Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Baitut Taqwa
Komplek Kantor Bea Cukai
Kecamatan
Batu Ampar
Kota Batam Kepuluan Riau
9 Jumadil Awal
1439.H / 26 Januari 2018.M
TINGKATAN HIDAYAH
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan manusia dari
suatu ketiadaan menjadi suatu bentuk wujud nyata nan bagus elok rupa dan
parasnya. Sebagaimana yang tercantum dalam firman-Nya :
Sungguh, Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
[at-Tin/95:4]
Kemudian Allâh Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada mereka
nikmat yang sangat banyak. Diantaranya nikmat kesempurnaan panca indera,
kesehatan, rezeki, keturunan dan nikmat-nikmat lain yang tidak terhitung.
Selanjutnya, Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan
nikmat-nikmat itu dengan menganugerahkan hidayah kepada mereka. Yaitu suatu
nikmat yang tidak diberikan kepada setiap hamba, karena merupakan nikmat yang
diberikan khusus kepada hamba-hanba pilihan Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Hidayah adalah milik Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan di tangan
Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Sungguh hanya hamba yang terpilih lagi beruntung
yang akan mendapatkannya.
Ibnul Jauzi
rahimahullah berkata, “Demi Allâh
Subhanahu wa Ta’ala ! Pendidikan orang tua tidak akan bermanfaat jika tidak
didahului oleh pilihan Allâh Subhanahu wa Ta’ala terhadap anaknya.
Sesungguhnya, jika Allâh Subhanahu wa Ta’ala memilih seorang hamba, maka Allâh
Subhanahu wa Ta’ala akan menjaganya semenjak ia kecil. Allâh Subhanahu wa
Ta’ala juga memberinya hidayah menuju jalan kebenaran serta membimbingnya ke
arah yang lurus. Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan membuatnya menyenangi hal-hal
yang baik, dan mempertemankanya dengan orang yang baik.”
Ada di antara hamba yang mengharap hidayah kemudian Allâh
Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakannya kepadanya, namun ada pula yang tidak
diberi, dikarenakan keadilan dan ilmu Allâh Subhanahu wa Ta’ala terhadap
kejujuran serta kebenaran harapannya.
Di antara hamba-hamba Allâh, ada yang telah merasakan indah
dan manisnya hidayah namun ia tidak menjaganya sehingga hidayah itu pun sirna
dari dirinya. Ada juga yang pernah menikmati hidayah dalam waktu yang lama,
namun kemudian terlepas darinya. Akhirya karena rahmat Allâh Subhanahu wa
Ta’ala semata, hidayah itu dapat kembali kepadanya. Dengan bertaubat dan
beristighfar kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala merupakan jalan terbaik.
Seorang hamba yang mengalami hal tersebut merasakan
seolah-olah terlahir kembali, hidup setelah kematian yang panjang. Menangis
karena kebahagian yang tiada tara setelah Allâh Subhanahu wa Ta’ala
menyelamatkannya kembali… La haula wala quwwata illa billah. Sungguh, nikmat
hidayah itu adalah nikmat yang sangat besar. Namun hidayah apakah yang dimaksud
mari kita simak ulasan berikut ini.
Lafadz “Al-Huda” serta pecahan katanya dalam al-Qur’ân
disepakati oleh Ulama sebagai kata yang paling banyak bentuk maknanya. Imam
Ibnul Jauzi rahimahullah menyebutkan ada dua puluh empat makna lafadz al-huda.
Dan Imam as-Suyuthi
rahimahullah menyebutkan ada tujuh belas makna lafadz al-huda. Keseluruhan makna tersebut bermuara pada satu
inti yaitu penjelasan dan pengarahan dengan penuh lemah lembut dan santun.
Adapun makna hidayah secara istilah adalah penjelasan dan
pengarahan kepada tujuan yang dimaksud.
TINGKATAN HIDAYAH
Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada empat macam atau tingkatan hidayah :
Pertama : Hidâyah ‘Ammah (Menyeluruh). Hidayah ini meliputi semua makhluk hidup
dengan jenisnya yang beragam.
Kedua : Hidâyatul Bayân Wad Dalâlah
Wat Ta’rîf Wal Irsyâd
Hidâyatul bayân bisa dilakukan oleh siapa pun yang memiliki kemampuan menyampaikannya. Inilah yang dimaksud dalam firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala tentang Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Hidâyatul bayân bisa dilakukan oleh siapa pun yang memiliki kemampuan menyampaikannya. Inilah yang dimaksud dalam firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala tentang Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberikan petunjuk kepada
jalan yang lurus.”[asy-Syûrâ/42:52]
Setiap Muslim yang menyeru kepada kebaikan, ketaatan atau
amal shaleh adalah seorang da’i kepada hidâyah. Selain itu hidayah ini juga
dapat diperoleh dari kitab bacaan maupun kitab visual.
Ketiga : Hidâyatut Taufîq Wal Ilhâm. Hidâyatut taufîq merupakan kekhususan Allâh Subhanahu wa
Ta’ala, tidak ada yang memilikinya kecuali Allâh Subhanahu wa Ta’ala.[6] Ia
memberikan hidayah ini kepada siapa yang Ia kehendaki tanpa ada campur tangan
pihak lain sekalipun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Inilah yang
terpahami dari firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala tehadap Nabi-Nya :
Bukan kewajibanmu menjadikan mereka
mendapat petunjuk, akan tetepi Allâh-lah yang mrmberi petunjuk(memberi taufiq)
siapa yang dikehendaki-nya.[al-Baqarah/2:272]
Karena hati itu berada ditangan Allâh Subhanahu wa Ta’ala
dan Ia dapat membolak-balikkannya sekehendak-Nya.
Hidâyatut taufîq wal ilhâm ini
memiliki dua tingkatan:
1.
Hidâyatut taufîq dari
kekufuran dan kesyirikan menuju Islam
dan tauhid.
Hidayah ini diperoleh oleh seseorang yang sebelumnya kafir
dan musyrik dengan mengucapkan dua kalimat syahadat beserta segenap ketentuan
dan persyaratannya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan katakanlah kepada orang-orang
yang telah diberi al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, “Apakah kamu (mau)
masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk,
dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat
Allâh) dan Allâh maha melihat akan hamba-hambanya.” [Ali Imran/3:20].
Hidayah ini dapat menyelamatkan seseorang dari kekekalan
dalam api neraka, meskipun ia pernah terjatuh dalam lembah dosa dan jurang
kemaksiatan. Apabila Allâh Subhanahu wa Ta’ala menghendaki maka Allâh Subhanahu wa Ta’ala
akan mengampuni dosanya meskipun ia meninggal sebelum sempat bertaubat.
Allâh
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Sesungguhnya Allâh tidak akan
mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan Allâh maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisa’/4:48].
Tidak ada sesuatu pun yang dapat mencabut hidayah ini,
melainkan apabila seseorang melakukan salah satu pembatal keislaman dan
ketauhidan yang telah dirinci oleh para Ulama dalam kitab-kitab akidah.
2.
Hidâyatut taufîq dari kebid’ahan menuju sunnah, dari
kemaksiatan menuju ketaatan, dan dari dosa menuju ibadah.
Hidayah inilah Merupakan hidayah yang paling utama. Inilah
yang diinginkan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam . Ini juga yang seharusnya dicari oleh seorang hamba. Dengan
hidayah ini seorang hamba berlomba meraih pahala yang besar, kedudukan yang
tinggi di sisi Allâh Subhanahu wa Ta’ala , dan surga dambaan setiap hamba.
Tidak semua orang yang telah diberi hidayah kepada Islam
bisa mendapatkan hidayah untuk mengamalkan Islam sesuai dengan sunnah
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Bahkan, sudah menjadi sunnatullah
(ketetapan Allâh Azza wa Jalla ), banyak pihak yang menyimpang dan sesat,
sedangkan yang selamat dari mereka hanyalah sedikit.
Cermatilah berita Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang perpecahan yang terjadi pada umat ini. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
Umatku akan terpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga
golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan.” Beliau ditanya,
“Siapakah dia, wahai Rasûlullâh?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “(Golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku
berada diatasnya”. [HR. at-Tirmidzi]
Hanya satu golongan yang dinyatakan selamat dari kesesatan.
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa di atas Sunnah Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam
Hidayah ini merupakan konsekuensi dari hidâyatut taufîq yang
pertama. Setiap orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk
agama Islam harus mempelajari dan mengamalkan Islam sesuai dengan bimbingan
Sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia harus mengaplikasikan
Islam secara kaffah dalam kehidupannya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” [al-Baqarah/2:208]
Inilah makna dan hakikat hidayah yang sesungguhnya. Hidayah
di atas jalan yang lurus. Hidayah di atas as-Sunnah. Bila hidayah ini luput
dari seorang Muslim, maka dikhawatirkan ia telah ditimpa musibah besar, yaitu
musibah yang menimpa agamanya disebabkan jauhnya ia dari sunnah Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Karena sesungguhnya tidak ada musibah yang
lebih besar selain musibah yang menimpa agama seseorang.
Keempat : Hidayah Untuk Dapat Masuk Kedalam Surga.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan mereka berkata: Segala puji bagi Allâh
yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini.” [al-A’râf/7:43].
Keempat tingkatan hidayah ini bertahap sifatnya. Seorang
hamba yang belum mencapai tingkatan kedua tidak akan mendapatkan hidayah
tingkatan yang ketiga. Untuk mencapai tingkatan hidayah keempat, ia harus
melalui tingkatan yang kedua dan ketiga.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar