Selasa, 06 November 2018

258. Antara Kemerdekaan, Qurban dan Bencana



Khutbah Idul Adha
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Riyadush Shalihin
Perumahan Taman Putri Indah
Kelurahan Taman Baloi, Kecamatan Batam Kota
Kota Batam Kepuluan Riau
10 Zulhijjah  1439.H / 22 Agustus  2018.M


ANTARA KEMERDEKAAN, QURBAN DAN BENCANA
Allahu Akbar 9 x
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
وَقَالَ النَّبِيُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah
Pada bulan ini yaitu bulan Agustus 2018 ada tiga hal yang kita rasakan dan alami dalam kehidupan secara pribadi, keluarga dan berbangsa dan bernegara yaitu;
1.      KEMERDEKAAN
Dari sekian nikmat Allah tersebut, ada tiga nikmat utama yang sangat penting yaitu;

Nikmat Hidup
Hidup diberikan bukan hanya kepada manusia saja, tetapi diberikan juga kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan, yang diperlengkapi dengan berbagai alat kehidupan seperti udara, air dan cahaya matahari. Kesemuanya itu dapat diperoleh dengan gratis, tanpa harus membayar kepada yang memberi hidup ini.

http://www.dudung.net/images/quran/15/15_23.pngHidup adalah kurnia Ilahi kepada setiap makhluk, terutama manusia, tidak seorangpun boleh merampasnya, kecuali dengan ketentuan-ketentuan yang lain, Allah berfirman dalam surat Al Hijr 15;23



"Dan Sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan kami (pulalah) yang mewarisi".

            Buya Hamka mengatakan bahwa kualitas hidup itu tidak tergantung dari berapa lama dia hidup tapi apa yang dia buat selama hidup itu karena sehari Harimau di rimba sama dengan setahun bagi seekor rusa, Rasulullah juga mengajarkan kepada kita bahwa orang yang baik beruntung dalam hidup itu adalah orang lama hidupnya tapi bagus amalnya, sedangkan orang yang rugi adalah orang yang sebentar hidup di dunia tapi buruk amalnya.

Nikmat Kemerdekaan
Derajat nikmat kemerdekaan lebih tinggi dari pada hidup yang hanya diberikan kepada manusia saja, sedangkan makhluk lain terikat oleh ruang dan waktu. Nilai kemerdekaan bila dibandingkan dengan hidup maka lebih tinggi nilai kemerdekaan, sebab untuk melepaskan diri dari belenggu keterikatan, manusia rela mempertahankan hak hidupnya. Apalah artinya hidup bila tertekan dan terikat dan terbelenggu. Untuk mengusir penjajah, maka dipertaruhkan nyawa rakyat suatu bangsa.

Yang dikatakan merdeka adalah orang yang mampu untuk menyatakan "iya'' walaupun dipaksa-paksa untuk menyatakan "tidak'', yang dikatakan merdeka adalah orang yang mampu untuk menyatakan "hitam" walaupun dipaksa-paksa untuk menyatakan "merah" merdeka itu adalah orang yang menegakkan kebenaran walaupun dipaksa-paksa untuk mengakui kebathilan.

http://www.dudung.net/images/quran/2/2_154.pngKalau manusia mengorbankan kemerdekaannya demi mempertahankan kehidupan samalah artinya dia dengan binatang, karena binatang tidak ada kemerdekaan, dibawa kemana saja dan diapakan saja dia terima. Selama masih bernama manusia tentunya dia tidak mau dijajah, biarlah mati berkalang tanah dari pada hidup dalam belenggu, kematian yang mereka alamipun bukan mati sembarangan tapi mati yang disebut dengan syuhada' yaitu orang yang mati syahid, bahkan Allah menerangkan bahwa mereka tidaklah mati, bahkan hidup yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan Hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.




" Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" [Al Baqarah 2;154]

MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN


Saat ini kita berada di bulan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia ialah bulan Agustus. Disebutkan dalam Pembukaan UUD ‘45, atas berkat rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu kemerderkaannya. Kemerdekaan bangsa Indonesia bukan hadiah dari Belanda, dan Jepang, tapi kemerdekaan ini ditebus oleh seluruh rakyat Indonesia dengan cucuran air mata dan tetesan darah. Pada saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menegakkan negara kesatuan Republik Indonesia, mereka tidak pernah berpikir apakah istrinya akan menjadi janda, anaknya akan menjadi yatim, hal itu tidak terpikir oleh pejuang-pejuang bangsa, yang terpikir hanya merdeka…!.
http://www.dudung.net/images/quran/7/7_96.pngKemerdekaan harus diisi dengan iman, amal shaleh dan kebaikan lainnya agar kemerdekaan itu mendapatkan berkah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala
\

 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. 7 Al-‘Araaf 96). 
Kalau bangsa Indonesia yang sudah 72 tahun merdeka, semestinya bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang besar, bangsa yang mulia, bangsa yang sejahtera. Tetapi nyatanya bangsa Indonesia belum menjadi bangsa yang besar, karena ketergantungan kepada bangsa lain, tidak ada orang yang berhutang itu mulia. Apalagi satu bangsa yang hutangnya besar tidak akan mulia di tengah-tengah percaturan internasional.
 
Negara Republik Indonesia yang merupakan anugrah dari Allah  yang nikmat dan kekayaannya begitu berlimpah ruah, mestinya tidak pantas menjadi negara yang banyak hutang dan menjadi negara yang miskin, seandainya dikelola dengan penuh amanah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَىأَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. 4 An-Nisaa 58).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

2.      QURBAN
Qurban atau kurban secara makna kata adalah hewan sembelihan. Qurban adalah salah satu ibadah dalam agama islam yang dilakukannya penyembelihan binatang ternak yang di lakukan sebagai wujud pengorbanan umat muslim. Ibadah qurban dilakukan pada bulan dzulhijah dalam penanggalan hijiriah, tepatnya pada 10 dzulhijjah.
  Ibadah qurban diawali dalam sejarah Nabi Ibrahim dan Ismail, yang kisahnya tertuang di dalam Al-qur’an surat Ash shaafaat : 102-107.


Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Dari ayat  tersebut ada empat hal pelajaran yang dapat diambil yaitu;
1.      Kalaulah Nabi Ibrahim ketika menerima perintah untuk menyembelih Ismail lansung dia laksanakan maka tidak jadi masalah, dia telah menunjukkan ketaatannya kepada Allah, dia sudah mendapat pahala, meskipun harus mengorbankan buah hatinya.
2.      Tapi Nabi Ibrahim tidak mau kalau pahala dan kebaikan itu hanya dia saja yang menerimanya, maka dia ajak anaknya untuk sama-sama mentaati Allah dan sama-sama mendapat pahala dan kebaikan.
3.      Nabi Ibrahim mengajak anaknya untuk dialog, berdiskusi memecahkan persoalan penting, ini ujud orangtua yang demeokratis,bukan orangtua yang otoriter, inilah orangtua ayah yang bijaksana dan dekat dengan anaknya.
4.      Ismail siap untuk menerima perintah Allah meskipun itu akan mengorbankan dirinya, dia adalah anak yang baik, anak yang shaleh,kalau bukan anak shaleh tentu bukan itu jawaban Ismail.
5.      Walaupun Ismail telah rela untuk menunaikan perintah Allah dengan ikhlas tapi dia masih berharap bantuan dari Allah, sebagaimana dia menyatakan,”Insya Allah ayah akan mendapatiku sebagai orang yang sabar.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

Hukum Qurban
Dalam hal ini para ulama terbagi dalam dua pendapat:

Pertama, wajib bagi orang yang berkelapangan. Ulama yang berpendapat demikian adalah Rabi’ah (guru Imam Malik), Al Auza’i, Abu Hanifah, Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya, Laits bin Sa’ad serta sebagian ulama pengikut Imam Malik, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Diantara dalilnya adalah hadits Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah 3123, Al Hakim 7672 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Pendapat kedua menyatakan Sunnah Mu’akkadah (ditekankan). Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama yaitu Malik, Syafi’i, Ahmad, Ibnu Hazm dan lain-lain. 

Seekor Kambing Untuk Satu Keluarga
Seekor kambing cukup untuk qurban satu keluarga, dan pahalanya mencakup seluruh anggota keluarga meskipun jumlahnya banyak atau bahkan yang sudah meninggal dunia. Sebagaimana hadits Abu Ayyub radhiyallahu’anhu yang mengatakan, “Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seseorang (suami) menyembelih seekor kambing sebagai qurban bagi dirinya dan keluarganya.” (HR. Tirmidzi dan beliau menilainya shahih, lihat Minhaajul Muslim, 264 dan 266).

Oleh karena itu, tidak selayaknya seseorang mengkhususkan qurban untuk salah satu anggota keluarganya tertentu, misalnya kambing 1 untuk anak si A, kambing 2 untuk anak si B, karunia dan kemurahan Allah sangat luas maka tidak perlu dibatasi.

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berqurban untuk seluruh dirinya dan seluruh umatnya. Suatu ketika beliau hendak menyembelih kambing qurban. Sebelum menyembelih beliau mengatakan:”Yaa Allah ini – qurban – dariku dan dari umatku yang tidak berqurban.” (HR. Abu Daud  & Al Hakim ). Berdasarkan hadis ini, Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby mengatakan: “Kaum muslimin yang tidak mampu berqurban, mendapatkan pahala sebagaimana orang berqurban dari umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

3.      BENCANA ALAM
Dalam beberapa bulan terakhir, banyak sekali musibah yang menimpa negeri kita tercinta. Mulai dari banjir di Jakarta dan Jawa Tengah; banjir bandang di Manado; kemudian tanah longsor dan gempa bumi di berbagai tempat,  gunung yang meletus di wilayah Sinabung dan Kelud dan terakhir yang masih mencekam adalah gempa yang menimpa NTB khusnya Lombok, sudah 381 orang yang meninggal, ribuan yang luka dan mengungsi, banyak infra struktur yang hancur sehingga ujian besar yang dialami bangsa Indonesia secara Nasional.

Jika dilihat mengunakan kacamata sains, maka bencana alam tersebut merupakan suatu fenomena alam yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan ekosistem yang ada di bumi ini, baik itu diakibatkan oleh alam ataupun yang diakibatkan oleh manusia. Akan tetapi jika kita melihat menggunakan kacamata keimanan, maka musibah tersebut merupakan suatu teguran yang Allâh berikan atas kelalaian, dosa dan maksiat yang telah kita perbuat selama ini dan mungkin ini semua merupakan tanda-tanda akhir zaman.

Terlepas dari itu semua, musibah-musibah tersebut merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allâh Subhânahu Wa Ta’ala. Takdir yang harus kita imani dan bertawakkal di dalamnya. Sebagaimana firman Allâh dalam surat At-Taubah ayat 51
http://www.dudung.net/images/quran/9/9_51.png


Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang Telah ditetapkan Allâh untuk kami. dialah pelindung kami, dan Hanya kepada Allâh orang-orang yang beriman harus bertawakal.”

Ada tiga pelajaran penting yang dapat diambil dari musibah-musibah tersebut. 

Yang pertama adalah dengan adanya musibah tersebut, Allâh ingin menguji kualitas keimanan hamba-Nya. Allâh berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allâh mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS Al Ankabut : 2-3)
 
Dalam musibah ada pelajaran tentang keimanan yang dapat kita ambil. Bukankah dengan musibah tersebut kita jadi mengetahui bahwa kita adalah hamba yang lemah dan tidak memiliki kekutatan sedikitpun, kecuali hanya dari Allâh semata.

Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang akan menerpanya. Dalam memberikan ujian kepada hamba-Nya, Allâh selalu mempertimbangkan kadar iman yang ada pada hamba tersebut. Semakin baik imannya, semakin berat pula ujiannya. Dan perlu dipahami pula, bahwa Allâh tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Allâh tidak akan menguji orang yang derajat dan kemampuannya rendah dengan ujian yang berat. Dan sebaliknya, Allâh tak akan menguji orang yang derajatnya tinggi dengan ujian yang ringan. Allâh berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚŸ
Allâh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS Al Baqarah : 286)
Poin kedua selanjutnya adalah bahwa Allâh ingin menguji kesabaran kita. Firman Allâh dalam surat Al-Baqarah ayat 155-156:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ  (١٥٦)
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allâh dan kepada-Nya-lah kami kembali.)  

Musibah bertujuan untuk melatih kesabaran kita. Bukankah kita butuh kesabaran dalam segala hal? Kita tidak akan dapat teguh di atas Al-Haq kecuali dengan bersabar dalam mentaati Allâh, dan kita tidak akan dapat menjauhi kebathilan kecuali dengan cara sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allâh. Alangkah indahnya kesabaran itu, dan kesabaran adalah bekal yang dapat mengantarkan ke surga yang penuh dengan kenikmatan.

Sifat sabar itu hanya dikaruniakan Allâh kepada manusia, tidak kepada makhluk-makhluk yang lain. Karena manusia mempunyai hawa nafsu, ia juga dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai merusak atau merugikan orang lain. Sedangkan hewan hanya diperlengkapi dengan hawa nafsu saja, tanpa mempunyai akal. Oleh sebab itu ia tidak mampu bersikap sabar. Malaikat juga tidak memerlukan sifat sabar, karena ia tidak memiliki hawa nafsu.

Poin ketiga atau yang terakhir adalah bahwa Allâh ingin menguji sejauh mana kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.

Dari hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa selama kita menolong saudara kita yang tengah mengalami kesulitan maka pasti Allâh akan menolong kita. Kita dapat memberikan pertolongan kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah baik berupa harta atau tenaga. Atau jika tidak bisa keduanya, kita dapat mendo’akan mereka agar senantiasa diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan tersebut.



بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.


Khutbah Kedua
Allahu Akbar 7 x


اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
 عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ




257. Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan


Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Hidayah
Kartini - Sei Harapan
Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
5 Zulhijjah  1439.H / 17 Agustus  2018.M


MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
 اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،

أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.


Dari sekian nikmat Allah tersebut, ada tiga nikmat utama yang sangat penting yaitu;

1.Nikmat Hidup
Hidup diberikan bukan hanya kepada manusia saja, tetapi diberikan juga kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan, yang diperlengkapi dengan berbagai alat kehidupan seperti udara, air dan cahaya matahari. Kesemuanya itu dapat diperoleh dengan gratis, tanpa harus membayar kepada yang memberi hidup ini.

Hidup adalah kurnia Ilahi kepada setiap makhluk, terutama manusia, tidak seorangpun boleh merampasnya, kecuali dengan ketentuan-ketentuan yang lain, Allah berfirman dalam surat Al Hijr 15;23


"Dan Sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan kami (pulalah) yang mewarisi".

            Buya Hamka mengatakan bahwa kualitas hidup itu tidak tergantung dari berapa lama dia hidup tapi apa yang dia buat selama hidup itu karena sehari Harimau di rimba sama dengan setahun bagi seekor rusa, Rasulullah juga mengajarkan kepada kita bahwa orang yang baik beruntung dalam hidup itu adalah orang lama hidupnya tapi bagus amalnya, sedangkan orang yang rugi adalah orang yang sebentar hidup di dunia tapi buruk amalnya.

2.Nikmat Kemerdekaan
Derajat nikmat kemerdekaan lebih tinggi dari pada hidup yang hanya diberikan kepada manusia saja, sedangkan makhluk lain terikat oleh ruang dan waktu. Nilai kemerdekaan bila dibandingkan dengan hidup maka lebih tinggi nilai kemerdekaan, sebab untuk melepaskan diri dari belenggu keterikatan, manusia rela mempertahankan hak hidupnya. Apalah artinya hidup bila tertekan dan terikat dan terbelenggu. Untuk mengusir penjajah, maka dipertaruhkan nyawa rakyat suatu bangsa.

Yang dikatakan merdeka adalah orang yang mampu untuk menyatakan "iya'' walaupun dipaksa-paksa untuk menyatakan "tidak'', yang dikatakan merdeka adalah orang yang mampu untuk menyatakan "hitam" walaupun dipaksa-paksa untuk menyatakan "merah" merdeka itu adalah orang yang menegakkan kebenaran walaupun dipaksa-paksa untuk mengakui kebathilan.

Kalau manusia mengorbankan kemerdekaannya demi mempertahankan kehidupan samalah artinya dia dengan binatang, karena binatang tidak ada kemerdekaan, dibawa kemana saja dan diapakan saja dia terima. Selama masih bernama manusia tentunya dia tidak mau dijajah, biarlah mati berkalang tanah dari pada hidup dalam belenggu, kematian yang mereka alamipun bukan mati sembarangan tapi mati yang disebut dengan syuhada' yaitu orang yang mati syahid, bahkan Allah menerangkan bahwa mereka tidaklah mati, bahkan hidup yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan Hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.


" Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" [Al Baqarah 2;154]


.Nikmat Iman
Nikmat iman hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan ini merupakan hak preogratif Allah tanpa bisa dicampuri oleh siapapun. Walaupun demikian iman tersebut akan diberikan memang kepada orang-orang yang mencarinya atau orang-orang yang memang ada kecendrungan kepada keimanan, Allah berfirman;


"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, Maka merekalah orang-orang yang merugi" [Al A'raf 7;178]

MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN


Saat ini kita berada di bulan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia ialah bulan Agustus. Disebutkan dalam Pembukaan UUD ‘45, atas berkat rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu kemerderkaannya. Kemerdekaan bangsa Indonesia bukan hadiah dari Belanda, dan Jepang, tapi kemerdekaan ini ditebus oleh seluruh rakyat Indonesia dengan cucuran air mata dan tetesan darah. Pada saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menegakkan negara kesatuan Republik Indonesia, mereka tidak pernah berpikir apakah istrinya akan menjadi janda, anaknya akan menjadi yatim, hal itu tidak terpikir oleh pejuang-pejuang bangsa, yang terpikir hanya merdeka…!.
Hendaknya kita yang sedang menikmati kemerdekaan ini, harus banyak mengkoreksi diri, karena berkat jasa-jasa para pahlawan yang telah berpulang ke rahmatullah kita merdeka. Mereka mengorban­kan darahnya demi kemerdekaan bangsa Indonesia agar terlepas dari cengkraman penjajahan. Supaya Indonesia, dipimpin oleh bangsanya sendiri yang bersih dan jujur, sehingga kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia tidak saja  dinikmati oleh orang asing, tapi dinikmati oleh bangsa sendiri. 

Maka koreksi kepada kita sendiri, apakah benar-benar bangsa Indonesia sudah diperintah oleh bangsa yang bersih, dipimpin oleh pemimpin yang bersih, jujur, dan yang benar-benar memikirkan rakyat kecil yang sengsara?. Ini merupakan sebuah pertanyaan besar, apakah seluruh kekayaan bangsa Indonesia benar-benar sudah dinikmati oleh rakyat kecil. Apakah kekayaan alam ini dinikmati oleh investor-investor bersama-sama oleh pejabat negara?.

Kalau di dalam pembukaan undang-undang Dasar 45, kita sudah kometmen bahwa kemerdekaan ini atas berkat rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bagaimana sejarah telah menunjukan bambu runcing dapat mengalahkan penjajah Belanda dengan senjata-senjata moderennya. Ini semua di samping perjuangan dan keikhlasan anak bangsa ini, juga berkat rahmat yang diberikan Allah kepada bangsa Indonesia yang harus kita syukuri bersama. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. 7 Al-‘Araaf 96). 

Kalau bangsa Indonesia yang sudah 72 tahun merdeka, semestinya bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang besar, bangsa yang mulia, bangsa yang sejahtera. Tetapi nyatanya bangsa Indonesia belum menjadi bangsa yang besar, karena ketergantungan kepada bangsa lain, tidak ada orang yang berhutang itu mulia. Apalagi satu bangsa yang hutangnya besar tidak akan mulia di tengah-tengah percaturan internasional.

Oleh sebab itu Pemerintah marilah kita sama-sama mengekang perut, tutup hutang lama, jangan memulai hutang baru. Negara Republik Indonesia yang merupakan anugrah dari Allah  yang nikmat dan kekayaannya begitu berlimpah ruah, mestinya tidak pantas menjadi negara yang banyak hutang dan menjadi negara yang miskin, seandainya dikelola dengan penuh amanah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَىأَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. 4 An-Nisaa 58).

Dalam ayat ini Allah memerintahkan supaya memberikan amanah kepada ahlinya. Amanah itu banyak macamnya; titipan, ilmu merupakan amanah, anakpun merupakan amanah, hartapun, juga kedudukan, jabatan yang dimaksud dalam ayat ini juga merupakan amanah, berikanlah kedudukan dan jabatan itu kepada ahlinya, mulai dari pejabat yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya. Dari mulai pemilihan kepala desa, camat, bupati, gubernur, menteri, sampai pemimpin negara, berikanlah kepada yang pantas dan serahkan jabatan kepada yang betul-betul ahlinya, yang amanah, terpercaya, dan jujur, jangan sampai jabatan ini diduduki oleh orang-orang yang berkhianat, yang hanya menumpuk kekayaan untuk kepentingan pribadinya, sehingga rakyatnya menjadi sengsara. Dan juga apabila menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah tetapkan hukum dengan adil, tanpa membeda-bedakan manusia. 

Ada kisah seorang wanita dari golongan Al-Mahzumiyah kedapatan mencuri, tokoh-tokoh Quraisy Arab bingung, karena wanita ini termasuk dari golongan bangsawan yang berjasa terhadap agama, kemudian di saat tokoh-tokoh Quraisy itu bingung, mereka bermusyawarah, maka mengutus Husama bin Zaid untuk menghadap kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam meminta supaya si wanita itu tidak dihukum dengan potong tangan. Setelah Husama dihadapan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, kemudian menceritakan tentang wanita yang mencuri ini, mendengar ucapan Husamah, muka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam merah (menunjukan Beliau itu marah). 

Kemudian Beliau bersabda : “Wahai Husamah telah hancur bangsa-bangsa sebelum kamu, karena apabila yang mencuri itu orang besar, seluruhnya tutup mulut, tetapi kalau yang mencuri rakyat kecil, semuanya berteriak tegakkan kebenaran dan keadilan”. Kemudian Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam  bersabda, yang artinya : “Wahai Husamah demi Allah, sendainya anak saya yang bernama Fatimah itu mencuri, pasti saya potong tanganya”. Jadi teori yang mengatakan kedudukan manusia di depan hukum itu sama, bukanlah orang Eropa dan Amerika melainkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

Di sinilah Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengingatkan kepada kita semua, apakah kita ini sudah menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah?. Dengan adanya musibah, bencana dan kesulitan datang silih berganti tak pernah berhenti di tengah-tengah bangsa Indonesia hendaklah kita berfikir.
Bagi pemimpin-pemimpin bangsa, tentunya yang beragama Islam pertama kali tegakan shalat dan keluarkan zakatnya wahai pemimpin-pemimpin bangsa. Kemudian sebagai pemimpin dari sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya kewajiban, utamanya menegakan keadilan dan mencegah kemungkaran, 

 Mudah-mudahan Allah SWT memberikan taufiq dan hidayahnya kepada para pemimpin dan seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi orang-orang yang sholeh dan solehah yang selalu menjalankan apa yang diperintahkan Allah dan manjauhi apa yang dilarangNya, sehingga membawa bangsa ini ke jalan yang diridloi oleh Allah SWT. 

Referensi;
1. 2.Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2.Buya Hamka, Pelajaran Agama Islam
3.M.Yunan Nasution,  Pegangan Hidup Jilid II
4. KH. Syukron Ma’mun, Mensyukuri Hari Kemerdekaan, Intisari
    Khutbah Jum’at tanggal, 12 Agustus 2005 M / 07 Rajab 1426 H)



بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم