Minggu, 28 Februari 2016

154. Agama Adalah Nasehat



Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Munawarah
 Sraya Atas
Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
17 Jumadil Awal 1437. H/ 26 Februari  2016.M



اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
            Marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dapat menghadiri panggilan Allah pada siang ini yaitu melaksanakan shalat jum’at yang merupakan sebagian kecil kewajiban yang harus kita lakukan, shalawat dan salam tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam , selaku Rasul Allah yang telah berjuang untuk menyelamatkan hidup manusia di dunia ini  yang berpedomankan pada Al Qur’an dan Sunnahnya.

Kemudian marilah kita selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah dengan melaksanakan ibadah rutin dari shalat satu ke shalat berikutnya, dari jum’at satu ke jum’at berikutnya dari ramadhan tahun lalu menuju ramadhan berikutnya, yang semua itu sebagai bekal hidup dan sebaik-baik bekal  hidup di dunia ini adalah taqwa.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Imam Nawawi dalam bukunya Riyadush Shalihin menyebutan hadits RasulullahShalallahu Alaihi Wasallam sebagai berikut;

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ   وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ .
[رواه البخاري ومسلم]
“Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa ?  beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Menyampaikan kebenaran kepada orang lain merupakan beban yang harus dilakukan, beban itu disebut dengan amar ma’ruf nahi mungkar yaitu mengajak orang berbuat baik dan melarang dari kemungkaran, bahasa yang tepatnya adalah Dakwah Ilallah yaitu mengajak orang ke jalan Allah.
 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”[Ali Imran 3:110].

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa RasulullahShalallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya: “Apakah kita akan dihancurkan walaupun di antara kita terdapat orang-orang sholihin.”? Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. menjawab, “Ya”, bila terdapat banyak kebobrokan atau keburukan. Allah Subhanahu Wa Ta’alamenegaskan dalam surat Huud ayat 117;
 “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim sedang penduduknya orang-orang yang melakukan ishlah (perbaikan).

Di antara ciri manusia yang tidak akan merugi adalah sebagaimana yang diungkap dalam surat Al-Ashr, yaitu senantiasa saling menasihati dengan kebenaran (saling menasihati untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah) dan saling menasihati dengan kesabaran (maksudnya saling menasihati untuk bersabar menanggung musibah atau ujian). Surat ini amat penting sehingga ada riwayat dari Imam At-Thabrani dari Ubaidillah bin Hafsh yang menyatakan bahwa dua orang sahabat nabi bila bertemu, maka tidak berpisah kecuali membaca surat Al-Ashr, kemudian mengucapkan salam untuk perpisahan.
 “demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”[Al Ashr 103;1-3]

Imam As-Syafi’i pernah mengatakan: “Seandainya manusia mau merenungi kandungan surat Al-Ashr, pasti cukuplah itu bagi kehidupan mereka.”.
Di antara hak seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bila dimintai nasihat oleh saudaranya tentang sesuatu maka ia harus memberinya, dalam artian ia harus menjelaskan kepada saudaranya itu apa yang baik dan benar. Dalam sebuah hadits disebutkan:“Bila salah seorang dari kamu meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat.” (HR Bukhari)

Dalam hadits lain disebutkan:“Agama adalah nasihat bagi Allah, bagi Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan untuk para orang awamnya.”( H.R Bukhari)
Maksud hadits di atas adalah:Agama adalah nasihat, maksudnya bahwa sendi dan tiang tegaknya agama adalah nasihat. Tanpa saling menasihati antara umat Islam maka agama tidak akan tegak.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Agama adalah nasihat bagi Allah Shalallahu Alaihi Wasallam.artinya: Sendi agama adalah beriman kepada-Nya, tunduk dan berserah diri kepada-Nya lahir dan batin, mencintai-Nya dengan beramal shalih dan mentaati-Nya, menjauhi semua larangan-Nya serta berusaha untuk mengembalikan orang-orang yang durhaka agar bertaubat dan kembali kepada-Nya.

Agama adalah nasihat bagi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. maksudnya: sendi tegaknya agama adalah dengan meyakini kebenaran risalahnya, mengimani semua ajarannya, mengagungkannya, mendukung agamanya menghidupkan sunnah-sunnahnya dengan mempelajarinya dan mengajarkannya, berakhlaq dengan akhlaqnya, mencintai keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya.

Agama adalah nasihat bagi para pemimpin umat Islam, maksudnya adalah bahwa tegaknya agama dengan mendukung dan mentaati mereka dalam kebenaran, mengingatkan mereka dengan kelembutan bila lalai atau lengah, meluruskan mereka bila salah.

Agama adalah nasihat bagi orang awam dari umat Islam (rakyat biasa bukan pemimpin), maksudnya bahwa tegaknya agama hanyalah dengan memberikan kasih sayang kepada orang-orang kecil, memperhatikan kepentingan mereka, mengajari apa-apa yang bermanfaat bagi mereka dan menjauhkan semua hal yang membahayakan mereka .

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Dr. Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyatakan, Dalam banyak hadits, Rasulullah mendorong untuk menyampaikan ajaran beliau kepada orang yang tidak tahu.

                Pada suatu hari, Zaid bin Tsabit terlihat baru saja keluar dari istana Marwan pada tengah hari. Orang-orang yang melihatnya berkata satu sama lain, “Dia dipanggil pada waktu seperti ini tentu karena ada masalah yang ditanyakan kepadanya.” Orang-orangpun akhirnya mendatanginya dan bertanya. Kemudian Zaid menjawab,”Benar, dia menanyai saya tentang beberapa hal yang penah saya dengar dari Rasulullah saw. Saya pernah mendengar beliau bersabda,”Semoga Allah mencerahkan seseorang yang mendengarkan sebuah hadits dari saya, menghafalnya, lalu menyampaikannya kepada orang lain. Karena barangkali ada orang yang membawa ilmu dan menyampaikannya kepada orang yang lebih mampu mencerna ilmu itu dibandingkan dirinya.Dan barangkali ada orang yang membawa ilmu tapi dia sendiri tidak memahaminya” [HR. Tirmidzi].

            Abu Darda berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda,”Semoga Allah mencerahkan seseorang yang mendengarkan suatu hadits dari saya lalu menyampaikannya kepada orang lain sebagaimana ia mendengarnya. Betapa banyak orang yang diberi tahu lebih faham dari orang yang mendengar lansung. Ada tiga hal yang tidak membuat sakit hati seseorang muslim; ikhlas dalam beramal, memberi nasehat kepada setiap muslim, dan senantiasa bersama dengan jamaah kaum muslimin, sebab doa mereka selalu melindungi mereka.” [HR. Ad Darimi].

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Jika kita telah berusaha mencegah gunjingan dan hasutan di antara manusia, adakalanya orang yang kita ajak kepada kebaikan dan kita cegah dari keburukan itu malah mencela dan marah kepada kita. Apakah kita berdosa karena kemarahannya, walaupun itu salah seorang orang tua kita?Apakah kita tetap harus mencegah mereka atau membiarkan hal yang tidak kita perlukan dalam hal ini?Kami mohon jawaban, semoga Allah menunjuki Syaikh.
Jawaban; Di antara kewajiban-kewajiban terpenting adalah amar ma'ruf dan nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar." [At-Taubah 9: 71].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,"Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman".

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits-hadits lainnya yang menunjukkan wajibnya menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar serta tercelanya orang yang meninggalkannya. Maka hendaknya anda sekalian, setiap mukmin dan mukminah, menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, walaupun orang yang anda ingkari itu marah, bahkan sekalipun mereka mencerca kalian, kalian harus tetap sabar, sebagaimana para rasul alaihis Salam dan yang mengikuti mereka dengan kebaikan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada NabiNya ;"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar" [Al-Ahqaf  46: 35].

Dan firmanNya;"Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." [Al-Anfal  6: 46]

Serta firmanNya yang menceritakan Luqmanul Haqim, bahwa ia berkata kepada anaknya.  “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." [Luqman  31: 17]

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Tidak diragukan lagi, bahwa lurus dan konsistennya masyarakat adalah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian karena amar ma'ruf dan nahi mungkar, dan bahwa rusak serta berpecah belahnya masyarakat yang mengakibatkan potensialnya kedatangan siksaan yang bisa menimpa semua orang adalah disebabkan oleh meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,"Sesungguhnya manusia itu bila melihat kemungkaran tapi tidak mengingkarinya, maka dikhaivatirkan Allah akan menimpakan siksaNya yang juga menimpa mereka.”.

Allah Subhanahu wa Ta’ala pun telah memperingatkan para hambaNya dengan sejarah kaum kuffar Bani Israil yang disebutkan dalam firmanNya, "Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan (Isa putera Maryam.Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." [Al-Ma'idah 5: 78-79].

Semoga Allah menunjuki semua kaum muslim, baik penguasa maupun rakyat jelata untuk tetap menegakkan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya, dan semoga Allah memperbaiki kondisi mereka dan menyelamatkan semuanya dari faktor-faktor yang bisa mendatangkan kemurkaanNya.
Sebenarnya menyampaikan kebenaran tidaklah besar resikonya karena kita hanya menyampaikannya saja, sedangkan untuk diterima atau tidak apa yang kita sampaikan itu urusan orang tersebut, tapi nahi mungkar yaitu mencegah kemungkaran memang mengandung resiko, sebab kita akan berhadapan lansung dengan pelakunya bahkan akan terjadi tindakan prontal untuk saling melumpuhkan.H.Muh.Nur Abdurrahman mengungkapkan beberapa kasus yang berkaitan dengan menyampaikan kebenaran kepada orang lain, ada cara dan taktiknya agar kebenaran itu diterima oleh orang lain.
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Menghimbau atau mengajak di satu pihak dengan menyuruh dan mencegah di lain pihak mempunyai perbedaan yang menyolok. Kalau yang dihadapi di luar jalur kontrol kita, maka kita tidak dapat menyurhnya ataupun mencegahnya.Kita hanya dapat menyuruh ataupun mencegah seseorang apabila dia itu di dalam jalur kontrol kita.Contohnya si Ali yang bupati dalam kedudukannya sebagai bupati dapat memerintah ataupun menyuruh si Alwi yang camat dalam urusan pemerintahan, oleh karena si Alwi yang camat berada dalam garis komando si Ali yang bupati. Akan tetapi si Ali yang sama tidak dapat memerintah si Alwi dalam hal pergi memancing ikan, karena dalam hal ini si Alwi sebagai individu tidak lagi berada dalam jalur kontrol si Ali sebagai individu. Maka sebagai individu si Ali paling-paling hanya dapat mengajak ataupun menghimbau si Alwi sebagai seorang individu untuk pergi memancing. 

Saya teringat suatu kejadian satu generasi sebelum saya, seorang muballigh datang kepada seorang gallarang yang peminum yang sedang minum.Muballigh tersebut langsung melarang si gallarang minum tuak."Hai tuan gallarang jangan minum tuak, itu haram", muballigh melarang. "Apa nukana (apa katamu)", bentak sang gallarang, "he Anu alleanga' ballo' siguci (bawa kemari seguci tuak)". Kemudian tuak seguci itu dituangkan ke tubuh sang muballigh. "He, ini mandilah tuak". Ada pula seorang imam kalau ia mendapat laporan di sebuah tempat ada pattujuang, maksudnya pesta minum tuak, yang istilah sekarang tuak party, sang imam mendatangi tempat itu lalu menantang mereka: "Inai rewa anrinni (siapa yang berani melawan di sini)". Dan kalau jagonya peminum ada yang berani, sang imam yang juga jago silat, dalam tempo yang singkat, namun sengit, segera dapat melumpuhkan si jago tuak. Setelah pertarungan itu selesai, sang imam baru mengeluarkan perintah melarang minum minuman keras itu. 

Pada kasus yang pertama, sang muballigh seharusnya mengaplikasikan fungsionalisasi ajaran Islam itu dengan cara menghimbau. Untuk itu ada metodenya menurut Al Quran:himbaulah ke dalam jalan Maha Pengaturmu dengan bijak dan informasi yang jelas dan berdiskusilah dengan mereka itu dengan sebaik-baiknya.”[An Nahl 16;125].

Sedangkan pada kasus yang kedua, sang imam lebih dahulu menanamkan wibawa untuk meletakkan para peminum itu di bawah jalur kontrol sang imam. Sesudah jalur kontrol itu diperolehnya barulah ia melarang minum tuak. Jadi sang imam dalam rangka fungsionalisasi ajaran Islam ia memakai jalur nahie munkar mencegah kemungkaran, dengan mekanisme pertarungan fisik.

Maka menyeru kepada kebaikan itu dihadapkan kepada mereka yang diluar jalur kontrol, dengan metode da'wah: bijak, informasi yang baik dan diskusi. Sedangkan menyuruh yang ma'ruf utamanya mencegah yang mungkar haruslah diciptakan jalur kontrol terlebih dahulu, tegasnya penting adanya mekanisme yang menutup kesempatan berbuat curang.Ibarat mekanisme berupa tudung saji untuk melindungi makanan atau sajian dari terkaman kucing. Jadi fungsionalisasi ajaran Islam itu haruslah berupa gabungan antara memperbaiki niat manusia dengan yad'uwna ila lkhayr, dan mekanisme untuk menutup kesempatan dalam rangka nahi mungkar, oleh karena berbuat jahat itu penyebabnya adalah kombinasi antara niat yang jahat dan kesempatan yang terbuka lebar.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Suatu ketika cucu Rasulullah yang bernama Hasan dan Husen menyaksikan seorang nenek yang sedang berwudhu, namun wuhdu'nya tidaklah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah, untuk menegur nenek ini tentu suatu hal mustahil, maka mereka mendatangi nenek itu pada waktu yang lain sambil pura-pura bertengkar, sang nenek berperan sebagai penengah. Mereka mengatakan bahwa setiap berwudhu' selalu ribut karena masing-masing saling menyalahkan, Hasan menyatakan bahwa cara wudhu'nya yang baik dan sebaliknya Husen juga mengaku dialah yang   paling benar. Akhirnya secara bergiliran keduanya memperagakan kemampuannya berwudhu' sedangkan sang nenek bertindak sebagai juri. Ketika keduanya sudah menampilkan praktek berwudhu' di hadapan sang nenek, lansung sang nenek menangis dan mengatakan bahwa kedua cucu Rasul itu bagus dan benar cara wudhu'nya sedangkan nenek yang salah, mulai saat itu sang nenek memperbaiki cara berwudhu'nya.

Pada suatu hari Rasulullah kedatangan seorang tamu dari pegunungan, dia datang lansung masuk masjid dan buang air kecil di pojok masjid itu, melihat hal demikian sahabat pada marah, ada yang akan menebas kepalanya, ada pula yang menawarkan diri untuk mengusir orang itu dari masjid, semuanya marah melihat kelakuan pemuda pegunungan itu. Rasulullah lalu mengambil seember air dan menyiram bekas pipis itu kemudian mendekatinya dan bertanya,"Apa yang anda lakukan dan anda mau kemana". Pemuda itu mengatkan bahwa dia sedang mencari seorang Nabi bernama Muhammad, maka berkenalanlah dia dengan Rasul terus menyatakan diri sebagai muslim. 

Ketika akan kembali ke desanya sang pemuda itu berdo'a,"Ya Allah kini saya sudah bertemu dengan nabi-Mu dan saya telah sebagai muslim, ya Allah masukkanlah saya dan Muhammad ke dalam syurga-Mu, sedangkan yang marah-marah tadi jangan".

Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;159, ”Maka disebabkan rahmat Allah dan karena Allahlah kamu berlaku  lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya’.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah;
Menyampaikan kebenaran kepada orang lain, kalaulah orang lain tersebut lebih rendah usianya dari kita, lebih rendah atau selevel pendidikannya, mungkin juga lebih rendah status sosialnya maka mudah kita untuk menyampaikannya, tapi menyampaikan kebenaran kepada orang yang lebih tinggi social dan pendidikannya dari kita sangatlah sulit bisa dilakukan, karena takut atau segan sehingga kebenaran itu tidak tersampaikan. Namun amar ma’ruf nahi mungkar bukan hanya dengan lisan atau bertatap muka saja tapi dapat dilakukan dengan dialok bersama, bertanya tentang sesuatu hal dalam sebuah pengajian padahal kita sudah tahu jawabnya, tapi jawaban itu sebenarnya untuk orang lain yang juga hadir.

Dakwah atau menyampaikan kebenaran juga bisa dengan meminjamkan buku-buku, majalah atau bahan bacaan yang menarik, sehingga kebenaran itu akan sampai kepada orang lain melalui aktivitas membaca, bahan bacaan adalah guru yang bijaksana, dia akan merubah pemikiran seseorang, memberi ilmu kepada seseorang yang membacanya tanpa merasa digurui. Wallahu A’lam.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُ

Literatur:
1.      Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI
2.      Imam Nawawi, Hadits Arbain.
3.      Dr. Saad Riyadh Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
4.      Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Mengajak Kepada Kebaikan Harus Dilaksanakan Walaupun Yang Diajaknya Marah, almanhaj.or.id, Kamis, 21 Juni 2007 14:44:38 WIB
5.      .Muh.Nur Abdurrahman, Menghimbau Kepada Kebaikan, Menyuruh yang Ma'ruf dan Mencegah yang Mungkar Makassar, 13 Juni 1993
6.      Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah Praktis, 2009
7.      Budayakan Saling Menasehati, dakwatuna.com14/5/2009 | 20 Jumadil Awal 1430 H