Rabu, 27 Juni 2012

30. Kunci Keberhasilan Rasulullah


Khutbah Jum'at Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 3 Desember 2010



اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَقَّ حَمْدِهِ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ لَا نَبِيَّ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَجُنْدِهِ. أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”[Al Ahzab 33;21]

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kembali kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sebagai bekal hidup kita mengarungi dunia ini agar selamat di dunia dan di akherat, semoga kita mampu mengujudkan syukur itu dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, sebagai nabi dan rasul penutup risalah ini.

Kemudian marilah kita selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah dengan melaksanakan ibadah rutin dari shalat satu ke shalat berikutnya, dari jum’at satu ke jum’at berikutnya dari ramadhan tahun lalu menuju ramadhan berikutnya, yang semua itu sebagai bekal hidup dan sebaik-baik bekal hidup di dunia ini adalah taqwa.

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Michael Hart dalam bukunya yang berjudul “Seratus Tokoh Yang Berpengaruh di dunia”, dia mencatat Nabi Muhammad pada rangking pertama dan utama, padahal dia sebagai orang yang beragama Nasrani, orientalis dan bangsa barat.
Kekagumannya dengan Muhammad adalah keberhasilannya dalam menyebarkan misi dan risalah islam ke tengah masyarakat dunia sehingga pada detik ini ummat Muhammad terbesar di dunia ini.

Pribadi Muhammad
Muhammad adalah pribadi yang serba sempurna dalam berbagai asfek kehidupan, ibadahnya tidak ada yang dapat menandingi, kezuhudannya sehingga tidak pernah kenyang ketika makan, taqwanya tidak ada yang bisa mengalahkan. Beliaupun seorang yang pemalu bila hidupnya punya cela, bahkan auratnyapun ketika nampak oleh seorang sahabat yaitu betisnya saat memperbaiki masjid,bukan main malu beliau dengan muka merah lari dan menjauh dari mereka.

Beliau adalah orang yang berani, setiap peperangan yang dilakukan beliau adalah orang yang terdepan dan banyak sekali perang yang beliau lakukan dipimpin lansung. Demikian pula halnya Nabi Muhammad siap bertahan 13 tahun di Mekkah dalam rangka menyampaikan risalah islam ini, yang dihadapi adalah gembong-gembong Quraisy yang terkenal garang dan ganasnya.
Dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukannya tidaklah kaku sebagaimana yang digambarkan orang; canda, humor dan hiburanpun beliau nikmati tapi tidak lepas dari bingkai syariat sehingga terarah kepada kemaslahatan pribadi, keluarga dan masyarakatnya.

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Perubahan Yang Beliau Lakukan
Selama lebih kurang 23 tahun beliau menyampaikan risalah kebenaran ini, sejak dari Mekkah hingga di Madinah sampai berdirinya khilafah islamiyah banyak perubahan yang beliau lakukan seperti memperbaiki aqidah ummat agar menjadikan Allah saja sebagai Tuhan dengan Tauhidullah. Mempersatukan ummat dengan islam dan da’wah sehingga manusia dipandang bukan karena harta, jabatan dan status sosialnya tapi karena taqwa dan amalnya [Al Hujurat 49;13].

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Saat manusia meremehkan derajat wanita, ketika itu islam memberi peluang agar nasib wanitapun diperhatikan, hak-haknya ditunaikan sesuai dengan kodrat dan martabatnya. Merombak sistim ekonomi dari kegiatan ekonomi ribawi menjadi ekonomi yang dapat menyingkirkan riba sehingga masyarakat lepas dari keharaman harta bendanya.

Kerja nyata beliau selain diatas tersebut adalah mengajak manusia untuk hidup secara kaffah dalam islam yaitu sistim kehidupan yang menyeluruh sesuai dengan ajaran islam, tidak menjadikan islam secara parsial, hanya dipakai dalam ritual dan seremonial belaka.
Beliaupun berupaya untuk memperbaiki akhlak manusia secara menyeluruh melalui da’wah secara bertahap dan berkesinambungan hingga ummat ini mampu menampilkan akhlak islami dalam seluruh aktivitasnya, secara otomatis menghancurkan segala sifat dan watak jahiliyah yang sudah berkarat di hati ummatnya, inilah yang disebut dengan konsep hijrah secara maknawi.

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Sebab Keberhasilan Rasulullah
Banyak faktor yang menyebabkan hingga perjuangan dan da’wah Rasul itu berhasil diantaranya;

Pertama, Rasulullah itu hidup ditempa oleh berbagai ujian dan penderitaan sehingga pantang menyerah sebelum berhasil. Orang yang biasa hidup dengan penderitaan maka dia matang dalam menjalani kehidupan ini, tidak mudah cengeng dan selalu tegar [Al Baqarah 2;214].

“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat”

Kedua, beliau berhasil juga dilandasi dengan akhlak yang terpuji sehingga dalam kancah jahiliyah yang serba rusk ini, masyarakat Quraisy mempercaya beliau dengan gelar “Al Amin” artinya orang yang dapat dipercaya, maksudnya dalam sebuah lumpur ada mutiara itulah Muhammad [Al Ahzab 33;21].

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Ketiga, keberhasilan lainnya adalah beliau mampu menyampaikan kebenaran dengan bahasa lisan yang disesuaikan dengan perbuatan; hal ini membuat orang kagum, bahkan beliau tidak akan menyuruh orang berbuat baik sebelum beliau sendiri telah melaksanakannya

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?[Al Baqarah 2;44]

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Keempat, disamping itu beliau didukung oleh sahabat yang berkualitas [48;9], baik dari kualitas keimanan dan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya maupun piawai dalam tugas masing-masing. Siapa yang dapat mengalahkan atau menyamai kualitas Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Khalid bin Walid, Bilal bin Rabah, Mushaib bin Umair pada zaman kini.

“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang” [Al Fath 48;9]

Kelima, selain hubungan horizontal dengan sahabat dan manusia lainnya maka keberhasilan beliau juga didukung oleh sandaran vetikal dengan Khaliq yaitu Allah SWT, siang malam do’a dan munajad selalu terjaga dengan baik, perhatian dan simpati Allah mampu beliau raih sehingga bagaimanapun beratnya ujian da’wah, sulitnya perjalanan untuk melabuhkan misi ini selalu mendapat bantuan dan sambutan dari Allah.

Ketika perang Badar akan berkecamuk, dengan penuh harap dan takut beliau berdo’a kepada Allah padahal Abu Bakar sudah yakin 80 persen akan menang, beliau masih mengadu dan meminta kepada Allah:”Ya Allah andaikata pasukan yang sedikit ini kalah menghadapi kafir Quraisy yang demikian banyak sungguh ya Allah tidak ada lagi yang akan menyembahmu di dunia ini”.

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kenapa da’wah hari ini belum juga berhasil, mari kita kaji siroh Rasulullah tentang kiat-kiat beliau berjuang dan berda’wah sehingga kualitas ummat ini betul-betul sesuai dengan harapan Allah dan Rasul-nya sehingga Islam memang jaya dikemudian hari, wallahu a’lam [Mdr, 2009]

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.



JADWAL KHATIB
MUKHLIS DENROS
TAHUN 2010

NO
TANGGAL
ALAMAT MASJID
JUDUL KHUTBAH

1.        
05 Februari 2010
Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Tidak ada pemberi rezeki kecuali Allah
2.        
19 Februari 2010
Masjid Al Munawarah Ps Sungai Lasi, Kec. IX Koto Sungai Lasi
Yang membatalkan keislaman muslim
3.        
26 Februari 2010
Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Siapakah Muhammad itu?
4.        
5 Maret  2010

Masjid Jihad Batang Pamo
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Pengaruh Rasul dalam kehidupan manusia
5.        
09 April  2010

Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Kedudukan manusia
6.        
28 Mai 2010

Masjid Al Munawarah Ps Sungai Lasi, Kec. IX Koto Sungai Lasi
Makna Shirathal Mustaqim
7.        
4 Juni  2010

Masjid Al Munawarah Ps Sungai Lasi, Kec. IX Koto Sungai Lasi
Mewaspadai musuh-musuh Iman
8.        
1 Juli  2010

Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Kewajiban mukmin terhadap Allah [1]
9.        
9 Juli  2010

Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Kewajiban mukmin terhadap Allah [2]
10.    
13 Agustus  2010
Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Fadhilah Ramadhan
11.    
20 Agustus  2010
Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Mewaspadai karamnya kapal kehidupan
12.    
3 September 2010
Masjid Al Munawarah Ps Sungai Lasi, Kec. IX Koto Sungai Lasi
Memetik buah iman
13.    
1 Oktober  2010

Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Meneladani akhlak Rasulullah
14.    
15 Oktober  2010

Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Shalat dan persoalannya
15.    
12 Nofember  2010

Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Kurban mendekatkan diri kepada Allah
16.    
17 Nofember 2010

Masjid Nurul Huda Balai Pandan Cupak Kec. Gunung Talang
Kurban dan Taqwa
17.    
3 Desember  2010
Masjid Nurul Yakin Cubadak Pianggu Kec. IX Koto Sungai Lasi
Kunci keberhasilan Rasulullah

29. Qurban dan Taqwa


Khutbah Idul Adha 1431.H Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Iman
Jorong Balai Pandan Nagari Cupak
Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 17 Nofember 2010

Allahu Akbar ...............9 x Allahu Akbar Walillahilham

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:……

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita sehingga kita masih dapat menikmati kehidupan dalam iman dan islam, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat manusia agar selamat hidupnya di dunia hingga akherat, beliau sebagai teladan dan pimpinan kita dalam menapaki kehidupan ini. Kemudian marilah kita meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai bekal terbaik memasuki kehidupan akherat kelak, banyak sarana yang dapat menaikkan poltase iman kita diantaranya dari satu shalat ke shalat berikutnya, dari satu Ramadhan ke Ramadhan yang lain, dari satu ibadah kurban kepada ibadah kurban selanjutnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

Contoh puncak kebahagiaan seorang manusia tauhid, yang bersedia berkurban untuk mencapai derajat taqwa adalah Nabi Ibrahim As, beliau bersedia dengan rasa tulus ikhlas mengurbankan Ismail As putra yang dicintainya, jika memang hal itu merupakan perintah Allah, tetapi Allah yang Maha Bijaksana hanya menguji kepasrahan, ketaatan dan ketaqwaan Ibrahim. Dan Nabi Ismailpun diuji ketaatan dan kesabarannya.
Di bawah ini akan diinformasikan dialog Nabi Ibrahim AS dengan anak sulungnya, yaitu dalam Ash Shaffaat 37;102):

'Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Inilah kampanye dialogis yang menghasilkan kesepakatan kesediaan melaksanakan perintah Allah dengan sikap disiplin berasaskan keikhlasan. Kalaulah Ibrahim melakukan penyembelihan itu tanpa mengabarkan terlebih dahulu kepada Ismail maka selesailah tugas yang diamanatkan Allah kepadanya, tapi dia tidak mau peristiwa itu tanpa keterlibatan Ismail, diapun memberikan didikan kepada anaknya bahwa tugas besar itu harus juga diikuti oleh sang anak, disini tergambar bahwa orangtua tidak boleh melakukan semua peran kehidupan ini walaupun dia mampu, peran kehidupan itu juga harus dibagikan kepada anak-anak muda sebagai generasi yang akan datang.
Jawaban Ismail adalah jawaban seorang anak yang patuh kepada ketentuan Allah, dia tidak memastikan dirinya bisa berlaku sabar, tapi semuanya itu dengan izin Allah. Karena kesabaran itu sikap pribadi seseorang yang diberi hidayah oleh Allah, manusia hanya makhluk yang segala sesuatunya dibawah kekuasaan-Nya, itulah jawaban yang tepat dari Ismail dengan kalimat "Insya Allah". Lalu buat apa Allah menggantikan Ismail dengan bi dzibhin 'atzhiem seekor binatang sembelihan yang besar.
Bagi Allah tidak ada masalah, Dia Maha Kuasa, Bagi Nabi Ibrahim AS sudah ikhlas menyembelih dan Ismail juga sudah ikhlas disembelih. Yaitu untuk memberikan penekanan, penggaris bawahan, perbedaan antara agama-agama kebudayaan penyembah berhala dan dewa-dewa dengan agama wahyu, tidak boleh menyembelih, membunuh manusia. Upacara kurban bukanlah suatu yang sakral (sacrifice), bukanlah suatu sesajen [offering]

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah
Apakah daging kurban itu dapat meredakan murka Tuhan? Apakah Tuhan berhajat kepada daging kurban itu? Apakah darah kurban yang mengalir itu sesuatu yang sakral, dapat mensucikan kembali manusia dari dosa? Apakah binatang kurban itu untuk kendaraan yang berkurban di hari kemudian kelak? firman Allah dalam S. Al Hajj 22; 36,

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Jadi menurut Al Quran, daging dan darah tidak ada relevansinya dengan upacara kurban. Ajaran Islam menolak pemahaman kurban sebagai persembahan atau sesajen (offering), dan juga menolak pemahaman kurban sebagai pembasuh dan penebus dosa yang sakral sifatnya (sacrifice), tegasnya ajaran Islam menolak pengertian kurban sebagai persembahan yang sakral. Juga tidak benar bahwa binatang kurban akan menjadi kendaraan di hari kemudian.
Kurban harus diresapkan artinya menurut rasa bahasa asalnya yaitu bahasa Al Quran, yang dibentuk oleh 3 huruf Qaf, Ra, Ba, qarraba, artinya mendekatkan diri (kepada Allah SWT). Dalam S. Al Maidah 27 terdapat ungkapan Qarraba Qurba-nan, yang artinya mendekatkan diri dengan berkurban.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

Jadi upacara kurban adalah menyembelih binatang, dagingnya untuk dimakan sendiri dan dimakan oleh fakir miskin sebagai fungsi sosial, darahnya dibuang, tidak boleh dimakan karena najis, jadi sangat jauh dari sakral. Dan arti spiritualnya adalah mendekatkan diri, taqarrub kepada Allah SWT sebagai tanda berbakti kepadaNya, melaksanakan perintahnya dengan semangat taqwa. Demikianlah, menurut bahasa asalnya, yaitu bahasa Al Quran, berkurban bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan memberikan yang berkwalitas kepada orang lain sebagai realisasi taqwa. [ Makassar, 14 Juni 1992 'H.Muh.Nur Abdurrahman].

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah
Ada sikap yang harus kita miliki sebelum berkurban yaitu sikap pribadi dan level iman yang cukup baik, bahkan dalam surat Al Maidah ayat 27 tadi dinyatakan bahwa Allah hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertaqwa, selain kurban mendekatkan diri kepada Allah agar mencapai derajat taqwa maka taqwa itu sendiri juga menjadi syarat diterima kurban seseorang, sejenak kita menelaah apa makna taqwa itu ;
Ubay bin Ka'ab bertanya kepada Umar bin Khattab tentang taqwa, Umar menjawab,"Apakah anda pernah melewati jalan berduri?", Ubay menjawab,"Ya pernah", Umar bertanya,"Apakah yang anda lakukan?". Kata Ubay,"Saya kesampingkan duri itu dan berusaha maju ke depan dan berhati-hati", kata Umar, "Itulah taqwa". Rasulullah menyatakan bahwa taqwa itu ada di hati bukan diucapan, sedangkan orang yang bertaqwa juga dikatakan adalah orang yang mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Imam Al Gazali menempatkan taqwa dengan tawakkal, qona'ah, wara', dan yakin.

Berarti taqwa adalah mencari jalan yang baik untuk dilalui, menyingkirkan rintangan dalam kehidupan dan berhati-hati dalam menapaki kehidupan ini. Banyak lagi persi taqwa yang dapat dikemukakan selain persi selain pendapat diatas, namun siapakah orang yang bertaqwa itu ?. beberapa ayat dibawah ini Allah mengungkapkan orang-orang yang taqwa diantaranya;

1.Orang yang menempatkan Al Qur'an sebagai dasar kehidupan
Orang yang bertaqwa itu adalah orang yang menjadikan Al Qur'an sebagai petunjuk dalam seluruh asfek kehidupannya tanpa ragu-ragu. Al Qur’an bukanlah sekedar bacaan yang mendapat pahala ketika membacanya tapi adalah sebagai way of live bagi seorang mukmin dalam menapaki kehidupan yang penuh dengan berbagai ujian dan godaan.

"Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa"[Al Baqarah 2;2]

2.Orang yang punya pandangan jauh ke depan
Orang yang bertaqwa menjadikan kehidupan dunia adalah kehidupan sementara sedangkan kehidupan akherat adalah tujuan akhir, sehingga dunia dijadikan sebagai pulau persinggahan. Hidup bagi orang yang bertaqwa bukanlah disini dan ini saja yang hanya sebentar, tapi hidup yang abadi ada di akherat sehingga perlu bekal dan persiapan untuk menuju kesana dengan iman yang bersih dari syirik dan ibadah yang bersih dari riya'.

"Katakanlah: "Kesenangan di dunia Ini Hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun''[An Nisa' 4;77].

3.Orang yang memiliki usaha yang bersih
Rasulullah menyatakan bahwa di dunia ini ada yang halal dan itu jelas, ada yang haram dan itu juga jelas tapi ada yang samar-samar, itu yang disebut dengan syubhat, sifat orang mukmin adalah yang berhati-hati terhadap barang yang syubhat, meninggalkan yang haram sudah pasti tapi meninggalkan yang syubhat menunjukkan iman yang baik.

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”[Al Baqarah 2;172]

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

4.Orang yang memiliki sifat adil
Karena pentingnya sifat adil ini sampai Rasulullah menyuruh berlaku adil kepada anak-anak walaupun dari segi ciuman dan perhatian kepada mereka, sifat adil hanya dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa karena orang lain tidak akan mampu menegakkannya;
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."[Al Maidah 5;8].

5.Orang yang memiliki sifat setia kawan dan ukhuwah
Setia kawan dan ukhuwah hanya dimiliki oleh orang-orang beriman dengan kualitas taqwa, hal ini terujud dikala Rasulullah mempertemukan ummat ini di Madinah saat melaksanakan hijrah. Setia kawan yang dibenarkan adalah setia kawan yang terikat karena Allah semata, karena ikatan ini yang kuat tanpa dibatasi oleh ras, suku dan bangsa, sebagaimana Rasulullah mempersaudarakan Bilal bin Rabah yang awalnya budak hitam, Shuaib Ar Rumy yang berasal dari Romawi dengan Umar bin Khattab dan Usman bin Affan yang berasal dari suku Quraisy

"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat" [Al Hujurat 49;10]

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

6.Orang yang menyampaikan kebenaran
Orang yang bertaqwa adalah orang yang menyampaikan kebenaran kepada siapapun walaupun pahit akibatnya kelak. Kebenaran itu adalah apa adanya tidak dapat ditutup tutupi, hingga sampai ketika kita bercandapun oleh Rasulullah tidak boleh dengan kebohongan, harus dengan kebenaran. Karena sekali saja kita berbohong maka selamanya orang tidak akan percaya lagi;

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar" [Al Ahzab 33;70]

Taqwa adalah level yang tinggi setelah seseorang melewati fase sebagai muslim yaitu mengakui islama sebagai agamanya, ketika meningkat kualitas muslim menuju tingkat kedua yaitu mukmin, yaitu tingkatan orang yang sudah baik kepribadiannya, imannya sudah menghunjam ke dada, amalnyapun semakin bagus. Mukmin meningkatkan mutunya dengan segala kesungguhan menuju kesana sampailah kepada level Muhsin, yaitu karakter muslim yang berupaya selalu berbuat baik sebanyak mungkin, amal wajibnya ditambah dengan yang sunnah-sunnah, bila dia mampu meningkatkan kualitas iman dan amalnya maka mendekatlah kepada level Mukhlis artinya orang yang ikhlas dalam menapaki kehidupan ini, segala yang diberikan dan dilakukan hanya mencari ridha Allah, maka barulah masuk ke tahaf Muttaqin yaitu orang yang bertaqwa.

Allah tidak memandang manusia karena suku, bangsa dan kelahirannya tapi kemuliaan itu disematkan Allah kepada hamba yang mampu mencapai derajat taqwa, sebagaimana firman-Nya dibawah ini;

"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal" [Al Hujurat 49;13]

Rupanya iman dan taqwa tidak hanya diucapkan saja apalagi hanya dipendam saja di hati, tapi taqwa itu harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga hingga, masyarakat luas, sampai Nabi Ibrahim mohon kepada Allah agar nanti anak keturunannya menjadi pemimpin orang yang bertaqwa artinya menjadi orang yang bertaqwa saja sungguh mulia apalagi memimpin orang yang bertaqwa tentu kualitasnya lebih taqwa dari yang dipimpinnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah
Bukanlah kurban namanya bila penyembelihan ditujukan kepada selain Allah seperti menyembelih hewan untuk prosesi sebuah bangunan, agar bangunan tersebut kuat dan kokoh hingga bertahan lama, bukanlah kurban namanya bila penyembelihan hewan dicampakkan ke gunung atau ke laut dalam rangka untuk mengusir malapetaka dan bahaya yang datang, bukanlah kurban namanya bila penyembelihan hewan untuk tempat-tempat tertentu dengan tujuan agar mendapatkan berkah, mendatangkan keselamatan dan keuntungan, bukan pula kurban namanya bila penyembelihan hewan untuk mengobati sakit seseorang, semua hal diatas tersebut tidak pernah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul, bahkan mereka melarang penyembelihan hewan untuk hal-hal demikian.
Dengan demikian Allah mengajarkan, semakin sering kita berqurban untuk kesejahteraan ummat manusia, maka akan semakin kokoh dan sempurnalah taqwa kepada Allah Swt. Kesediaan kita untuk berqurban sudah tentu menuntut penekanan egoisme dan pengurbanan rasa keakuan kita. Tidak boleh rasa keakuan tersebut hidup subur di hati ummat Islam, karena dorongan nafsu akan menjadikan manusia serakah, yang tidak mengenal batas-batas kemanusiaan dan yang cendrung melanggar norma-norma Allah.

Agama Islam adalah agama yang menganjurkan dengan tegas agar pemeluknya suka berqurban dalam arti yang seluas-luasnya. Al Qur’an mendorong ummat islam untuk menanamkan watak kesediaan untuk senantiasa mengurbankan sebagian kepentingan kita, sebagian rezeki kita, sebagian kelonggaran kita untuk sesama manusia.

Hadis riwayat Jundab bin Sufyan ra., ia berkata:
Aku pernah berhari raya kurban bersama Rasulullah saw. Beliau sejenak sebelum menyelesaikan salat. Dan ketika beliau telah menyelesaikan salat, beliau mengucapkan salam. Tiba-tiba beliau melihat hewan kurban sudah disembelih sebelum beliau menyelesaikan salatnya. Lalu beliau bersabda: Barang siapa telah menyembelih hewan kurbannya sebelum salat (salat Idul Adha), maka hendaklah ia menyembelih hewan lain sebagai gantinya. Dan barang siapa belum menyembelih, hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah. (Shahih Muslim ]

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Nabi saw. berkurban dengan dua ekor kibas berwarna putih agak kehitam-hitaman yang bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, seraya menyebut asma Allah dan bertakbir (bismillahi Allahu akbar). Beliau meletakkan kaki beliau di atas belikat kedua kambing itu (ketika hendak menyembelih). (Shahih Muslim )

Kurban selain ujud ketaatan kepada Allah, dia juga merupakan ujud syukur seorang hamba atas nikmat yang sudah diterima dari Allah, diantara realisasinya adalah shalat dan kurban;

"Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus[Al Kautsar 108;1-3]

Kurban merupakan implikasi dari nikmat-nikmat Allah yang sudah diterima seorang hamba, artinya pahalanya ada dua dimensi, sebelum berkurban sudah lebih dahulu menerima pahala berupa kenikmatan dunia , hanya manusia penerima nikmat itu yang mengerti sudah berapa banyak nikmat dunia dia terima, sehingga dari itu semua dia juga ujudkan dengan kurban untuk mengejar pahala yang lebih besar lagi yang berdimensi akherat, ukuran pahalanya kata Rasulullah sebanyak bulu domba yang disembelih itu.wallahu a'lam [Cubadak Solok,15 Syawal 1431.H/ 24 September 2010]


أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA
Allahu Akbar ...............7 x Allahu Akbar Walillahilham
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Referensi;
1.M.Yunan Nasution, Pegangan Hidup I
2.Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
4.Buya Hamka, Pelajaran Agama Islam.
5. Kumpulan Tulisan H.Muh.Nur Abdurrahman. 23 juni 2006
6. 1100 Hadits Terpilih, Dr. Muhammad Faiz Almath
7.Hadits Arbain An Nawawi, Sofyan Efendi, HaditsWeb 3.0,





28. Qurban mendekatkan diri kepada Allah


Khutbah Jum'at Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 12 Nofember 2010


إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:……
Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita sehingga kita masih dapat menikmati kehidupan dalam iman dan islam, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat manusia agar selamat hidupnya di dunia hingga akherat, beliau sebagai teladan dan pimpinan kita dalam menapaki kehidupan ini. Kemudian marilah kita meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai bekal terbaik memasuki kehidupan akherat kelak.

Contoh puncak kebahagiaan seorang manusia tauhid, yang bersedia berkurban untuk mencapai derajat taqwa adalah Nabi Ibrahim As, beliau bersedia dengan rasa tulus ikhlas mengurbankan Ismail As putra yang dicintainya, jika memang hal itu merupakan perintah Allah, tetapi Allah yang Maha Bijaksana hanya menguji kepasrahan, ketaatan dan ketaqwaan Ibrahim. Dan Nabi Ismailpun diuji ketaatan dan kesabarannya. Di bawah ini akan diinformasikan dialog Nabi Ibrahim AS dengan anak sulungnya, yaitu dalam Ash Shaffaat 37;102):
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Inilah kampanye dialogis yang menghasilkan kesepakatan kesediaan melaksanakan perintah Allah dengan sikap disiplin berasaskan keikhlasan. Kalaulah Ibrahim melakukan penyembelihan itu tanpa mengabarkan terlebih dahulu kepada Ismail maka selesailah tugas yang diamanatkan Allah kepadanya, tapi dia tidak mau peristiwa itu tanpa keterlibatan Ismail, diapun memberikan didikan kepada anaknya bahwa tugas besar itu harus juga diikuti oleh sang anak, disini tergambar bahwa orangtua tidak boleh melakukan semua peran kehidupan ini walaupun dia mampu, peran kehidupan itu juga harus dibagikan kepada anak-anak muda sebagai generasi yang akan datang.
Jawaban Ismail adalah jawaban seorang anak yang patuh kepada ketentuan Allah, dia tidak memastikan dirinya bisa berlaku sabar, tapi semuanya itu dengan izin Allah. Karena kesabaran itu sikap pribadi seseorang yang diberi hidayah oleh Allah, manusia hanya makhluk yang segala sesuatunya dibawah kekuasaan-Nya, itulah jawaban yang tepat dari Ismail dengan kalimat "Insya Allah". Lalu buat apa Allah menggantikan Ismail dengan bi dzibhin 'atzhiem seekor binatang sembelihan yang besar.
Bagi Allah tidak ada masalah, Dia Maha Kuasa, Bagi Nabi Ibrahim AS sudah ikhlas menyembelih dan Ismail juga sudah ikhlas disembelih. Yaitu untuk memberikan penekanan, penggaris bawahan, perbedaan antara agama-agama kebudayaan penyembah berhala dan dewa-dewa dengan agama wahyu, tidak boleh menyembelih, membunuh manusia. Upacara kurban bukanlah suatu yang sakral (sacrifice), bukanlah suatu sesajen [offering]
Apakah daging kurban itu dapat meredakan murka Tuhan? Apakah Tuhan berhajat kepada daging kurban itu? Apakah darah kurban yang mengalir itu sesuatu yang sakral, dapat mensucikan kembali manusia dari dosa? Apakah binatang kurban itu untuk kendaraan yang berkurban di hari kemudian kelak? firman Allah dalam S. Al Hajj 22; 36,
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Jadi menurut Al Quran, daging dan darah tidak ada relevansinya dengan upacara kurban. Ajaran Islam menolak pemahaman kurban sebagai persembahan atau sesajen (offering), dan juga menolak pemahaman kurban sebagai pembasuh dan penebus dosa yang sakral sifatnya (sacrifice), tegasnya ajaran Islam menolak pengertian kurban sebagai persembahan yang sakral. Juga tidak benar bahwa binatang kurban akan menjadi kendaraan di hari kemudian.
Kurban harus diresapkan artinya menurut rasa bahasa asalnya yaitu bahasa Al Quran, yang dibentuk oleh 3 huruf Qaf, Ra, Ba, qarraba, artinya mendekatkan diri (kepada Allah SWT). Dalam S. Al Maidah 27 terdapat ungkapan Qarraba Qurba-nan, yang artinya mendekatkan diri dengan berkurban.
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Jadi upacara kurban adalah menyembelih binatang, dagingnya untuk dimakan sendiri dan dimakan oleh fakir miskin sebagai fungsi sosial, darahnya dibuang, tidak boleh dimakan karena najis, jadi sangat jauh dari sakral. Dan arti spiritualnya adalah mendekatkan diri, taqarrub kepada Allah SWT sebagai tanda berbakti kepadaNya, melaksanakan perintahnya dengan semangat taqwa. Demikianlah, menurut bahasa asalnya, yaitu bahasa Al Quran, berkurban bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan memberikan yang berkwalitas kepada orang lain sebagai realisasi taqwa. [ Makassar, 14 Juni 1992 'H.Muh.Nur Abdurrahman].
Bukanlah kurban namanya bila penyembelihan ditujukan kepada selain Allah seperti menyembelih hewan untuk prosesi sebuah bangunan, agar bangunan tersebut kuat dan kokoh hingga bertahan lama, bukanlah kurban namanya bila penyembelihan hewan dicampakkan ke gunung atau ke laut dalam rangka untuk mengusir malapetaka dan bahaya yang datang, bukanlah kurban namanya bila penyembelihan hewan untuk tempat-tempat tertentu dengan tujuan agar mendapatkan berkah, mendatangkan keselamatan dan keuntungan, bukan pula kurban namanya bila penyembelihan hewan untuk mengobati sakit seseorang, semua hal diatas tersebut tidak pernah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul, bahkan mereka melarang penyembelihan hewan untuk hal-hal demikian.
Dengan demikian Allah mengajarkan, semakin sering kita berqurban untuk kesejahteraan ummat manusia, maka akan semakin kokoh dan sempurnalah taqwa kepada Allah Swt. Kesediaan kita untuk berqurban sudah tentu menuntut penekanan egoisme dan pengurbanan rasa keakuan kita. Tidak boleh rasa keakuan tersebut hidup subur di hati ummat Islam, karena dorongan nafsu akan menjadikan manusia serakah, yang tidak mengenal batas-batas kemanusiaan dan yang cendrung melanggar norma-norma Allah.

Agama Islam adalah agama yang menganjurkan dengan tegas agar pemeluknya suka berqurban dalam arti yang seluas-luasnya. Al Qur’an mendorong ummat islam untuk menanamkan watak kesediaan untuk senantiasa mengurbankan sebagian kepentingan kita, sebagian rezeki kita, sebagian kelonggaran kita untuk sesama manusia.

Hadis riwayat Jundab bin Sufyan ra., ia berkata:
Aku pernah berhari raya kurban bersama Rasulullah saw. Beliau sejenak sebelum menyelesaikan salat. Dan ketika beliau telah menyelesaikan salat, beliau mengucapkan salam. Tiba-tiba beliau melihat hewan kurban sudah disembelih sebelum beliau menyelesaikan salatnya. Lalu beliau bersabda: Barang siapa telah menyembelih hewan kurbannya sebelum salat (salat Idul Adha), maka hendaklah ia menyembelih hewan lain sebagai gantinya. Dan barang siapa belum menyembelih, hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah. (Shahih Muslim ]

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Nabi saw. berkurban dengan dua ekor kibas berwarna putih agak kehitam-hitaman yang bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, seraya menyebut asma Allah dan bertakbir (bismillahi Allahu akbar). Beliau meletakkan kaki beliau di atas belikat kedua kambing itu (ketika hendak menyembelih). (Shahih Muslim )

Kurban selain ujud ketaatan kepada Allah, dia juga merupakan ujud syukur seorang hamba atas nikmat yang sudah diterima dari Allah, diantara realisasinya adalah shalat dan kurban;

"Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus[Al Kautsar 108;1-3]

Kurban merupakan implikasi dari nikmat-nikmat Allah yang sudah diterima seorang hamba, artinya pahalanya ada dua dimensi, sebelum berkurban sudah lebih dahulu menerima pahala berupa kenikmatan dunia , hanya manusia penerima nikmat itu yang mengerti sudah berapa banyak nikmat dunia dia terima, sehingga dari itu semua dia juga ujudkan dengan kurban untuk mengejar pahala yang lebih besar lagi yang berdimensi akherat, ukuran pahalanya kata Rasulullah sebanyak bulu domba yang disembelih itu.wallahu a'lam [Cubadak Solok,15 Syawal 1431.H/ 24 September 2010]
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ