Khutbah Idul Adha
1435.H
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Lapangan SD
Kecamatan Lembah
Gumanti Kabupaten Solok
Tanggal 05 Oktober
2014.M / 10 Zulhijjah 1435.H
كبراللهأكبراللهأكبراللهأكبراللهأكبراللهأكبراللهأكبرالله
كبراللهأكبرالله
إِنّالْحَمْدَِللهِنَحْمَدُهُوَنَسْتَعِيْنُهُوَنَسْتَغْفِرُهُوَنَعُوْذُبِاللهِمِنْشُرُوْرِأَنْفُسِنَاوَسَيّئَاتِأَعْمَالِنَامَنْيَهْدِهِاللهُفَلاَمُضِلّلَهُوَمَنْيُضْلِلْفَلاَهَادِيَلَهُأَشْهَدُأَنْلاَإِلهَإِلاّاللهُوَأَشْهَدُأَنّمُحَمّدًاعَبْدُهُوَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّصَلّوَسَلّمْعَلىمُحَمّدٍوَعَلىآلِهِوِأَصْحَابِهِوَمَنْتَبِعَهُمْبِإِحْسَانٍإِلَىيَوْمِالدّيْن.
يَاأَيّهَاالّذَيْنَآمَنُوْااتّقُوااللهَحَقّتُقَاتِهِوَلاَتَمُوْتُنّإِلاّوَأَنْتُمْمُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَاالنَاسُاتّقُوْارَبّكُمُالّذِيخَلَقَكُمْمِنْنَفْسٍوَاحِدَةٍوَخَلَقَمِنْهَازَوْجَهَاوَبَثّمِنْهُمَارِجَالاًكَثِيْرًاوَنِسَاءًوَاتّقُوااللهَالَذِيتَسَاءَلُوْنَبِهِوَاْلأَرْحَامَإِنّاللهَكَانَعَلَيْكُمْرَقِيْبًا
يَاأَيّهَاالّذِيْنَآمَنُوْااتّقُوااللهَوَقُوْلُوْاقَوْلاًسَدِيْدًايُصْلِحْلَكُمْأَعْمَالَكُمْوَيَغْفِرْلَكُمْذُنُوْبَكُمْوَمَنْيُطِعِاللهَوَرَسُوْلَهُفَقَدْفَازَفَوْزًاعَظِيْمًا،أَمّابَعْدُ ...
فَأِنّأَصْدَقَالْحَدِيْثِكِتَابُاللهِ،وَخَيْرَالْهَدْىِهَدْىُمُحَمّدٍصَلّىاللهعَلَيْهِوَسَلّمَ،وَشَرّاْلأُمُوْرِمُحْدَثَاتُهَا،وَكُلّمُحْدَثَةٍبِدْعَةٌوَكُلّبِدْعَةٍضَلاَلَةً،وَكُلّضَلاَلَةِفِيالنّارِ.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...
Segala puji bagi Allah, Rabb dan sesembahan
sekalian alam, yang telah mencurahkan kenikmatan-kenikmatanNya, rizki dan
karuniaNya yang tak terhinggadan tak pernah putus sepanjang zaman.Kepada
makhluknya Baik yang berupa kesehatan maupun kesempatan sehingga pada kali ini
kita dapat berkumpul di tempat yang mulia dalam rangka menunaikan kewajiban
shalat Idul Fitri setelah satu bulan kita melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
Semoga shalawat dan salam
tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang
atas jasa-jasa dan perjuangan beliau cahaya Islam ini tersampaikan kepada kita,
sebab dengan adanya cahaya Islam tersebut kita terbebaskan dari kejahiliyahan,
malamnya bagaikan siangnya. Dan semoga shalawat serta salam juga tercurahkan
kepada keluarganya, para sahabatnya dan pengikut-pengikutnya hingga akhir
zaman.
Pada kesempatan kali ini tak lupa saya
wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah semuanya, marilah kita
tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah
sebaik-baiknya bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak.
Agama Islam adalah
agama yang menganjurkan dengan tegas agar pemeluknya suka berqurban dalam arti
yang seluas-luasnya. Al Qur’an mendorong ummat islam untuk menanamkan watak
kesediaan untuk senantiasa mengurbankan sebagian kepentingan kita, sebagian
rezeki kita, sebagian kelonggaran kita untuk sesama manusia. Ibadah kurban
terkait dengan ibadah haji yang ditunaikan pada bulan Zulhijjah yang kita kenal
dengan hari raya Idul Adha.
Hari raya Idul Adha merupakan hari raya istimewa karena dua
ibadah agung dilaksanakan pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun
hijriyah, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Kedua-duanya disebut oleh
Al-Qur’an sebagai salah satu dari syi’ar-syi’ar Allah swt yang harus dihormati
dan diagungkan oleh hamba-hambaNya. Bahkan mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah
merupakan pertanda dan bukti akan ketaqwaan seseorang seperti yang ditegaskan
dalam firmanNya:
“Demikianlah (perintah Allah).Dan
barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari
ketakwaan hati”. (Al-Hajj: 32)
Atau
menjadi jaminan akan kebaikan seseorang di mata Allah seperti yang diungkapkan
secara korelatif pada ayat sebelumnya,
“Demikianlah
(perintah Allah).Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allahmaka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya”. (Al-Hajj: 30)
Kedua ibadah agung ini yaitu ibadah
haji dan ibadah qurban tentu hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh mereka
yang memiliki kedekatan dengan Allah yang merupakan makna ketiga dari hari raya
ini: “Qurban” yang berasal dari kata “qaruba – qaribun” yang berarti dekat.
Jika posisi seseorang jauh dari Allah, maka dia akan mengatakan lebih baik
bersenang-senang keliling dunia dengan hartanya daripada pergi ke Mekah
menjalankan ibadah haji. Namun bagi hamba Allah yang memiliki kedekatan dengan
Rabbnya dia akan mengatakan “Labbaik Allahumma Labbaik” – lebih baik aku
memenuhi seruanMu ya Allah…Demikian juga dengan ibadah qurban. Seseorang yang
jauh dari Allah tentu akan berat mengeluarkan hartanya untuk tujuan ini. Namun
mereka yang posisinya dekat dengan Allah akan sangat mudah untuk mengorbankan
segala yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah Allah swt.
Mencapai posisi dekat
“Al-Qurban/Al-Qurbah” dengan Allah tentu bukan merupakan bawaan sejak lahir.
Melainkan sebagai hasil dari latihan (baca: mujahadah) dalam menjalankan apa
saja yang diperintahkan Allah. Karena seringkali terjadi benturan antara
keinginan diri (hawa nafsu) dengan keinginan Allah (ibadah). Disinilah akan
nyata keberpihakan seseorang apakah kepada Allah atau kepada selainNya.
Sehingga pertanyaan dalam bentuk “muhasabah: evaluasi diri ” dalam konteks ini
adalah: “mampukan kita mengorbankan keinginan dan kesenangan kita karena kita
sudah berpihak kepada Allah?…Sekali lagi, ibadah haji dan ibadah qurban
merupakan gerbang mencapai kedekatan kita dengan Allah swt.
Hadis riwayat Jundab bin Sufyan ra., ia
berkata: Aku pernah berhari raya kurban
bersama Rasulullah saw. Beliau sejenak sebelum menyelesaikan salat. Dan ketika
beliau telah menyelesaikan salat, beliau mengucapkan salam. Tiba-tiba beliau melihat
hewan kurban sudah disembelih sebelum beliau menyelesaikan salatnya. Lalu
beliau bersabda: Barang siapa telah menyembelih hewan kurbannya sebelum salat
(salat Idul Adha), maka hendaklah ia menyembelih hewan lain sebagai gantinya.
Dan barang siapa belum menyembelih, hendaklah ia menyembelih dengan menyebut
nama Allah. (Shahih Muslim ]
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.,
ia berkata: Nabi saw. berkurban dengan
dua ekor kibas berwarna putih agak kehitam-hitaman yang bertanduk. Beliau
menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, seraya menyebut asma Allah
dan bertakbir (bismillahi Allahu akbar). Beliau meletakkan kaki beliau di atas
belikat kedua kambing itu (ketika hendak menyembelih). (Shahih Muslim )
Kurban
selain ujud ketaatan kepada Allah, dia juga merupakan ujud syukur seorang hamba
atas nikmat yang sudah diterima dari Allah, diantara realisasinya adalah shalat
dan kurban;
"Sesungguhnya
kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.Maka Dirikanlah shalat Karena
Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah
yang terputus[Al Kautsar 108;1-3]
Kurban
merupakan implikasi dari nikmat-nikmat Allah yang sudah diterima seorang hamba,
artinya pahalanya ada dua dimensi,
sebelum berkurban sudah lebih dahulu menerima pahala berupa kenikmatan
dunia , hanya manusia penerima nikmat
itu yang mengerti sudah berapa banyak nikmat dunia dia terima, sehingga dari
itu semua dia juga ujudkan dengan kurban untuk mengejar pahala yang lebih besar
lagi yang berdimensi akherat, ukuran pahalanya kata Rasulullah sebanyak bulu
domba yang disembelih itu,
Ibadah
kurban adalah sarana untuk menunjukan bukti cinta kita kepada-Nya.Benar sekali,
terlalu murah rasanya bila cinta hanya diukur dengan seekor kambing.Apalagi
bila cinta kepada Sang Maha Pencipta.Maka, ketulusan dan ketundukan atas
perintah itulah yang menjadi ukurannya.Ikhlas.
"Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketaqwaan dari kamulah yang mencapainya.Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu.Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang berbuat
kebaikan!"[Al
Hajj 22;37]
Apa
hubungan kurban dengan takwa? Ternyata kurban bisa menjadi indikator bagi
ketaqwaan seorang muslim? Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi dia tidak berqurban,
maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami," (HR Ahmad dan Ibnu
Majah).
Masjid
tentulah tempat yang sangat dirindukan oleh kaum muslimin, apalagi masjidil
haram. Lalu apa artinya menjadi muslim apa artinya shalat zakat dan shaumnya?
Pengorbanan adalah wujud dari pengakuan cinta.Inilah yang ditunjukan Nabiyullah
Ibrahim as ketika diuji kecintaan sejatinya terhadap Allah SWT dengan perintah
menyembelih anak.Padahal Ismail adalah anak selama puluhan tahun dinanti-nanti.
Boleh
bergabung dalam melaksanakan kurban. Karena Nabi saw ketika menyembelih kurban
mengucapkan: "Bismillah, Wallahu Akbar, Ya Allah terimalah (qurban) ini
dari Muhammad, dan dari keluarga Muhammad, dan dari ummat Muhammad" (HR.
Muslim). Yang dilakukan para sahabat Nabi saw adalah sapi satu untuk tujuh
orang (HR. Muslim).
Islam
adalah rahmat bagi semesta.Banyak di antara umat Islam yang ingin berkurban
tapi terbentur dengan harga hewan yang mahal.Karena itu dibolehkan untuk
berpatungan. Selain itu akan terasa nilai ukhuwahnya. Rasulullah saw bersabda,
"Sayangilah oleh kamu sekalian sesama manusia yang ada di muka bumi ini,
maka pasti yang diatas langit akan menyayangi kamu."
Setiap datangnya Idul Adha
kita tidak bisa melupakan jasa agung perjuangan seorang tokoh tauhid yaitu
Ibrahim dan keluarganya;
Bayangkanlah bahwa lebih dari
4000 tahun lalu tiga manusia agung itu – Ibrahim, Hajar dan Ismail – berjalan
kaki sejauh lebih dari 2000 km – atau sejauh Makassar Jakarta – dari negeri
Syam – yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon – menuju
jazirah tandus – yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak
ditumbuhi tanaman apapun –.
Bayangkanlah bagaimana mereka
memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa.Bayangkanlah
bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah
bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi
Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat
dan pemimpin peradaban dunia.
Bayangkanlah bagaimana Ka’bah
pada mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi
sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji
– dan dalam beberapa tahun ke depan akan ditawafi sekitar 12 juta manusia
setiap tahun, persis seperti doa Nabi Ibrahim:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak
tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar
mereka mendirikan sholat..maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta
pada mereka..”( Surat Ibrahim: 37).
Bayangkanlah
bagaimana jazirah yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga
dan kini berubah menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka
bumi, persis seperti doa Ibrahim:
“Dan
ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang
aman, dan berilah rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan yang banyak..”(Surat
Al Baqarah: 126)
Bayangkanlah bagaimana Nabi
Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi
yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata
rantai kenabian di lembah itu, lalu kini – 1500 tahun kemudian – agama itu
diikuti sekitar 1,6 sampai 1,9 milyar manusia muslim, persis seperti doa
Ibrahim:
“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk
mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka
ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan
Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana.”(Surat Al Baqarah 129).
Bayangkanlah bagaimana – dari sebuah kampung kecil di Irak
bernama Azar – Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa agama samawi ini,
melalui dua garis keturunan keluarga; satu garis dari istrinya Sarah yang
menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu garis dari istrinya Hajar yang
menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini setelah lebih dari 4 millenium
agama samawi itu – Islam, Kristen dan Yahudi – dipeluk oleh lebih dari 4 milyar
manusia.
“Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu
kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam” (Surat Al Baqarah: 132).
Pelajaran yang penting yang terdapat
pada pelaksanaan ibadah haji dan hari raya Idul Adha adalah pengorbanan yang
harus dilakukan oleh seorang muslim dalam rangka meninggikan kualitas iman dan
ibadahnya kepada Allah, taqwa selain tingkat iman yang tinggi juga merupakan
ujud kedekatan seorang hamba kepada Khaliqnya, hidup akan berjalan sebagaimana
biasanya, adakah kurban berlansung padanya atau tidak sama sekali, tapi
sia-sialah hidup bila tidak ada upaya untuk mengorbankan sesuatu untuk agama
ini wallahu a’lam [Cheras Kuala Lumpur Malaysia, 04 Rajab 1432.H/ 06 Juni 2011.M].
Literatur
1.
Al
Qur’an dan Terjemahannya, Depag RI
2.
Dr. Attabiq Luthfi, MAdakwartuna.com;Khutbah Idul Adha 1429 H:
Membangun Kembali Semangat Berqurban 19/11/2008 | 19 Zulqaedah 1429 H]
3.
Cyber Sabili. Rela Berqurban Ciri Insan
Bertakwa,Sabtu, 16 Oktober 2010 01:18]
4.
Muhammad Anis Matta, Lc.Khutbah Idul
Adha 1431 H: Jalan Kebangkitan Dan Kepemimpinan Itu Adalah Bekerja Dan
Berkorban dakwatuna.com.12/11/2010 | 05 Zulhijjah 1431 H
بَارَكَاللهُلِيْوَلَكُمْفِيالْقُرْآنِالْعَظِيْمِ،وَنَفَعَنِيْوَإِيَّاكُمْبِمَافِيْهِمِنَاْلآيَاتِوَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُقَوْلِيْهَذَاوَأَسْتَغْفِرُاللهَالْعَظِيْمَلِيْوَلَكُم
KHUTBAH KEDUA
الله أكبر الله أكبر الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ،إِنَّاللهَيَأْمُرُكُمْبِالْعَدْلِوَاْلإِحْسَانِوَإِيتَآئِذِيالْقُرْبَىوَيَنْهَىعَنِالْفَحْشَآءِوَالْمُنكَرِوَالْبَغْيِيَعِظُكُمْلَعَلَّكُمْتَذَكَّرُوْنَ.
وَلَذِكْرُاللهِأَكْبَرُ.