Rabu, 19 April 2017

200. Berlindung dari 5 hal yang buruk



Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Abdullah
Perumahan Tiban Asri, Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
24  Rajab 1438.H /  21  April  2017.M


                                 BERLINDUNG DARI LIMA HAL YANG BURUK

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
                                                                
Hadirin jama'ah jum'at rahimakumullah!

“Diantara doa Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ رِبًا وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَهُ تَرَانِي وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari;
1.      tetangga yang buruk,
2.      istri yang membuatku beruban sebelum masa beruban,
3.      dari anak yang menjadi tuan bagiku,
4.      dari harta yang menjadi siksaan atasku
5.      dan dari kawan yang berbuat makar; matanya memandangiku, sedang hatinya mengawasiku. Jika ia melihat kebaikan, maka ia tanam (sembunyikan) dan jika melihat keburukan, maka ia menyebarkannya”. [HR. Hannad dan Ath-Thobroniy].

1.BERLINDUNG DARI TETANGGA YANG BURUK
Dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, bahwasanya Luqman rahimahullah berkata kepada anaknya: ”Wahai anak-anakku! Aku telah membawa batu besar, besi dan benda-benda berat yang lain, maka aku belum pernah membawa sesuatu yang lebih berat dibandingkan tetangga yang buruk.”(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah)

Tetangga yang jahat adalah seorang yang menyimpang dari berkah iman, yang merupakan berkah terbesar yang dianugerahkan Sang Pencipta kepada makhluk-Nya. Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam menegaskan, tetangga yang jahat akan kehilangan berkah terbesar ini.

Beliau bersabda, “Ia bukan termasuk orang beriman. Ia bukan termasuk orang beriman. Ia bukan termasuk orang beriman. Orang-orang bertanya: ‘Siapa, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Orang yang kejahatannya (kekacauan yang berasal darinya) membuat saudaranya tidak merasa aman.’” (Muttafaqun ‘alaih).
Dalam sebuah riwayat dari Muslim, beliau Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda: “Orang yang kejahatannya membuat tetangganya tidak merasa aman tidak akan masuk Surga.”

Bahkan beberapa hadits menyatakan, tetangga yang jahat adalah orang-orang yang perbuatan baiknya tidak diterima, dan tidak akan bermanfaat selama ia berbuat jahat pada tetangganya, karena dalam Islam perbuatan-perbuatan baik selalu dirujukkan pada fondasi keimanan. Jika tetangga yang jahat disebutkan tidak memiliki iman, maka perbuatan-perbuatan baiknya pun tidak diterima. Allah Subhanahu wa Ta’ala menolak mereka secara penuh, betapa pun banyak perbuatan baik yang mereka lakukan, bahkan jika mereka menghabiskan semua hari dan malam untuk melakukannya.

Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam ditanya: “Ya Rasulullah, seorang wanita seperti ini dan itu yang menghabiskan malam dengan shalat, puasa sepanjang hari, dan seterusnya, dan ia memberikan sedekah, namun ia mengganggu tetangganya dengan mulutnya yang kasar.” Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam menjawab, “Perbuatan-perbuatan baiknya tidak akan ada manfaatnya, ia berada di antara orang-orang di Neraka.

Mereka berkata: “Dan (bagaimana dengan perempuan) yang hanya melaksanakan shalat wajib, memberikan sedekah dalam bentuk yang ‘sedikit/buruk’, namun ia tidak mengganggu semua orang.” Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda: “Ia berada di antara orang-orang yang berada di Surga.

1. BERLINDUNG DARI ISTRI YANG MEMBUATKU BERUBAN SEBELUM MASA BERUBAN,
Mempunyai isteri yang berperangai buruk akan menjadikan suami akan beruban sebelum waktunya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Bersabda, “Setelah aku tiada, tidak ada fitnah yang paling besar gangguannya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.” (HR. Bukhari)

Islam adalah satu-satunya agama yang dengan jelas mengatur hukum hak dan kewajiban terhadap wanita, baik ia selaku ibu, istri maupun anak. Tidak ada agama lain yang dengan begitu detail  membahas hal tersebut. Bahkan Islamlah sebenarnya agama yang memperjuangkan hak wanita dan memuliakannya selaku hamba Allah  Subhanahu Wa Ta’ala. yang memiliki peran penting dalam kehidupan.

Islam juga memberikan hak dan kewajiban kepada wanita sebagaimana layaknya diberikan kepada lelaki. Hanya bentuk tanggung jawabnya saja yang berbeda sesuai dengan gender yang dimiliki masing-masing. Pahala dan dosa juga akan mereka dapatkan sesuai dengan bagaimana mereka menyikapi tanggung jawab yang mereka emban.

Maka sangatlah disayangkan bagi mereka yang merendahkan kaum wanita dengan cara menghilangkan hak-haknya dan menjadikannya hanya sebagai pelengkap (penyedap) dalam kehidupan. Dan tidak jarang sikap tersebut disampaikan dengan mengatasnamakan Islam.

Demikianlah Islam memuliakan wanita sesuai dengan proporsinya, baik sebagai anak, istri ataupun ibu. Bahkan di samping memuliakannya, Islam juga banyak memberikan rukhsah (keringanan) bagi mereka sesuai dengan kodratnya yang lemah. Dan Islam juga adil dalam menempatkan tatanan hukum buat mereka tanpa memberatkan atau mengesampingkannya.

Namun, zaman yang kian berkembang, teknologi yang kian meningkat, peradaban yang terus maju, ternyata tidak selamanya menghasilkan kebaikan dan kebenaran. Pola pikir yang bebas menjadikan banyak wanita yang kebablasan dalam mengartikan kata adil di dunia Islam. Merasa bahwa tidak adanya perbedaan hak dengan kaum lelaki menjadikan wanita lupa diri akan kodratnya selaku istri.

Inilah realitas yang menjadikan banyaknya suami ketakutan  dalam menjalani hidup. Suami yang tua sebelum masanya tumbuh di mana-mana, diakibatkan istri yang pandangannya terlalu bebas. Lelaki yang mati bunuh diri, lelaki yang membunuh istri karena cemburu, lelaki yang jadi pencuri bahkan koruptor karena tuntutan istri, suami yang selalu muram karena pusing memikirkan pengeluaran yang lebih  banyak dari pemasukan, suami yang durhaka pada ibunya karena terpaksa, bahkan suami yang harus mendurhakai Tuhannya karena situasi yang tidak terelakkan, terjadi di hampir seluruh lapisan masyarakat.

2. BERLINDUNG DARI DARI ANAK YANG MENJADI TUAN BAGIKU,
Ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ditanya oleh Malaikat Jibril as tentang kiamat maka baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjawab“Yang ditanya tentangnya tidaklah lebih mengetahui dari si penanya” Kemudian Jibril berkata lagi. “Kalau begitu khabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya” Baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam  menjawab. “Seorang budak  wanita atau wanita merdeka (Al Amah) akan melahirkan tuannya dan engkau akan melihat para rakyat jelata yang miskin akan tinggal di gedung-gedung yang menjulang tinggi”(HR : Muslim)

Di dalam hadis ini ada menyebut perkataan Al Amah. Perkataan Al Amah ini memiliki dua maksud. Pertama, ia bermaksud ‘hamba wanita’ dan yang kedua ia bermaksud ‘wanita merdeka’. Para ulama mempunyai khilaf dalam mentafsirkan kalimah Al Amah ini. Imam Nawawi berpendapat arti Al Amah adalah ‘hamba wanita’ dan ini yang banyak dipegang oleh para ulama. Manakala Al Hafiz Ibnu Hajar pula berpendapat ‘wanita merdeka’.

Para ulama yang berpegang kepada maksud ‘hamba wanita’  ini berpendapat apabila hamba tersebut melahirkan anak hasil perkahwinan dengan tuannya maka taraf anak tersebut secara automatik menjadi tuan kepada ibunya sendiri.

Para ulama yang berpegang kepada maksud yang kedua pula iaitu ‘wanita merdeka’ yang melahirkan tuannya ini mengisyaratkan bahawa akan banyaknya kederhakaan manusia kepada orang tua mereka khususnya terhadap ibu mereka sendiri.

3. BERLINDUNG  DARI HARTA YANG MENJADI SIKSAAN ATASKU
“Janganlah harta benda dan anak-anak mereka itu membuatmu kagum. Sungguh, Allah hanya ingin menyiksa mereka dengan harta benda dan anak-anak itu dalam kehidupan di dunia…” (QS. At-Taubah [9] : 55)

Tidak mudah memahami, bagaimana Allah menjadikan harta sebagai siksa. Banyak orang memandang harta sebagai standar  kemuliaan. Jika melihat seseorang dilapangkan rezeki oleh Allah, mereka akan mengatakan, Allah telah memuliakannya dengan memberinya harta melimpah. Sebaliknya, jika melihat seseorang sedang disempitkan rezekinya, maka mereka mengatakan Allah telah menghinakannya.

Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah pernah menjelaskan, harta kekayaan memang bisa menjadi siksa bagi seseorang.
Yang pertama siksa itu bisa terletak pada saat mencarinya.
Kecintaan berlebihan kepada harta, membuat orang melakukan hal-hal yang menyiksa diri untuk mendapatkan harta sesuai dengan yang diinginkannya. Harta miliknya mungkin banyak. Tapi untuk mendapatkannya ia melakukan hal-hal yang menyiksa dirinya.

Yang kedua, Kadang-kadang, siksa harta itu terjadi pada saat harta itu sudah menjadi miliknya. Harta yang diinginkannya jauh lebih banyak dari yang dimilikinya. Ia pun tersiksa ketika harus menjaga hartanya, jangan sampai berkurang atau hilang.

Yang ketiga, Selain itu, harta bisa menjadi siksa bagi seseorang pada saat meninggalkan dirinya. Ia merasa sayang ketika harus menggunakan harta untuk keperluannya sendiri atau keluarganya, untuk membayar kewajiban-kewajibannya seperti zakat dan infak fi sabilillah. Sering pula, ia kehilangan harta, karena kecelakaan, dicuri atau dirampok.

Dalam ketiga keadaan tersebut, harta bisa menjadi siksa bagi seseorang. Yang membuatnya stress, tidak bisa tidur, tidak enak makan, dan tidak bisa menikmati segala aktivitasnya.
Allah memberikan harta kepada sebagian hamba yang dikehendaki-Nya dan menahan dari hamba-Nya yang lain yang dikehendaki-Nya. Sebagai ujian dan berbagai hikmah lainnya. Sebaik-baik harta adalah harta yang baik di tangan orang yang shalih.

4. BERLINDUNG DARI  KAWAN YANG BERBUAT MAKAR;
Jelaslah, berteman dengan orang jahat sangat berbahaya. Kita harus khawatir terhadapanya dan berusaha menghindarinya. Selain usaha, doa tak boleh ditinggalkan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mencontohkan kepada kita doa berlindng dari kawan yang buruk.
اَللَّهُـمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوْءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ سَاعَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ صَاحِبِ السُّوْءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوْءِ فِيْ دَارِ الْـمُقَامَةِ

 Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, teman yang jahat, dan tetangga yang jahat di tempat tinggal tetapku.” (HR. Al-Thabrani]

Berlindung dari teman yang jahat adalah teman yang tidak membuat aman -baik pada kehormatan, harta, rahasia-, tidak menolong dalam kebaikan, mengajak kepada kemaksiatan, dan mendorong kepada keburukan. Maka pilah-pilihlah teman. Bertemanlah dengan orang baik. Karena seorang teman akan memberi pengaruh kepada siapa yang ditemaninya. 

Peringatan dari As Sunnah
Dari Abu Musa al Asy'ari Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dengan tukang pande besi. Seorang penjual minyak wangi akan memberi kamu minyak,  atau kamu membelinya atau kamu akan mendapati bau yang harum darinya. Sedangkan pande besi, maka bisa jadi akan membakar bajumu dan bisa pula engkau akan mendapati darinya bau yang busuk." (Muttafaq 'alaih)

            Seorang teman yang buruk diibaratkan pande besi, karena keberadaannya dapat membakar agama dan akhlak kita, merusaknya dan bahkan membinasakannya. Paling tidak kita akan mendapatkan komentar negatif, seperti, “Si fulan sekarang jadi temannya si anu.”  Dalam hadits lain Nabi juga bersabda, "Seseorang tergantung agama temannya, maka hedaklah salah seorang di antara kalian melihat dengan siapa dia berteman."(HR. Abu Dawud)

Sebuah kisah yang disebutkan di dalam Ash Shahihain (Bukhari-Muslim), bahwa Abu Thalib ketika menjelang wafat didatangi oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, sedang di sampingnya ada Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal. Maka Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berkata,"Wahai paman, ucapkan la ilaha illallah, kalimat yang akan aku gunakan untuk hujjah buatmu kelak disisi Allah!" Maka kedua orang tersebut langsung berkata kepada Abu Thalib,"Apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?" Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengulanginya, dan kedua orang itu juga mengulangi pertanyaanya, dan akhirnya paman Nabi tersebut meninggal di atas millah Abdul Muthalib.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم


KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
 عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ



Rabu, 12 April 2017

199. Sedikitkan Tertawa



Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Aqsha
Perumahan Mutiara View  Tiban, Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
17 Rajab 1438.H / 14 April  2017.M


                                                          SEDIKIT  TERTAWA
SALAH  SATU DARI LIMA KEBAIKAN MUSLIM

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
                                                                
Hadirin jama'ah jum'at rahimakumullah!

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Wahai Abu Hurairah ;
1.      jadilah engkau orang yang wara’ maka engkau menjadi orang yang paling beribaddah
2.      dan jadilah orang yang qanaah (menerima) maka engkau menjadi orang yang paling bersyukur.
3.       Cintailah untuk manusia apa yang engkau cintai untuk dirimu maka kamu menjadi mukmin,
4.      berbuat baiklah kepada tetanggamu maka kamu menjadi muslim
5.      dan sedikitkan tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.
SEDIKITKAN TERTAWA
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : بَلَغَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَصْحَابِهِ شَيْءٌ فَخَطَبَ فَقَالَ « عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ، وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا » قَالَ فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ، قَالَ : غَطُّوا رُؤُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Hadits ini diriwayatkan dari Anas bin Malik ra ia berkata, telah sampai kepada Rosululloh saw sesuatu dari sahabat-sahabatnya, maka  beliau berkhutbah, beliau berkata dalam khutbahnya, “Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini, kalaulah kalian mengetahui apa yang aku tahu pastilah kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.” Anas ra berkata, tiada hari yang lebih dahsyat dari hari itu. Anas ra berkata lagi, mereka menutupi kepala-kepala mereka (maksudnya wajah-wajah mereka), dan pada mereka ada Khonin.” (Muttafaq ‘Alaih). Dalam riwayat Muslim disebut Khonin yaitu tangisan keras yang keluar dari hidung, sedangkan dalam riwayat Bukhori disebut Hanin yaitu tangisan keras yang keluar dari dada.   
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Kitab Tafsir Bab La Tas’alu ‘an asyya (no.4621), dan Imam Muslim dalam kitab Fadhoilun Nabi Bab Tauqiruhu saw wa tarku iktsari sualihi (no.2359). Hadits di atas adalah redaksi Imam Muslim.
Dalam Al-Qur’an ada lafaz yang mirip dengan lafaz hadits di atas yaitu dalam surat At-Taubah ayat  82, “Hendaklah kalian sedikit tertawa dan banyak menangis sebagai balasan terhadap apa yang kalian kerjakan.” Ayat ini ditujukan kepada orang-orang munafiq yang tidak mau ikut berperang dalam perang Tabuk dengan alasan panas, padahal neraka itu lebih panas. Ibnu Abbas menjelaskan ayat ini:
الدُّنْيَا قَلِيْلٌ، فَلْيَضْحَكُوا فِيْهَا مَاشَاؤُوا، فَإِذَا انْقَطَعَتِ الدُّنْيَا وَصَارُوا إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، اِسْتَأْنَفُوا بُكَاءً لَا يَنْقَطِعُ أَبَدًا
“Dunia itu sedikit (sebentar), maka tertawalah di dalamnya sekehendak mereka, maka apabilah dunia telah terputus dan mereka menghadap Alloh Azza wa Jalla, mereka mulai menangis dengan tangisan yang tak terputus-putus selamanya”. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4 hal.191).
Setiap manusia tidak ada yang dapat melihat hal-hal yang goib, kecuali para RAsul yang diberi izin oleh Allah SWT.
“Dia Yang Mengetahui yang goib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang goib itu. Kecuali kepada Rosul yang Dia ridhoi, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga  (malaikat) di depan dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin 72: 26-27).

Untuk itu kita hanya diperintahkan beriman kepada yang goib yang kabarnya kita terima dari Al-Qur’an dan Hadits (Lihat QS. Al-Baqoroh: 3). Dan setiap manusia hanya akan tahu yang goib dimulai pada saat sakarotul maut menjemput,


“Sungguh kamu lalai dari hal ini, maka Kami singkapkan darimu yang menutupi matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS. Qof 50:22).

Hadits di atas bukan berarti larangan tertawa dan harus selalu menangis, karena Rosululloh saw pun pada saat-saat tertentu, beliau tertawa bersama para sahabat dan lebih banyak tersenyum. Menangis yang dianjurkan itu adalah pada saat kita secara khusus ‘bercengkrama’ dengan Alloh SWT dalam beribadah. Dalam hadits  di atas, beliau memberikan penegasan kepada kita agar benar-benar yakin terhadap hal-hal yang goib khususnya surga dan neraka dengan keyakinan berdasarkan ilmu (‘Ilmal Yakin) karena di dunia ini, indra kita mustahil menjangkau hal-hal yang goib. Sedangkan Rosul telah melihat langsung hal-hal goib itu sehingga mencapai keyakinan yang disebut Ainal Yakin. Dan kita akan mencapa Ainal Yakin hanya pada saat di alam barzah dan alam akhirat. (Baca QS. At-Takatsur).
Telah diperlihatkan kepada Rosululloh saw surga dan neraka, baik diperlihatkan pada saat beliau berada di kediamannya ataupun melihat langsung dengan pergi kesana seperti dalam peristiwa Isra Mi’raj. Yang dimaksud dalam hadits di atas adalah beliau melihat surga dan neraka dari kediamannya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut, “Demi Dzat yang aku ada dalam genggaman-Nya, sungguh telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka barusan di dinding ini ketika aku sedang sholat, maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini.” (HR. Bukhori, Kitab Al-I’tishom bil Kitab was Sunnah, no.7294)
Berkenaan dengan Isra Mi’raj, renungkanlah Surat An-Najm (1-18). Lalu Alloh berfirman,  “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril (dalam rupa asli) pada waktu yang lain. Yaitu ketika di Sidrotul Muntaha. Ketika Sidrotul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling besar.”
Yaitu beliau melihat Jibril dalam rupa asli yang memiliki 600 sayap, Sidrotul Muntaha, Baitul Ma’mur, Surga dan Neraka dan yang lainnya. Di antara pengalaman beliau saat itu, “Kemudian Jibril mengantar aku ke Sidratul Muntaha, yang diliputi oleh warna-warna yang sulit dilukiskan keindahannya. Kemudian aku masuk ke dalam surga, yang cahayanya seperti cahaya mutiara dan tanahnya seperti kesturi.” (HR. Bukhori, no.349).  “Aku berkata, Wahai Jibril siapakah orang tua yang sempurna rupanya yang tidak berkurang sedikitpun dari rupanya ini? Dan apakah kedua pintu ini? Jibril menjawab, “Ini adalah bapakmu Adam as, dan pintu di sebelah kanannya adalah pintu surga, apabila dia melihat keturunannya yang masuk ke dalamnya ia tertawa dan bergembira, dan pintu di sebelah kirinya adalah pintu neraka, apabila ia melihat keturunannya yang masuk ke dalamnya ia menangis dan bersedih.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5: 35).
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Umar r.a. berkata: "Pada suatu hari Nabi Muhammad s.a.w. keluar ke masjid, tiba-tiba ada orang berbicara-bicara sambil tertawa, maka Nabi Muhammad s.a.w. berhenti di depan mereka dan memberi salam lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat hal-hal yang merusak nikmat." Sahabat bertanya: "Apakah yang merusakkan itu?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Mati." Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. keluar melihat orang-orang sedang tertawa gelak-gembira, maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda kepada mereka: "Ingatlah demi Allah yang jiwaku di tanganNya andaikan kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis." Kemudian di lain hari keluar pula dan melihat orang-orang sedang gelak ketawa sambil berbicara-bicara, maka Nabi Muhammad s.a.w. memberi salam dan berkata: "Sesungguhnya Islam ini pada mulanya asing dan akan kembali asing, maka sangat beruntung bagi orang-orang yang berada dalam keterasingan pada hari kiamat." Nabi ditanya: "Siapakah orang-orang asing itu pada hari kiamat?" jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Ialah mereka yang tetap memerbaiki akhlaknya di masa rusaknya.

Rasulullah Shollallahu 'alaihi wassalam pernah bersabda, "Jauhilah oleh kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah" (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani). Syaikh Abdul Aziz Bin Baz juga berkata: "Sesungguhnya banyak bercanda dapat menjatuhkan wibawa, menjauhkan diri dari hikmah, menimbulkan kedengkian,  mengeraskan hati dan membuat banyak tertawa yang melalaikan diri dari mengingat Allah." Sebagai Agama yang sempurna, Islam telah mengaturnya sedemikian rupa. Rasulullah sebagai manusia, pernah juga bercanda, namun ada batasnya. Diriwayatkan dari beberapa Hadits Shahih, jika Rasulullah bercanda, langit-langit mulutnya tidak terlihat. Lalu ketika bercanda pun rasulullah selalu berkata benar. Tidak seperti kita, kadang harus berbohong atau mengarang-ngarang cerita agar bisa membuat teman kita tertawa. Ja'far bin Auf dari Mas'ud dari Auf bin Abdullah berkata: "Rasulullah tidak tertawa melainkan senyum simpul dan tidak menoleh kecuali dengan wajahnya." Hadis ini menunjukkan bahwa senyum itu sunnah dan tertawa bergelak-gelak itu makruh.

Maka seharusnya orang yang sehat akal, hindarilah gelak tawa sebab banyak tawa di dunia berarti akan banyak menangis di akhirat. Ibn Abbas r.a. berkata: "Siapa yang tertawa ketika berbuat dosa maka ia akan menangis ketika akan masuk neraka." sedangkan Yahya bin Mu'aadz Arrazi berkata: "Empat macam yang menghilangkan tertawanya orang mukmin dan kesenangannya, yaitu: Memikirkan akhirat, Mengintrospeksi dosa-dosa yang telah diperbuat, Mencari nafkah yang halal untuk keluarga, dan datangnya musibah atau bencana.

Maka seharusnya seorang muslim dan mu'min sejati, menyibukkan diri memikirkan semua itu supaya tidak banyak tertawa. Seringkali kita bertingkah seolah untuk melucu, namun akhirnya kebablasan sehingga menyakiti perasaan orang, terus dengan enteng kita minta maaf sambil cengengesan bilang, “becanda, bos!” Kita memang suka tertawa, terlebih menertawakan orang lain. Buktinya acara televisi yang isinya reality show, kompetisi, dan mengusili orang, atau acara yang mengumbar komedi agar kita tertawa, justru sangat laku diminati orang.

 Padahal di saat tertawa kita lupa bahwa kita sedang membuat hati kita sekeras batu. Seorang ulama bernama Hasan al-Bashri berkata: "Sungguh ajaib seseorang dapat tertawa pada hal dibelakangnya ada api neraka dan orang yang bersuka-suka sedang dibelakangnya maut."

Pernah Hasan al-Bashri bertemu dengan pemuda yang sedang tertawa, lalu ditanya: "Hai anak muda, apakah engkau sedah menyeberang shirath (jembatan shirath al-Mustaqiim di akhirat)?" Pemuda itu menjawab: "Belum." kemudian ditanya lagi, "Apakah engkau pasti engkau akan masuk surga atau neraka?" dan dijawab: "Belum." dan Hasan al-Bashri bertanya, "Lalu karena apa engkau tertawa sedemikian itu?" maka sejak itu pemuda tadi tidak tertawa lagi.

Nasihat Hasan al-Bashri meresap benar dalam hatiya sehingga ia bertaubat daripada tertawa. Demikianlah nasihat dari ulama yang mengamalkan benar ilmunya, sangat berguna ilmunya dan berkesan nasihat-nasihatnya, adapun ulama-ulama sekarang karena tidak punya ilmu yang mumpuni justru terjerambab pada ceramah-ceramah yang kurang lebih sama dengan lawakan.

Kadang pula kita menyelingi candaan dengan hinaan baik kepada orang lain atau menggunakan kata-kata yang memang digunakan oleh masyarakat untuk mengejek. Alangkah keras hatinya orang-orang seperti itu. Namun ironisnya malah yang seperti itulah yang dianut dan dipajang di muka publik. Inilah bukti bahwa dunia ini telah terbalik, yang datang dari Allah justru tenggelam dan terasing.




بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم