pertarungan fisik.
Maka
menyeru kepada kebaikan itu dihadapkan kepada mereka yang diluar jalur kontrol,
dengan metode da'wah: bijak, informasi yang baik dan diskusi. Sedangkan
menyuruh yang ma'ruf utamanya mencegah yang mungkar haruslah diciptakan jalur
kontrol terlebih dahulu, tegasnya penting adanya mekanisme yang menutup
kesempatan berbuat curang.Ibarat mekanisme berupa tudung saji untuk melindungi
makanan atau sajian dari terkaman kucing. Jadi fungsionalisasi ajaran Islam itu
haruslah berupa gabungan antara memperbaiki niat manusia dengan yad'uwna ila
lkhayr, dan mekanisme untuk menutup kesempatan dalam rangka nahi mungkar, oleh
karena berbuat jahat itu penyebabnya adalah kombinasi antara niat yang jahat
dan kesempatan yang terbuka lebar.
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Suatu
ketika cucu Rasulullah yang bernama Hasan dan Husen menyaksikan seorang nenek
yang sedang berwudhu, namun wuhdu'nya tidaklah sesuai dengan apa yang diajarkan
oleh Rasulullah, untuk menegur nenek ini tentu suatu hal mustahil, maka mereka
mendatangi nenek itu pada waktu yang lain sambil pura-pura bertengkar, sang
nenek berperan sebagai penengah. Mereka mengatakan bahwa setiap berwudhu'
selalu ribut karena masing-masing saling menyalahkan, Hasan menyatakan bahwa
cara wudhu'nya yang baik dan sebaliknya Husen juga mengaku dialah yang paling benar. Akhirnya secara bergiliran
keduanya memperagakan kemampuannya berwudhu' sedangkan sang nenek bertindak
sebagai juri. Ketika keduanya sudah menampilkan praktek berwudhu' di hadapan
sang nenek, lansung sang nenek menangis dan mengatakan bahwa kedua cucu Rasul
itu bagus dan benar cara wudhu'nya sedangkan nenek yang salah, mulai saat itu
sang nenek memperbaiki cara berwudhu'nya.
Pada suatu
hari Rasulullah kedatangan seorang tamu dari pegunungan, dia datang lansung
masuk masjid dan buang air kecil di pojok masjid itu, melihat hal demikian
sahabat pada marah, ada yang akan menebas kepalanya, ada pula yang menawarkan
diri untuk mengusir orang itu dari masjid, semuanya marah melihat kelakuan
pemuda pegunungan itu. Rasulullah lalu mengambil seember air dan menyiram bekas
pipis itu kemudian mendekatinya dan bertanya,"Apa yang anda lakukan dan
anda mau kemana". Pemuda itu mengatkan bahwa dia sedang mencari seorang
Nabi bernama Muhammad, maka berkenalanlah dia dengan Rasul terus menyatakan
diri sebagai muslim.
Ketika
akan kembali ke desanya sang pemuda itu berdo'a,"Ya Allah kini saya sudah
bertemu dengan nabi-Mu dan saya telah sebagai muslim, ya Allah masukkanlah saya
dan Muhammad ke dalam syurga-Mu, sedangkan yang marah-marah tadi jangan".
Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;159, ”Maka disebabkan rahmat Allah dan karena
Allahlah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya’.
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Menyampaikan
kebenaran kepada orang lain, kalaulah orang lain tersebut lebih rendah usianya
dari kita, lebih rendah atau selevel pendidikannya, mungkin juga lebih rendah
status sosialnya maka mudah kita untuk menyampaikannya, tapi menyampaikan
kebenaran kepada orang yang lebih tinggi social dan pendidikannya dari kita
sangatlah sulit bisa dilakukan, karena takut atau segan sehingga kebenaran itu
tidak tersampaikan. Namun amar ma’ruf nahi mungkar bukan hanya dengan lisan
atau bertatap muka saja tapi dapat dilakukan dengan dialok bersama, bertanya
tentang sesuatu hal dalam sebuah pengajian padahal kita sudah tahu jawabnya,
tapi jawaban itu sebenarnya untuk orang lain yang juga hadir.
Dakwah
atau menyampaikan kebenaran juga bisa dengan meminjamkan buku-buku, majalah
atau bahan bacaan yang menarik, sehingga kebenaran itu akan sampai kepada orang
lain melalui aktivitas membaca, bahan bacaan adalah guru yang bijaksana, dia
akan merubah pemikiran seseorang, memberi ilmu kepada seseorang yang membacanya
tanpa merasa digurui. Wallahu
A’lam.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُ
Literatur:
1.
Al
Qur’an dan terjemahannya, Depag RI
2.
Imam
Nawawi, Hadits Arbain.
3.
Dr.
Saad Riyadh Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
4.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin
Baz, Mengajak
Kepada Kebaikan Harus Dilaksanakan Walaupun Yang Diajaknya Marah, almanhaj.or.id, Kamis, 21 Juni 2007 14:44:38 WIB
5.
.Muh.Nur Abdurrahman, Menghimbau Kepada Kebaikan, Menyuruh yang
Ma'ruf dan Mencegah yang Mungkar Makassar, 13 Juni 1993
6. Mukhlis
Denros, Kumpulan Ceramah Praktis, 2009
7. Budayakan
Saling Menasehati, dakwatuna.com14/5/2009
| 20 Jumadil Awal 1430 H