Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Jihad
Jorong Batang Pamo Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 04 April 2014 / 3 Jumadil
Akhir 1435.H
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي
الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا
الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا
الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ahshalatjum’at yang berbahagia
Hijrah bukan sebatas perpindahan dari Mekkah
menuju Madinah dalam rangka menyelamatkan da'wah islamiyyah tapi juga membentuk
dan membina kader-kader ummat yang siap untuk memimpin dimasa yang akan datang,
membentuk pemimpin yang amanat sehingga kepemimpinan itu mensejahterakan rakyat
bukan menzhalimi, inilah pemimpin yang amanat, yaitu pemimpin yang mengartikan
kepemimpinan bukan hadiah tapi adalah tanggungjawab kepada Allah dan kepada
rakyatnya. Allah berfirman dalam surat Al Ahzab 33;72
"Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh".
Firman
Allah dalam surat An Nisa 4;58
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat"
Secara pribadi seorang muslim dituntut untuk
bersikap amanah dalam seluruh urusan kehidupan agar kehidupan itu berjalan
dengan baik tanpa ada yang merasakan terzhalimi apalagi keberadaannya sebagai
seorang pemimpin tentu lebih dari itu dia dituntut tampil sebagai orang yang
amanah.
Hasil
hijrah yang dilakukan oleh ummat terdahulu bukan mustahil untuk bisa kita tiru
sebagai ibrah sebagaimana kepemimpinan yang amanah itu sudah pernah tampil di
panggung dunia ini, contoh figur Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Azis;
SepulangdaripembebasanYaman,
tentara Muslim membawasejumlahghanimah (rampasanperang)
keMadinahdanlangsungmenyerahkannyakepadaKhalifah Umar bin al-Khattab. Umar
lalumembagikansehelaipakaianhasilrampasanperangitukepadasetiappendudukMadinah.
Setelahdibagi rata, Umar kebagiansehelaipakaian.Karenakekecilan, pakaianituhanyasampaimenutupipahanya.Iakemudianmemintaputranya, Abdullah, untukmemberikanpakaianjatahnya. Umar pun memermakkeduapakaianitu, hinggamenutup di atasmatakakinya.
Ialalunaikmimbar, "Wahai kalian semua, dengarlahapa yang akankusampaikan .…" Tiba-tiba, Salman al-Farisimenginterupsi, "WahaiAmirulMukminin, akutidakakanmendengardanmematuhi kata-katamu!"Umar bertanya, "Mengapabegitu?"
"Engkaumengenakanduahelaipakaian, sementara kami hanyasatupakaian; di manaletakkeadilan?Andatelahberlakuzalimkepadarakyatmu?" ujar Salman protes.Mendengarkritik Salman, Umar takmarah.Iahanyatersenyumsimpul. "Hai Abdullah, berdirilahdanjelaskandudukpersoalannyakepadamereka," ungkap Umar.
Abdullah laluberkata, "Posturtubuhayahkuitutinggi.Pakaianjatahnyatidakcukup, lalujatahkukuberikankepadanya.Ialalumenyambungkannya agar bisamenutupiauratnya."Semuasahabatterdiam.Salman kembaliberkata, "Kalaubegitu, sampaikanlahpesan-pesanmuwahaiAmirulMukminin, kami akanmendengarnya.Instruksimuakan kami laksanakan."
KisahtentangketeladananseorangpemimpinjugapernahdicontohkanKhalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatuketika, Umar bin Abdul Aziz berada di suatumajelis. Ketikatibasianghari, iagelisahdanmerasabosan. Ialaluberkatakepada yang hadir, "Kalian tetap di tempatsampaisayakembali."
Ialantasmasukkeperaduannyauntukberistirahat. Tiba-tibaanaknya, Abdul Malik, mengingatkannya, "WahaiAmirulMukminin, apa yang menyebabkanengkaumasukkamar?"Khalifahmenjawab, "Sayainginberistirahatsejenak."
Putranyakemudianbertanyalagi, "Yakinkahengkaubahwasetiapkematianakandatang, sedangkanrakyatmumenunggu di depanpintumu, sementaraengkautidakmelayanimereka?" Sang Khalifah pun terkejut."Engkaubenar, wahaianakku."Ialalubangundanmenemuirakyat yang sedangmenunggunya.
Kisahkepemimpinandua Umar di atastelahmembuktikankepadasejarahbahwapemimpin yang dicintairakyatnyaadalah yang mampumengesampingkanegoismepribadisertakelompoknya.Hatinuranirakyatdannuranidirilah yang menjadi "pengawal" kepemimpinannya.
Hanyapemimpinberhatinurani yang mau "mewakafkan" jiwadanraganyauntukberdedikasi demi kemajuan, keadilan, dankesejahteraanumatsertabangsanya.Pemimpinberhatinuranidantulusakanselalumemberilayanan prima bagirakyatnya. Nabi SAW pernahbersabda, "Mintalah fatwa kepadahatinuranimu." (HR Muslim). Termasuk, dalammemimpindanmengambilkebijakan. [Pemimpin yang DicintaiRakyatnya, Republica.co,id, Selasa, 23 November 2010, 09:48 WIB]
Bagiseorangmukminpundituntutbahwajabatanbukanlahsegala-galanyadalamperjuanganini,
diamerupakanamanah, biladiadipercayamakaakandijalankansesuaidengankemampuan
yang ada, daninipunhak Allah untukmemberikankepadahamba-Nya [3;26].
“Katakanlah: "WahaiTuhan yang mempunyaikerajaan,
Engkauberikankerajaankepada orang yang
EngkaukehendakidanEngkaucabutkerajaandari orang yang Engkaukehendaki.
Engkaumuliakan orang yang EngkaukehendakidanEngkauhinakan orang yang
Engkaukehendaki.ditanganEngkaulahsegalakebajikan. SesungguhnyaEngkauMahaKuasaatassegalasesuatu.
[Ali Imran 3;26].
Allah
berhakmembeikankekuasaankepadasiapapun, baikkafirataupunmukmin,
tapisemuaituakandipertanggungjawabkan di hadapanNya,
kemuliaandankekuasaansemuanyaberada di tangan Allah;
“ Dankepunyaan Allah-lahapa yang di
langitdan yang di bumi, dansungguh kami Telahmemerintahkankepada orang-orang
yang diberiKitabsebelumkamudan (juga) kepadakamu; bertakwalahkepada Allah.
tetapijikakamukafirMaka (ketahuilah), Sesungguhnyaapa yang di langitdanapa yang
di bumihanyalahkepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya danMahaTerpuji.”[An Nisa’
4;131]
Saat Allah
menciptakanNabi Adam telahdiberikekuasaan yang kitakenaldengan “khalifah”,
adapun kata penggantitersebutdimaksudkandenganduaartilagiyakni; pengganti Allah
atauwakil-Nya di mukabumi
5
atausebagaipenggantidarijenismakhluk
yang telahdatangterlebihdahuludari Adam.
Kalaupunartinyaadalahpenggantijenismanusiasebelumnya, makadalamayat-ayat yang
lain dijelaskanbahwa “khalifah” berartipengganti Allah di bumi, untukmengolahbumidanmengaturpelaksanaanhukum
Allah [38;26, 6;165].
Bagi seorang yang mendapat jabatan dan
kekuasaan dari Allah ada beberapa kewajiban yang perlu ditunaikan diantaranya;
- Menghukum antara manusia dengan keadilan atau kebenaran.
- Jangan turut atau mengikuti hawa nafsu.
- Pangkat, jabatan, kekuasaan dan derajat itu adalah merupakan ujian dari Allah.
- Tugas untuk mengolah bumi dan memimpin manusia itu adalah sebagai ujian juga, sebagaimana orang-orang dahulu yang dijadikan berkuasa di bumi juga dicoba Allah. Maka para penguasa itu mengikuti jejak orang-orang durhaka zaman dahulu ataupun mengikuti para penguasa yang shaleh.
- Para penguasa itu hendaklah tetap menyembah Allah dan jangan mempersekutukan Allah dengan lainnya.
- Jangan pula para penguasa itu durhaka kepada Allah, sebab kalau durhaka resiko ditanggung sendiri, yakni akibat dari kedurhakaannya itu akan mereka terima berupa siksa Allah.
- Orang-orang yang beriman dan berbuat hal-hal yang baik akan dijadikan khalifah Allah di muka bumi.
Demikian besarnya tanggungjawab seorang pemimpin,
pemangku jabatan dan penguasa pada level apapun. Salah satu makna “Laa Ilaaha
Illalah” adalah “Laa amru illallah” artinya tidak ada Penguasa, Pengatur dan
Pemerinah kecuali hanya Allah. Segala kekuasaan dan jabatan yang ada di dunia
yang diemban oleh manusia adalah pendistribusian kekuasaan-Nya di dunia ini
yang wajib ditunaikan bukan diselewengkan. Itulah makanya para sahabat Nabi,
shalafus shaleh tidak begitu ambisius terhadap jabatan, tapi bila jabatan itu
diberikan kepadanya maka mereka tunaikan dengan baik. Umar bin Abdul Azis,
dikala mendapat jabatan maka ucapan pertama kali bukanlah rasa syukur tapi
ucapan seorang yang ditimpa musibah “Innalillahi wainna ilaihi raji’un”.
Tidak sedikit orang ketika sebelum mendapat jabatan
siap untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, tapi setelah jabatan itu di
tangannya maka dia lupa dengan janji-janji kampanyenya dahulu, maksudnya akan
menghauskan KKN [Korupsi, Kolusi dan Nepotisme] tapi sebaliknya malah kengtal
sekali KKN-nya sehingga wibawanya di hati ummat tidak lagi dihargai, idealisme
yang dahulu dia perjuangkan luntur dan lentur dengan materi dan fasilitas yang
tersedia, Rasulullah bersabda:
“Akan
dijumpai kelak di tengah-tengah kamu, para pembesar yang cukup mengetahui apa
yang semestinya menjadi kewajiban mereka tetapi sayang, mereka itu melakukan
kejahatan-kejahatan dan kerusakan-kerusakan.jika para pembesar itu melakkan
perbuatan yang baik, mereka sendirilah yang akan menerima pembalasannya, dan
kamu haruslah menunjukkan rasa syukur. Tetapi bila pembesar-pembesar itu
melakukan kejahatan-kejahatan, maka bencanalah yang akan ditimpakan atas pundak
mereka sendiri, sedangkan kamu semua haruslah bersikap tabah dan sabar”[HR.Muslim].
Kepemimpinan Rasulullah tergambar dalam surat dibawah ini;
" Sungguh Telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
Penyayang terhadap orang-orang mukmin."
[ At Taubah 9;128]
Ciri kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang baik dengan kriteria; beliau hadir dari
kalangan kaumnya sendiri sehingga
keberadaannya diterima oleh masyarakatnya. Beliau sama-sama merasakan
penderitaan masyarakatnya, sesakit dan sesenang bahkan Muhammad adalah orang
yang dikala ummatnya menderita beliaulah orang yang pertama merasakan
penderitaan itu tapi dikala mendapat kesenangan maka beliaulah orang yang
terakhir merasakan kesenangan tadi. Beliau adalah orang yang menginginkan
keselamatan untuk rakyatnya sehingga dikala ajal akan menjemput nabi selalu
menyebut-nyebut ummatnmya dan beliau adalah orang yang mempunyai kasih sayang
terhadap yang dipimpinnya.
Hijrah mengajak kita untuk memilih pemimpin yang
amanat dengan meninggalkan pemimpin yang khianat, untuk itu berhati-hatilah
dikala diberi kesempatan untuk memilih pemimpin pada level apa saja, baik
pemimpin pada level Kabupaten dan Kota yaitu memilih Bupati dan Wali Kota maka
pilihlah yang amanah, pada level Provinsi maka pilihlah Gubernur yang amanah,
untuk memilih Presiden juga pilih yang amanah memilih Anggota DPR,DPRD dan DPD
juga yang amanah sehingga pada semua jajaran kita punya pemimpin yang amanah
dan secara otomatis pemimpin yang khianat tidak laku laku dalam kehidupan kita
karena pemimpin khianat akan menyengsarakan rakyatnya saja, wallahu a'lam [Cubadak Solok, 26 Muharam 1432.H/ 2
Januari 2011.M].
Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2.
Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3.HaditsArbainAnNawawi,
SofyanEfendi, HaditsWeb 3.0,
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم