Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Abdullah
Perumahan Tiban Asri, Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
24 Rajab
1438.H / 21 April
2017.M
BERLINDUNG
DARI LIMA HAL YANG BURUK
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin
jama'ah jum'at rahimakumullah!
“Diantara doa Rasulullah -Shallallahu alaihi wa
sallam-,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ
السُّوءِ وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ
عَلَيَّ رِبًا وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ
عَيْنَهُ تَرَانِي وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا وَإِذَا
رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari;
1. tetangga
yang buruk,
2. istri yang membuatku
beruban sebelum masa beruban,
3.
dari anak yang menjadi tuan bagiku,
4.
dari harta yang menjadi siksaan atasku
5.
dan dari kawan yang berbuat makar; matanya
memandangiku, sedang hatinya mengawasiku. Jika ia melihat kebaikan, maka ia
tanam (sembunyikan) dan jika melihat keburukan, maka ia menyebarkannya”.
[HR. Hannad dan Ath-Thobroniy].
1.BERLINDUNG DARI TETANGGA YANG BURUK
Dari
al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, bahwasanya Luqman rahimahullah
berkata kepada anaknya: ”Wahai anak-anakku! Aku telah membawa batu besar,
besi dan benda-benda berat yang lain, maka aku belum pernah membawa sesuatu
yang lebih berat dibandingkan tetangga yang buruk.”(Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah)
Tetangga yang jahat adalah
seorang yang menyimpang dari berkah iman, yang merupakan berkah terbesar yang
dianugerahkan Sang Pencipta kepada makhluk-Nya. Nabi Shalallaahu ‘Alahi
Wasallam menegaskan, tetangga yang jahat akan kehilangan berkah terbesar
ini.
Beliau bersabda, “Ia bukan
termasuk orang beriman. Ia bukan termasuk orang beriman. Ia bukan termasuk
orang beriman. Orang-orang bertanya: ‘Siapa, wahai Rasulullah?’ Beliau
bersabda, ‘Orang yang kejahatannya (kekacauan yang berasal darinya) membuat
saudaranya tidak merasa aman.’” (Muttafaqun ‘alaih).
Dalam sebuah riwayat dari
Muslim, beliau Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda: “Orang yang
kejahatannya membuat tetangganya tidak merasa aman tidak akan masuk Surga.”
Bahkan beberapa hadits
menyatakan, tetangga yang jahat adalah orang-orang yang perbuatan baiknya tidak
diterima, dan tidak akan bermanfaat selama ia berbuat jahat pada tetangganya,
karena dalam Islam perbuatan-perbuatan baik selalu dirujukkan pada fondasi
keimanan. Jika tetangga yang jahat disebutkan tidak memiliki iman, maka
perbuatan-perbuatan baiknya pun tidak diterima. Allah Subhanahu wa Ta’ala
menolak mereka secara penuh, betapa pun banyak perbuatan baik yang mereka
lakukan, bahkan jika mereka menghabiskan semua hari dan malam untuk
melakukannya.
Nabi Shalallaahu ‘Alahi
Wasallam ditanya: “Ya Rasulullah, seorang wanita seperti ini dan itu yang
menghabiskan malam dengan shalat, puasa sepanjang hari, dan seterusnya, dan ia
memberikan sedekah, namun ia mengganggu tetangganya dengan mulutnya yang
kasar.” Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam menjawab, “Perbuatan-perbuatan
baiknya tidak akan ada manfaatnya, ia berada di antara orang-orang di Neraka.”
Mereka berkata: “Dan
(bagaimana dengan perempuan) yang hanya melaksanakan shalat wajib, memberikan
sedekah dalam bentuk yang ‘sedikit/buruk’, namun ia tidak mengganggu semua
orang.” Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda: “Ia berada di
antara orang-orang yang berada di Surga.”
1. BERLINDUNG DARI ISTRI YANG MEMBUATKU
BERUBAN SEBELUM MASA BERUBAN,
Mempunyai isteri yang berperangai buruk akan
menjadikan suami akan beruban sebelum waktunya. Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam. Bersabda, “Setelah aku
tiada, tidak ada fitnah yang paling besar gangguannya bagi laki-laki daripada
fitnah wanita.” (HR. Bukhari)
Islam adalah satu-satunya agama yang
dengan jelas mengatur hukum hak dan kewajiban terhadap wanita, baik ia selaku
ibu, istri maupun anak. Tidak ada agama lain yang dengan begitu detail membahas hal tersebut. Bahkan Islamlah
sebenarnya agama yang memperjuangkan hak wanita dan memuliakannya selaku hamba
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. yang memiliki
peran penting dalam kehidupan.
Islam juga memberikan hak dan kewajiban
kepada wanita sebagaimana layaknya diberikan kepada lelaki. Hanya bentuk
tanggung jawabnya saja yang berbeda sesuai dengan gender yang dimiliki
masing-masing. Pahala dan dosa juga akan mereka dapatkan sesuai dengan
bagaimana mereka menyikapi tanggung jawab yang mereka emban.
Maka sangatlah disayangkan bagi mereka
yang merendahkan kaum wanita dengan cara menghilangkan hak-haknya dan
menjadikannya hanya sebagai pelengkap (penyedap) dalam kehidupan. Dan tidak
jarang sikap tersebut disampaikan dengan mengatasnamakan Islam.
Demikianlah Islam memuliakan wanita
sesuai dengan proporsinya, baik sebagai anak, istri ataupun ibu. Bahkan di
samping memuliakannya, Islam juga banyak memberikan rukhsah (keringanan) bagi
mereka sesuai dengan kodratnya yang lemah. Dan Islam juga adil dalam
menempatkan tatanan hukum buat mereka tanpa memberatkan atau
mengesampingkannya.
Namun, zaman yang kian berkembang,
teknologi yang kian meningkat, peradaban yang terus maju, ternyata tidak
selamanya menghasilkan kebaikan dan kebenaran. Pola pikir yang bebas menjadikan
banyak wanita yang kebablasan dalam mengartikan kata adil di dunia Islam.
Merasa bahwa tidak adanya perbedaan hak dengan kaum lelaki menjadikan wanita
lupa diri akan kodratnya selaku istri.
Inilah realitas yang menjadikan
banyaknya suami ketakutan dalam
menjalani hidup. Suami yang tua sebelum masanya tumbuh di mana-mana,
diakibatkan istri yang pandangannya terlalu bebas. Lelaki yang mati bunuh diri,
lelaki yang membunuh istri karena cemburu, lelaki yang jadi pencuri bahkan
koruptor karena tuntutan istri, suami yang selalu muram karena pusing
memikirkan pengeluaran yang lebih banyak
dari pemasukan, suami yang durhaka pada ibunya karena terpaksa, bahkan suami
yang harus mendurhakai Tuhannya karena situasi yang tidak terelakkan, terjadi
di hampir seluruh lapisan masyarakat.
2.
BERLINDUNG DARI DARI ANAK YANG MENJADI TUAN BAGIKU,
Ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wasallam ditanya oleh Malaikat Jibril as tentang kiamat maka baginda Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wasallam menjawab“Yang ditanya tentangnya tidaklah lebih
mengetahui dari si penanya” Kemudian Jibril berkata lagi. “Kalau begitu
khabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya” Baginda Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam menjawab. “Seorang budak
wanita atau wanita merdeka (Al Amah)
akan melahirkan tuannya dan engkau akan melihat para rakyat jelata yang miskin
akan tinggal di gedung-gedung yang menjulang tinggi”(HR : Muslim)
Di dalam hadis ini ada menyebut
perkataan Al Amah. Perkataan Al Amah ini memiliki dua maksud. Pertama, ia
bermaksud ‘hamba wanita’ dan yang kedua ia bermaksud ‘wanita merdeka’. Para
ulama mempunyai khilaf dalam mentafsirkan kalimah Al Amah ini. Imam Nawawi
berpendapat arti Al Amah adalah ‘hamba wanita’ dan ini yang banyak dipegang
oleh para ulama. Manakala Al Hafiz Ibnu Hajar pula berpendapat ‘wanita
merdeka’.
Para ulama yang berpegang kepada maksud
‘hamba wanita’ ini berpendapat apabila
hamba tersebut melahirkan anak hasil perkahwinan dengan tuannya maka taraf anak
tersebut secara automatik menjadi tuan kepada ibunya sendiri.
Para ulama yang berpegang kepada maksud
yang kedua pula iaitu ‘wanita merdeka’ yang melahirkan tuannya ini
mengisyaratkan bahawa akan banyaknya kederhakaan manusia kepada orang tua
mereka khususnya terhadap ibu mereka sendiri.
3.
BERLINDUNG DARI HARTA YANG MENJADI
SIKSAAN ATASKU
“Janganlah harta benda dan anak-anak
mereka itu membuatmu kagum. Sungguh, Allah hanya ingin menyiksa mereka dengan
harta benda dan anak-anak itu dalam kehidupan di dunia…” (QS. At-Taubah
[9] : 55)
Tidak
mudah memahami, bagaimana Allah menjadikan harta sebagai siksa. Banyak orang
memandang harta sebagai standar kemuliaan.
Jika melihat seseorang dilapangkan rezeki oleh Allah, mereka akan mengatakan,
Allah telah memuliakannya dengan memberinya harta melimpah. Sebaliknya, jika
melihat seseorang sedang disempitkan rezekinya, maka mereka mengatakan Allah
telah menghinakannya.
Ibnu
Qoyyim Al-Jauziyah pernah menjelaskan, harta kekayaan memang bisa menjadi siksa
bagi seseorang.
Yang
pertama siksa itu bisa terletak pada saat mencarinya.
Kecintaan
berlebihan kepada harta, membuat orang melakukan hal-hal yang menyiksa diri
untuk mendapatkan harta sesuai dengan yang diinginkannya. Harta miliknya
mungkin banyak. Tapi untuk mendapatkannya ia melakukan hal-hal yang menyiksa
dirinya.
Yang
kedua, Kadang-kadang, siksa harta itu terjadi pada saat harta itu sudah menjadi
miliknya. Harta yang diinginkannya jauh lebih banyak dari yang dimilikinya. Ia
pun tersiksa ketika harus menjaga hartanya, jangan sampai berkurang atau
hilang.
Yang
ketiga, Selain itu, harta bisa menjadi siksa bagi seseorang pada saat
meninggalkan dirinya. Ia merasa sayang ketika harus menggunakan harta untuk
keperluannya sendiri atau keluarganya, untuk membayar kewajiban-kewajibannya
seperti zakat dan infak fi sabilillah. Sering pula, ia kehilangan harta, karena
kecelakaan, dicuri atau dirampok.
Dalam
ketiga keadaan tersebut, harta bisa menjadi siksa bagi seseorang. Yang
membuatnya stress, tidak bisa tidur, tidak enak makan, dan tidak bisa menikmati
segala aktivitasnya.
Allah memberikan
harta kepada sebagian hamba yang dikehendaki-Nya dan menahan dari hamba-Nya
yang lain yang dikehendaki-Nya. Sebagai ujian dan berbagai hikmah lainnya.
Sebaik-baik harta adalah harta yang baik di tangan orang yang shalih.
4.
BERLINDUNG DARI KAWAN YANG BERBUAT MAKAR;
Jelaslah,
berteman dengan orang jahat sangat berbahaya. Kita harus khawatir terhadapanya
dan berusaha menghindarinya. Selain usaha, doa tak boleh ditinggalkan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mencontohkan kepada kita
doa berlindng dari kawan yang buruk.
اَللَّهُـمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوْءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ
سَاعَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ صَاحِبِ السُّوْءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوْءِ فِيْ دَارِ
الْـمُقَامَةِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, teman yang
jahat, dan tetangga yang jahat di tempat tinggal tetapku.” (HR.
Al-Thabrani]
Berlindung dari teman yang jahat adalah teman yang tidak
membuat aman -baik pada kehormatan, harta, rahasia-, tidak menolong dalam
kebaikan, mengajak kepada kemaksiatan, dan mendorong kepada keburukan. Maka
pilah-pilihlah teman. Bertemanlah dengan orang baik. Karena seorang teman akan
memberi pengaruh kepada siapa yang ditemaninya.
Peringatan dari As Sunnah
Dari
Abu Musa al Asy'ari Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam telah bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang
baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dengan tukang
pande besi. Seorang penjual minyak wangi akan memberi kamu minyak, atau kamu membelinya atau kamu akan mendapati
bau yang harum darinya. Sedangkan pande besi, maka bisa jadi akan membakar
bajumu dan bisa pula engkau akan mendapati darinya bau yang busuk."
(Muttafaq 'alaih)
Seorang
teman yang buruk diibaratkan pande besi, karena keberadaannya dapat membakar
agama dan akhlak kita, merusaknya dan bahkan membinasakannya. Paling tidak kita
akan mendapatkan komentar negatif, seperti, “Si fulan sekarang jadi temannya si
anu.” Dalam hadits lain Nabi juga bersabda, "Seseorang
tergantung agama temannya, maka hedaklah salah seorang di antara kalian melihat
dengan siapa dia berteman."(HR. Abu Dawud)
Sebuah kisah yang disebutkan
di dalam Ash Shahihain (Bukhari-Muslim), bahwa Abu Thalib ketika menjelang
wafat didatangi oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, sedang di sampingnya ada
Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal. Maka Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam berkata,"Wahai paman, ucapkan la ilaha illallah, kalimat yang akan
aku gunakan untuk hujjah buatmu kelak disisi Allah!" Maka kedua orang
tersebut langsung berkata kepada Abu Thalib,"Apakah engkau membenci agama
Abdul Muthalib?" Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengulanginya, dan
kedua orang itu juga mengulangi pertanyaanya, dan akhirnya paman Nabi tersebut
meninggal di atas millah Abdul Muthalib.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ