Minggu, 04 November 2018

249. Mempertahankan Taqwa Ba'da Ramadhan




Khutbah Idul Fithri
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Al Kautsar
Komplek Perumahan Pemda II
Kecamatan Batu Aji
Kota Batam Kepuluan Riau
1 Syawal  1439.H / 15 Juni  2018.M

MENJAGA TAQWA BA’DA RAMADHAN
Allahu Akbar 9 x

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
 اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،

أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Allah mengajak orang beriman untuk berpuasa, sebagaimana dalam surat Al Baqarah 2;183





Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
KESALAHAN ORANG YANG PUASA

Dalam menjalankan ibadah Ramadhan ada beberapa kekeliruan dan kesalahan yang harus dihindari agar ibadah puasa kita itu optimal dan berbuah pahala di sisi Allah, diantaranya;

Pertama; keseriusan ibadah hanya di bulan Ramadhan.
Seorang mukmin dalam beribadah sebenarnya tidak kenal musim, bulan atau hari apapun dia harus beribadah, tapi dalam bulan ini Allah hanya memberi ransangan yang luar biasa dan pahala yang berbeda dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, seperti memberi makan orang yang berbuka sama pahalanya dengan orang yang puasa, ibadah sunnah yang dikerjakan sama nilainya dengan ibadah wajib, bagi yang mendapat malam qadar akan bernilai ibadahnya 1000 bulan, sehingga wajar bila Rasulullah menyatakan dalam sabdanya,”Kalau sekiranya ummatku mengetahui kebaikan di bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar supaya tahun semuanya menjadi Ramadhan, karena semua kebaikan berkumpul padanya, ketaatan bisa diterima, do’a dikabulkan, dosa diampuni dan syurga rindu kepada mereka”.

            Ibadah harus dilakukan setiap waktu, bukan hanya dalam bulan Ramadhan saja;
1.      Kalau shalat subuh di Ramadhan ramai maka ramai pula hendaknya di luar Ramadhan.
2.      Bila shalat taraweh dan witir  dikerjakan dalam bulan Ramadhan, maka kerjakan pula diluar bulan Ramadhan.
3.      Bila membaca Al Qur’an dilakukan dalam bulan Ramadhan, maka lakukan pula di luar bulan Ramadhan.
4.      Kalau infaq dan shadaqah ditunaikan dalam bulan Ramadhan maka keluarkan pula infaq selain bulan Ramadhan.
5.      Kalau puasa pada bulan Ramadhan maka lakukan pula puasa pada bulan yang lainnya
6.      Bersungguh-sungguhlah beribadah dalam kondisi apapun dan pada bulan apapun.

Kedua; melakukan perbuatan haram.
Di luar Ramadhan saja kita tidak boleh berbuat haram apalagi dalam bulan Ramadhan, seperti ghibah, adu domba, berbohong, saksi palsu dan lain-lainnya. Rasulullah bersabda,”Lima perkara yang dapat menghapuskan pahala ibadah puasa yaitu;
1.       dusta,
2.      ghibah,
3.      adu domba,
4.      sumpah palsu dan
5.      memandang dengan syahwat”.

Ketiga; bersikap malas.
Orang yang beranggapan   bahwa Ramadhan adalah bulan untuk bermalas-malasan, karena mendengar  hadits dhaif yang menyatakan bahwa tidurnya orang yang puasa itu adalah ibadah. Bahkan Ramadhan disebut juga dengan syahrul jihad, artinya bulan  untuk berjuang, tidak ada istilah bagi seorang muslim untuk berhenti bekerja karena Ramadhan, justru dengan puasa kita bekerja maka pahalanya akan berlipat ganda, Rasulullah selalu berdo’a kepada Allah, ”Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kedukaan, dari lemah dan malas, dari pengecut dan bakhil, dari belenggu hutang dan dipengaruhi orang”.

Banyak sekali kisah-kisah yang memberikan motivasi kepada kita untuk bekerja diantaranya; Umar bin Khattab pernah mengusir seorang lelaki di dalam masjid padahal hari sudah siang, dia sibuk ibadah saja dan lalai untuk mencari nafkah.  Seorang pengemis datang kepada Rasulullah minta sesuatu, Rasul memberinya kapak lalu dkisuruh mencari kayu ke hutan, sabda beliau,”Itu  lebih baik bagimu dari pada kamu meminta-minta”.
Ada pula orang yang sibuk dengan ibadah saja sementara hidupnya ditanggung oleh kakaknya, Rasul menyatakan, ”Kakakmu lebih baik darimu”.

Keempat; boros dalam makanan dan minuman.
 Orang yang  beranggapan Ramadhan adalah ajang untuk melampiaskan nafsu perut sehingga dana untuk itu disediakan, padahal makna Ramadhan adalah agar hidup hemat dan sederhana. Pemborosan itu nampak pada; makanan dan minuman dengan menyediakan seluruh jenis makanan dan minuman untuk menyambut datangnya waktu berbuka, padahal semua itu tidak akan habis bahkan lebih banyak yang mendarat ke tong sampah.

Rasulullah ketika berbuka hanya memakan 3 butir kurma yang kualitasnya baik dan minum dua teguk air setelah itu beliah shalat maghrib, kemudian baru makan sebatas yang beliau ajarkan; tidak terlalu kenyang, karena perut manusia itu harus diisi oleh air, udara dan makanan masing-masing sepertiga bagian.

Siti Fatimah suatu kali berpuasa nazar untuk tiga hari; hari pertama dia persiapkan makanan untuk berbuka satu potong roti dengan segelas air, rupanya datang seorang pengemis yang sudah sekian hari tidak makan, maka dia berikan roti itu kepada pengemis itu, hari kedua datanglah anak yatim dan hari ketiga datang pula orang yang baru keluar dari penjara, sehingga tiga hari lamanya Fatimah tidak menikmati makanan untuk berbuka selain segelas air, kita tentu tidak mampu sebagaimana anak kesayangan Rasulullah ini, tapi janganlah boros saat berbuka sehingga mubazir,

”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya syaithan dan syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhannya” [Al Isra’ 17;26-27].

MERAIH TAQWA DI BULAN RAMADHAN
Allah memberikan kesempatank kepada orang beriman untuk mencapai derajat taqwa di bulan Ramadhan padahal untuk meraih derajat itu melalui perjalanan yang panjang yaitu;
Level iman menurut ulama;
Muslim adalah keimanan yang sangat rendah sekali, baru sebatas pengakuan bahwa Allah sebagai Ilahnya. Imannya belum lagi menghunjam. Ibadahnya hanya sekedar yang dia perlukan. Dosa dan maksiat dalam kehidupannya masih kebutuhan. Suatu ketika datanglah seorang Arab Baduy ke hadapan Rasulullah dengan menyatakan ”Amanna” artinya kami telah beriman. Kontan Rasul menyahut, ”Katakanlah Aslamna, bahwa engkau baru Islam”. Allahpun menjelaskan dalam firman-Nya surat Al Hujurat ayat 14.


'' Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."[Al Hujurat 49;14].

 Ada yang menyatakan ke Islamannya di hadapan Rasulullah, setelah mengucapkan kalimat tauhid itu dipersilahkan pulang, ada pula yang siap masuk Islam   dengan syarat dia dibolehkan untuk berbuat dosa apa saja, maka Rasul cukup memberi resep kepadanya ,”Jangan berbohong” tetapi ada pula yang baru masuk Islam telah diberi pedang untuk berjihad di medan juang, berarti keimanan orang ini berbeda dengan dua orang lainnya tadi.

            Mukmin adalah level iman kedua setelah seorang muslim mengkaji ajaran Islam sehingga meningkat ”tsaqafah” [wawasan] keislamannya. Semakin menghunjam imannya sehingga ibadah wajibnya tertib dilakukan. Dosanya semakin kecil karena disibukkan oleh peningkatan iman. Mereka telah punya sifat-sifat tersendiri, sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat Al Anfal ayat 2-5;

 ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang  yang dikala disebut nama Allah bergetarlah hatinya, saat dibacakan ayat-ayat Allah bertambah keimanannya, kepada Allah mereka bertawakkal.’’

            Muhsin yaitu orang yang kualitas imannya semakin baik dengan banyaknya berbuat kebajikan. Tidak hanya yang wajib-wajib saja tetapi amal-amal sunnah sudah jadi kesukaannya seperti shalat rawatib, shalat dhuha, qiyamul lail, puasa sunnah dan infaq yang dimotivasi hanya mencari ridha Allah. surat Al Baqarah 2;195
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”
            Mukhlis adalah tingkatan yang keempat setelah menjalani berbagai training dalam kehidupan ini. Hidupnya ikhlas hanya untuk mengabdikan diri kepada Allah sebagai apapun profesi dan prestasinya. Jabatan apapun yang dia sandang; sebagai Bupati, anggota dewan, kepala bagian atau entah jabatan lainnya, tetapi dia tidak merasa tinggi dan sombong dengan itu. Sebab dia tahu bahwa semua itu adalah titipan  yang akan diminta pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah. Atau mungkin dia seorang yang rendah sekalipun statusnya di tengah masyarakat, dengan posisi ini sedikitpun dia tidak merasa hina.

Muttaqin adalah level iman yang paling tinggi,artinya orang yang bertaqwa. Suatu ketika Umar bin Khattab ditanya  oleh seorang sahabat tentang taqwa ini, maka dia balik bertanya, ”Pernahkah kamu melewati perjalanan sulit ?” maka dijawab ”Pernah”, Umar bertanya lagi, ”Bagaimana cara kamu melewati jalan itu?”, sang sahabat itu menjawab, ”Maka saya berhati-hati”, Umar lansung menukas, ”Nah itulah yang dikatakan dengan taqwa yaitu berhati-hati”.
Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya, Imam ar-Raghib al-Ashfahani mendefinisikan: "Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan."
Imam an-Nawawi mendefinisikan takwa dengan "menaati perintah dan larangan-Nya." Maksudnya, menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani, "Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya."
Imam Al Ghazali mengartikan taqwa dengan ;
1.      T; Tawakal yaitu menyerahkan hasil usaha kepada Allah setelah maksimal berusaha
2.      Q; Qona’ah artinya sikap hidup yang tidak boros dan berangan-angan tinggi. Dia terima dengan rasa syukur apa yang diperoleh hari ini, tetapi tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk masa depan.
3.      W; Wara’ artinya berhati-hati terhadap barang yang syubhat, orang yang bertaqwa ditinggalkannya yang syubhat ini.
4.      Y ; Yakin artinya kepercayaan yang semakin dalam kepada Allah, Rasul dan Syari’at-Nya. Orang yang bertaqwa lebih cepat masuk syurga daripada level iman lainnya.

Ubay bin Ka'ab bertanya kepada Umar bin Khattab tentang taqwa, Umar menjawab,"Apakah anda pernah melewati jalan berduri?", Ubay menjawab,"Ya pernah", Umar bertanya,"Apakah yang anda lakukan?". Kata Ubay,"Saya kesampingkan duri itu dan berusaha maju ke depan dan berhati-hati", kata Umar, "Itulah taqwa". Rasulullah menyatakan bahwa taqwa itu ada di hati bukan diucapan, sedangkan orang yang bertaqwa juga dikatakan adalah orang yang mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

            Rupanya iman dan taqwa tidak hanya diucapkan saja apalagi hanya dipendam saja di hati, tapi taqwa itu harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga hingga masyarakat luas, sampai Nabi Ibrahim mohon kepada Allah agar nanti anak keturunannya menjadi pemimpin orang yang bertaqwa artinya menjadi orang yang bertaqwa saja sungguh mulia apalagi memimpin orang yang bertaqwa tentu kualitasnya lebih taqwa dari yang dipimpinnya, wallahu a'lam.


Sumber;
1.M.Yunan Nasution, Pegangan Hidup I
2.Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
4.Buya Hamka, Pelajaran Agama Islam.
5.Muhammad Nasih Ulwan, Tarbiyah Ruhiyyah



بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ

KHUTBAH KEDUA
Allahu Akbar 7x

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
 عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر



Tidak ada komentar:

Posting Komentar