Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Huda
Tanjung Riau/ Madrasah
Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
30 Jumadil Awal
1439.H / 16 Februari 2018.M
UNSUR BAHAGIA; TEMPAT TINGGAL YANG LUAS
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ:
الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ،
وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ؛ وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاءِ: الْجَارُ السُّوْءُ،
وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ
“Empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang:
1.
istri yang
shalihah,
2.
tempat
tinggal yang luas,
3.
tetangga
yang baik, dan
4. kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang termasuk
kesengsaraan seseorang: tetangga yang jelek, istri yang jelek, kendaraan yang
jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR.
Ibnu Hibban dalam Shahih-nya)
TEMPAT TINGGAL YANG LUAS
Dengan rumah yang luas, hati
kita menjadi lebih lapang. Akan banyak muncul inspirasi untuk lebih
membahagiakan keluarga dan berbuat untuk umat. Anak-anak bisa leluasa bermain
atau belajar tanpa saling mengganggu. Berbeda dengan rumah yang sempit, dengan
penghuni yang berdesak-desakan, akan lebih banyak membuat hati menjadi
sempit.Belum lagi jika ada sanak atau kerabat bertandang, maka amalan untuk
memuliakan tamu menjadi tidak bisa dioptimalkan. Kalaupun bisa, maka biasanya
akan kurang menjaga adab pergaulan dan pandangan seorang muslim.
Selain itu, rumah yang lapang
akan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan publik yang bermanfaat. Dari mulai taman
baca, tempat pengajian, posyandu, atau rapat-rapat rutin yang menambah ukhuwah
dan kedekatan antar warga. Bukankah seorang muslim terbaik adalah yang paling
luas kemanfaataannya. Maka semestinya semakin luasnya rumah dan ditambah
lapangnya hati, semakin menambah keberkahan dan kemanfaatannya.
GAMBARAN RUMAH RASULULLAH
Rumah tempat tinggal Nabi Muhammad di Madinah terletak
di pojokan Masjid Nabawi, tepatnya di tempat yang
sekarang dijadikan makam Nabi SAW.
Dirumah itulah Nabi Muhammad hidup dalam kesederhanaan.
Hanya beralaskan tanah, berdiding tanah liat, beratapn pelepah kurma dan hanya
memiliki sedikit perabotan.
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim dijelaskan:"
Bahwa suatu hari sayyidina Umar bin Al Khattab pernah menemui baginda Nabi
Muhammad. saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat
dari pelepah kurma. dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma. melihat keadaan
Nabi Muhammad yang seperti itu sayyidina Umar pun menangis" ."
Kemudian Nabi Muhammad pun bertanya: Mengapa engkau menangis?"
Sayyidina Umar Radhiallah anhu menjawab: " Bagaimana
aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah, Utusan Allah.
kekayaanmu hanya seperti ini. sedangkan kisra dan raja-raja lainnya hidup
bergelimangkan kemewahan" " Nabi Muhammad menjawab: apakah engkau tidak rela jika
kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti?"
Jawaban Nabi Muhammad menjelaskan kesederhanaannya. Dan
rumah yang berukuran panjang tidak lebih dari 5 meter, lebar hanya 3 meter,
dengan tinggi atap sekitar 2.5 meter menjadi gambaran bahwa Nabi Muhammad
tidaklah hidup dalam kemewahan dunia.
Dalam kitab shohih adabul mufrodkarya Imam
Bukhori menyebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata:" Saya melihat kamar
Rasulullah saw atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut,
saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta (1 hasta sama dengan
0,45 meter), saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira
tingginya antara 7 dan 8, saya berdiri dipintu aisyah saya dapati kamar ini
menghadap Maghrib (Marocco)" .
Muhammad merupakan salah seorang tokoh paling
berpengaruh di dunia. Bahkan, Michael H. Hart menempatkan beliau sebagai tokoh
nomor 1 paling berpengaruh sejagad raya dari dahulu hingga sekarang.
Beliau adalah seorang Nabi, pembawa ajaran
agama, juga sekaligus pemimpin negara, panutan bagi seluruh ummat manusia.
Namun, sisi kehidupan pribadi beliau adalah
kehidupan yang penuh kebersahajaan dan kesederhanaan. Beliau amat jauh dari
kata mewah dan kemegahan dunia sebagaimana halnya para raja dan penguasa.
Salah satu hal yang menandakan kebersahajaan
tersebut dapat kita lihat dari penggambaran rumah tempat tinggal beliau yang
amat sederhana. Meski pemimpin sebuah
negara, beliau tidak tinggal di istana
yang difasilitasi dengan barang-barang mewah dan dikelilingi para
pelayan.
Dalam sebuah video ditunjukkan, seorang ulama
memperlihatkan gambaran 3 dimensi rumah Rasulullah Saw yang patut untuk menjadi
renungan bagi kita bersama.
Ya, rumah Rasulullah Saw terbuat dari tanah
sebagaimana kebiasaan rumah-rumah bangsa Arab kala itu. Lalu dirangkai dengan
pelepah-pelepah kurma sebagai pelindung bagian atas.
Rumah tersebut diberi pintu yang juga terbuat
dari rangkaian pelepah kurma guna memagari bagian halaman atau beranda. Pada
bagian beranda itu juta terdapat pintu yang langsung mengarah ke arah Masjid
Nabawi, dari situ lah beliau sehari-hari berjalan menuju masjid. Dan saat ini,
bagian ini sudah termasuk ke dalam bangunan masjid yang kemudian disebut dengan
Raudhah.
Pada bagian halaman itu juga, terdapat pintu
lain yang langsung mengarah ke arah jalan.
Lantas, berapakah ukuran rumah Rasulullah Saw
sang penghulu sekalian alam itu? Subhanallah, ukuran rumah beliau hanya seluas
5 x 4 ditambah beranda 3 x 4 sehingga luas total 8 x 4 m (24 meter persegi)!.
Sungguh, di rumah ini lah beliau menghabiskan
kehidupan beliau hingga akhir usia. Hingga diceritakan, ketika beliau
melaksanakan sholat malam, beliau terpaksa bersempit-sempit dengan istri beliau
Aisyah yang tengah tertidur!
Lantas bagaimana pula dengan perabotannya?
Sebagaimana diceritakan oleh Aisya r.a istri beliau, di rumah itu awalnya hanya
terdapat sebuah ranjang kasar tempat tidur mereka bersama, lalu
kemudian
beliau dikaruniai satu ranjang lagi (jangan bayangkan semewah ranjang
sekarang). Di rumah itu tidak ada lampu...!
Ketika pemuka suku Tha'i, Uday bin Hatim al-Tha'i datang ke rumah Rasulullah Saw, yang mana waktu ia masih beragama nashrani dan selalu memakai kalung salib emas di dadanya, Rasulullah Saw menyambut tamunya tersebut dan mempersilahkannya duduk di atas alas duduk (semacam bantal) satu-satunya yang ada di rumah beliau, sementara beliau sendiri duduk di atas lantai tanah!
Sungguh kehidupan yang penuh dengan kesahajaan! Tidak ada makanan mewah, bahkan Aisyah r.a pernah bercerita bahwa mereka pernah tidak memiliki makanan selama 3 bulan sabit (tiga bulan) selain dari buah kurma kering dan air!
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ