Khutbah Gerhana Bulan
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Az Zafran
Komplek Perumahan Taman Melati Raya
Tiban V Kelurahan Patam Lestari
Kecamatan
Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
14 Jumadil Awal
1439.H / 30 Januari 2018.M
MERESAPI HAKIKAT FENOMENA ALAM
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jamaah shalat gerhana bulan as‘adakumullah,
Setiap orang di antara kita
barangkali sudah mengimani bahwa seluruh keberadaan alam semesta ini diciptakan
oleh Allah subhânahu wata‘âlâ. Gunung, laut, rerumputan, binatang,
udara, benda-benda langit, jin, manusia, hingga seluruh detail organ dan
sel-sel di dalamnya tidak luput dari penguasaan dan pengaturan Allah. Tak satu
pun makluk lepas dari sunnatullah. Inilah makna Allah sebagai Rabbul ‘âlamîn,
pemilik sekaligus penguasa dari seluruh keberadaan; al-Khâliqu kulla syaî’,
pencipta segala sesuatu. Apa saja dan siapa saja. Namun, apakah nilai lebih
selanjutnya setelah kita mempercayai itu semua?
Allah menciptakan segala sesuatu tak
lain sebagai ayat atau tanda akan beradaan-Nya. Dalam khazanah Islam lazim kita
dengar istilah ayat qauliyyah dan ayat kauniyyah. Yang pertama
merujuk pada ayat-ayat berupa firman Allah (Al-Qur’an), sedangkan yang kedua
mengacu pada ayat berupa ciptaan secara umum, mulai dari semesta benda-benda
langit sampai diri manusia sendiri.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu? (QS Fushshilat [41]:53 )
Tanda (ayat) tetap akan selalu
berposisi sebagaimana tanda. Ia medium atau perantara untuk mencapai sesuatu.
Kita bisa tahu udara sedang bertiup ke arah utara ketika kita menyaksikan daun
pepohonan sedang bergerak ke arah utara. Kita bisa tahu dari kejauhan sedang
terjadi kebakaran saat menyaksikan kepulan asap membumbung ke udara. Dalam
konteks ini, fenomena daun bergerak dan membumbungnya asap hanyalah perantara
bagi yang melihatnya tentang apa yang berada di baliknya, yakni udara dan api.
Dalam skala yang lebih besar dan
lebih hakiki, fenomena pergerakan benda-benda langit yang demikian tertib,
agung, dan menakjubkan adalah tanda akan hadirnya Dzat dengan kekuasaan yang
tak mungkin tertandingi oleh apa pun dan siapa pun. Dialah Allah subhânahu wata‘âlâ.
Dengan demikian, fenomena gerhana
bulan yang kita saksikan saat ini pun seyogianya kita posisikan tak lebih dari
ayat. Kita patut bersyukur mendapat kesempatan melewati momen-momen indah
tersebut. Selain menikmati keindahan dan mengagumi gerhana bulan, cara
bersyukur paling sejati adalah meresapi kehadiran Allah di balik peristiwa alam
ini.
Jamaah shalat gerhana bulan as‘adakumullah,
Jika kita sering mendengar anjuran
untuk mengucapkan tasbih “subhânallâh” (Mahasuci Allah) kala berdecak
kagum, maka sesungguhnya itu manifestasi dari ajaran bahwa segala
sesuatu—bahkan yang menakjubkan sekalipun—harus dikembalikan pada keagungan dan
kekuasaan Allah. Kita dianjurkan untuk seketika mengingat Allah dan
menyucikannya dari godaan keindahan lain selain Dia. Bahkan, Allah sendiri
mengungkapkan bahwa tiap sesuatu di langit dan di bumi telah bertasbih tanpa
henti sebagai bentuk ketundukan kepada-Nya.
Dalam Suarat al-Hadid ayat 1
disebutkan:
“Semua
yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” Kepunyaan-Nyalah
kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Sementara dalam Surat al-Isra ayat
44 dinyatakan:
“Langit yang tujuh,
bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu
pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
Jamaah shalat gerhana bulan
as‘adakumullah,
Apa konsekuensi lanjutan saat kita
mengimani, menyucikan, serta mengagungkan Allah? Tidak lain adalah
berintrospeksi betapa lemah dan rendah diri ini di hadapan Allah. Artinya,
meningkatnya pengagungan kepada Allah berbanding lurus dengan menurunnya sikap
takabur, angkuh atas kelebihan-kelebihan diri, termasuk bila itu prestasi
ibadah. Yang diingat adalah ketakberdayaan diri, sehingga memunculkan sikap
merasa bersalah dan bergairah untuk memperbanyak istighfar.
Dalam momen gerhana bulan ini pula
kita dianjurkan untuk menyujudkan seluruh kebanggaan dan keagungan di luar
Allah, sebab pada hakikatnya semuanya hanyalah tanda.
“Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang,
matahari, dan bulan. Jangan kalian bersujud pada matahari dan jangan (pula)
pada bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu,
jika kamu hanya menyembah-Nya,”
(QS Fushilat [41]: 37).
Dalam tataran praktis, ada yang
memaknai perintah sujud pada ayat tersebut sebagai perintah untuk melaksanakan
shalat gerhana sebagaimana yang kita lakukan pada malam hari ini. Momen
gerhana bulan juga menjadi wahana tepat untuk memperbanyak permohonan ampun,
tobat, kembali kepada Allah sebagai muasal dan muara segala keberadaan.
Ketika lahir anak Rasulullah dari isteri yang bernama Maria Qibtiyah, sang anak bernama Ibrahim, saat lahir Ibrahim meninggal dunia, tiba-tiba terjadilah gerhana Matahari, ketika masyarakat Quraisy heboh dengan ucapan, luar biasa Ibrahim dengan kelahiran dan kematiannya terjadi gerhana, maka Rasul menyampaikan kepada para sahabat bahwa tidak ada hubungannya kelahiran dan kematian seseorang dengan fenomena alam, karena terjadinya gerhana maka shalat gerhanalah kalian.
Semoga fenomena gerhana bulan kali
ini meningkatkan kedekatan kita kepada Allah subhânahu wata‘âlâ,
membesarkan hati kita untuk ikhlas menolong sesama, serta menjaga kita untuk
selalu ramah terhadap alam sekitar kita. Wallahu a’lam.
Sumber; Meresapi hakikat fenomena alam, Alif Budi Luhur , NU Online, Senin, 29 Januari 2018 12:30
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH
KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ