Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Ishlah
Jorong Kapuah
Nagari Sumani
Kecamatan X Singkarak
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 3
Oktober 2014.M / 8 Zulhijjah 1435.H
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
“padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim Barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan
perjalanan ke Baitullah Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.[Ali Imran 3;97]
Keutamaan Ibadah Haji
Sudah kita ketahui bersama bahwa haji adalah
ibadah yang amat mulia.Ibadah tersebut adalah bagian dari rukun Islam bagi
orang yang mampu menunaikannya.Keutamaan haji banyak disebutkan dalam Al Qur’an
dan As Sunnah. Berikut beberapa di antaranya:
Pertama: Haji merupakan amalan yang
paling afdhol.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?”Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya.”Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?”Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.”Ada yang bertanya kembali,
“Kemudian apa lagi?”“Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
(HR. Bukhari )
Kedua: Jika ibadah haji
tidak bercampur dengan dosa (syirik dan maksiat), maka balasannya adalah surga
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالْحَجُّ
الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Dan haji mabrur tidak ada
balasan yang pantas baginya selain surga.”(HR. Bukhari dan Muslim).
An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang
dimaksud, ‘tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji
mabrur tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia
memang pantas untuk masuk surga.” (Syarh Shahih Muslim)
Ketiga: Haji termasuk jihad fii
sabilillah (jihad di jalan Allah)
Dari ‘Aisyah—ummul Mukminin—radhiyallahu
‘anha, ia berkata,
يَا
رَسُولَ اللَّهِ ، نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ ، أَفَلاَ نُجَاهِدُ قَالَ
« لاَ ، لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ »
“Wahai
Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah
berarti kami harus berjihad?”“Tidak.Jihad yang paling utama adalah haji
mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari]
Keempat: Haji akan menghapuskan
kesalahaan dan dosa-dosa
Dari Abu
Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ
أُمُّهُ
“Siapa yang
berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan
maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.”
(HR. Bukhari).
Kelima: Haji akan menghilangkan kefakiran
dan dosa.
Dari Abdullah
bin Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَابِعُوا
بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ
كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ
لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Ikutkanlah
umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa
sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak.Sementara
tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.”(HR.An Nasai no.
2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan
shahih)
Keenam: Orang yang berhaji
adalah tamu Allah
Dari Ibnu
‘Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
الْغَازِى
فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ
وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang
berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu
Allah.Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan.Oleh karena itu,
jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no
2893.Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).Begitu luar
biasa pahala dari berhaji.[ Muhammad
Abduh Tuasikal, Keutamaan Ibadah Haji, www.muslim.or.id, 21
October 2011
Ibadah haji adalah ibadah yang
teramat mulia.Sungguh amat sulit untuk saat ini berangkat langsung dari tanah
air karena antrian yang saking panjangnya.Namun demikian antusias orang di
negeri kita di mana mereka amat merindukan ka’bah di tanah suci. Sampai-sampai
berbagai cara ditempuh dan dijalani untuk bisa ke sana meskipun dengan cara
yang tidak Allah ridhoi. Selain itu tidak sedikit yang niatnya untuk selain
Allah, hanya ingin mencari gelar. Label pak Haji-lah yang ingin disandang
bukanlah ridho dan pahala dari Allah yang dicari. Sampai-sampai ada yang
mengharuskan di depan namanya harus dilabeli gelar “H”.
Keutamaan Haji Mabrur
Haji adalah amalan yang teramat mulia. Sampai-sampai yang
berhaji disebut dengan tamu Allah dan apa saja yang mereka panjatkan pada-Nya
mudah diperkenankan. Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
الْغَازِى فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ
وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang
berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu
Allah.Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan.Oleh karena itu,
jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no
2893.Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Amalan
haji terutama haji mabrur termasuk dalam jajaran amalan yang paling afdhol.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
»
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?”Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya.”Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?”Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.”Ada yang bertanya kembali,
“Kemudian apa lagi?”“Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
(HR. Bukhari no. 1519)
Dan
haji pun termasuk jihad.Dari ‘Aisyah—ummul Mukminin—radhiyallahu ‘anha,
ia berkata,“Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang
paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad?“Tidak.Jihad yang paling
utama adalah haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR.
Bukhari no. 1520)
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah
mengatakan, “Haji dan umroh termasuk jihad.Karena dalam amalan tersebut
seseorang berjihad dengan harta, jiwa dan badan. Sebagaimana Abusy Sya’tsa’
berkata, ‘Aku telah memperhatikan pada amalan-amalan kebaikan. Dalam shalat,
terdapat jihad dengan badan, tidak dengan harta.Begitu halnya pula dengan
puasa.Sedangkan dalam haji, terdapat jihad dengan harta dan badan.Ini
menunjukkan bahwa amalan haji lebih afdhol’.” (Lathoif Al Ma’arif, 403)
Balasan bagi haji
mabrur adalah surga, ini sungguh balasan yang luar biasa. Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ
الْجَنَّةُ
“Dan haji
mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.”(HR. Bukhari
no. 1773 dan Muslim no. 1349).
Apa itu Haji Mabrur?
Al Hasan Al Bashri rahimahullah
mengatakan, “Haji mabrur adalah jika sepulang haji menjadi orang yang zuhud
dengan dunia dan merindukan akherat.”
Al Qurthubi rahimahullah menyimpulkan,
“Haji mabrur adalah haji yang tidak dikotori oleh maksiat saat melaksanakan
manasik dan tidak lagi gemar bermaksiat setelah pulang haji.” (Tafsir Al
Qurthubi, 2/408)
An Nawawi rahimahullah berkata,
“Pendapat yang paling kuat dan yang paling terkenal, haji mabrur adalah haji
yang tidak ternodai oleh dosa, diambil dari kata-kata ‘birr’ yang
bermakna ketaatan. Ada juga yang
5
berpendapat bahwa haji mabrur adalah haji yang
diterima. Di antara tanda diterimanya haji seseorang adalah adanya perubahan
menuju yang lebih baik setelah pulang dari pergi haji dan tidak membiasakan
diri melakukan berbagai maksiat.Ada pula yang mengatakan bahwa haji mabrur
adalah haji yang tidak tercampuri unsur riya’. Ulama yang lain berpendapat
bahwa haji mabrur adalah jika sepulang haji tidak lagi bermaksiat. Dua pendapat
yang terakhir telah tercakup dalam pendapat-pendapat sebelumnya.” (Syarh Shahih
Muslim, 9/118-119)
Demikianlah kriteria haji mabrur.Kriteria penting
pada haji mabrur adalah haji tersebut dilakukan dengan ikhlas dan bukan atas
dasar riya’, bukan ingin mencari pujian, bukan ingin disebut “Pak Haji”.
Ikhlaslah dalam Ibadah
Dalam setiap
ibadah kita diperintahkan untuk ikhlas di dalamnya.Kita diperintahkan beribadah
untuk mengharap wajah Allah dan mengharap ridho-Nya.Jika kita beribadah malah
ingin mencari pujian, maka jadi sia-sialah ibadah tersebut.Termasuk di dalamnya
menunaikan haji hanya ingin mencari gelar pak Haji, segala pengorbanan yang
kita tumpahkan dari sisi biaya maupun tenaga, itu jadi tidak bernilai apa-apa.
Perintah Allah untuk ikhlas sebagaimana dalam firman-Nya,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ
دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al Bayyinah: 5)
Allah pun mengetahui segala sesuatu
yang ada dalam isi hati hamba apakah ia ikhlas ataukah ingin cari muka di
hadapan manusia dalam ibadahnya. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ
يَعْلَمْهُ اللَّهُ
“Katakanlah:
“Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya,
pasti Allah mengetahui”.” (QS. Ali Imran: 29)
6
Dalam
ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’ atau ingin cari pujian
manusia dalam firman-Nya,
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
“Jika
kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az
Zumar: 65)
Dalam hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang sia-sialah amalan yang hanya ingin
cari muka atau cari pujian manusia dalam sabdanya,
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى
الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى
تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Allah
Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam
perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku
akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan
syiriknya.” (HR. Muslim no. 2985).
Imam
Nawawi mengatakan, “Makna hadits ini adalah bahwa Allah tidak peduli pada orang
menyekutukan-Nya dalam ibadah dengan selain-Nya. Barangsiapa yang beramal yang
dia tujukan untuk Allah dan juga untuk selain-Nya, maka Allah tidak akan
menerima amalannya bahkan Allah akan meninggalkan dirinya jika ia bermaksud
demikian. Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan
batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.” (Syarh
Shahih Muslim, 18/116). Artinya, siapa yang berhaji namun hanya ingin cari
gelar, maka amalannya bisa jadi sia-sia belaka.Ikhlaslah dalam beribadah pada Allah
Ta’ala.Abul Qosim berkata, “Ikhlas adalah membersihkan amalan dari
komentar manusia.” (At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, 50-51)
Amalan
sholeh yang bisa disembunyikan lebih baik disembunyikan, tidak perlu seluruh
dunia mengetahuinya dan tidak perlu ingin cari pujian orang. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ
الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya
Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan
yang suka menyembunyikan amalannya.” (HR. Muslim no. 2965).
Basyr Al Hafiy mengatakan,
“Tidak selayaknya orang-orang semisal kita menampakkan amalan sholih walaupun
hanya sebesar dzarroh (semut kecil).Bagaimana lagi dengan amalan yang mudah
terserang penyakit riya’?” Ibrahim An Nakho’i mengatakan, “Kami tidak suka
menampakkan amalan sholih yang seharusnya disembunyikan.” Sufyan bin ‘Uyainah
mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, “Sembunyikanlah amalan kebaikanmu
sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.” Al Fudhail bin ‘Iyadh
mengatakan, “Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di
hadapan manusia.” (Dinukil dari Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas).
Imam Al Ghozali mengatakan,
“Yang tercela adalah apabila seseorang mencari pujian.Namun jika ia dipuji
karena karunia Allah tanpa ia cari-cari, maka itu tidaklah tercela.”
Semoga Allah menganugerahkan kita sifat ikhlas
dalam beribadah kepada-Nya dan menjauhkan kita dari penyakit riya’ yang dapat
menghapus amalan.[ Muhammad Abduh Tuasikal, Mencari Gelar “Pak Haji”, www.muslim.or.id, 3
October 2011
بَارَكَاللهُلِيْوَلَكُمْفِيالْقُرْآنِالْعَظِيْمِ،وَنَفَعَنِيْوَإِيَّاكُمْبِمَافِيْهِمِنَاْلآيَاتِوَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُقَوْلِيْهَذَاوَأَسْتَغْفِرُاللهَالْعَظِيْمَلِيْوَلَكُمْ
3.
Al Qur’an dan Terjemahannya, Depag RI
4.
Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah Praktis
KHUTBAH 2
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ. لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ إِلهُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ. عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
. للَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا
عَذَابَ
جَهَنَّمَ، إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا، إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا
وَمُقَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا
سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَعُوْذُ
بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا
قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن
عِبَادَاللهِ،إِنَّاللهَيَأْمُرُكُمْبِالْعَدْلِوَاْلإِحْسَانِوَإِيتَآئِذِيالْقُرْبَىوَيَنْهَىعَنِالْفَحْشَآءِوَالْمُنكَرِوَالْبَغْيِيَعِظُكُمْلَعَلَّكُمْتَذَكَّرُوْنَ.
وَلَذِكْرُاللهِأَكْبَرُ.