Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Hidayah
Kartini - Sei Harapan
Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
5 Zulhijjah
1439.H / 17 Agustus 2018.M
MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Dari sekian nikmat Allah tersebut, ada
tiga nikmat utama yang sangat penting yaitu;
1.Nikmat
Hidup
Hidup diberikan bukan hanya kepada manusia saja, tetapi
diberikan juga kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan, yang diperlengkapi dengan
berbagai alat kehidupan seperti udara, air dan cahaya matahari. Kesemuanya itu
dapat diperoleh dengan gratis, tanpa harus membayar kepada yang memberi hidup
ini.
Hidup adalah kurnia Ilahi kepada setiap makhluk, terutama
manusia, tidak seorangpun boleh merampasnya, kecuali dengan ketentuan-ketentuan
yang lain, Allah berfirman dalam surat Al Hijr 15;23
"Dan Sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan
dan kami (pulalah) yang mewarisi".
Buya Hamka mengatakan bahwa
kualitas hidup itu tidak tergantung dari berapa lama dia hidup tapi apa yang
dia buat selama hidup itu karena sehari Harimau di rimba sama dengan setahun
bagi seekor rusa, Rasulullah juga mengajarkan kepada kita bahwa orang yang baik
beruntung dalam hidup itu adalah orang lama hidupnya tapi bagus amalnya,
sedangkan orang yang rugi adalah orang yang sebentar hidup di dunia tapi buruk
amalnya.
2.Nikmat
Kemerdekaan
Derajat nikmat kemerdekaan lebih tinggi dari pada hidup
yang hanya diberikan kepada manusia saja, sedangkan makhluk lain terikat oleh
ruang dan waktu. Nilai kemerdekaan bila dibandingkan dengan hidup maka lebih
tinggi nilai kemerdekaan, sebab untuk melepaskan diri dari belenggu
keterikatan, manusia rela mempertahankan hak hidupnya. Apalah artinya hidup
bila tertekan dan terikat dan terbelenggu. Untuk mengusir penjajah, maka
dipertaruhkan nyawa rakyat suatu bangsa.
Yang
dikatakan merdeka adalah orang yang mampu untuk menyatakan "iya'' walaupun
dipaksa-paksa untuk menyatakan "tidak'', yang dikatakan merdeka adalah
orang yang mampu untuk menyatakan "hitam" walaupun dipaksa-paksa
untuk menyatakan "merah" merdeka itu adalah orang yang menegakkan
kebenaran walaupun dipaksa-paksa untuk mengakui kebathilan.
Kalau manusia mengorbankan kemerdekaannya demi
mempertahankan kehidupan samalah artinya dia dengan binatang, karena binatang
tidak ada kemerdekaan, dibawa kemana saja dan diapakan saja dia terima. Selama
masih bernama manusia tentunya dia tidak mau dijajah, biarlah mati berkalang
tanah dari pada hidup dalam belenggu, kematian yang mereka alamipun bukan mati
sembarangan tapi mati yang disebut dengan syuhada' yaitu orang yang mati
syahid, bahkan Allah menerangkan bahwa mereka tidaklah mati, bahkan hidup yaitu
hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat
kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan Hanya Allah sajalah yang mengetahui
bagaimana keadaan hidup itu.
" Dan janganlah kamu mengatakan terhadap
orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" [Al
Baqarah 2;154]
.Nikmat Iman
Nikmat iman hanya diberikan
kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan ini merupakan hak preogratif Allah
tanpa bisa dicampuri oleh siapapun. Walaupun demikian iman tersebut akan
diberikan memang kepada orang-orang yang mencarinya atau orang-orang yang
memang ada kecendrungan kepada keimanan, Allah berfirman;
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh
Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan
Allah, Maka merekalah orang-orang yang merugi" [Al A'raf 7;178]
MENSYUKURI NIKMAT KEMERDEKAAN
Saat ini kita berada di bulan yang
bersejarah bagi bangsa Indonesia ialah bulan Agustus. Disebutkan dalam
Pembukaan UUD ‘45, atas berkat rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu kemerderkaannya. Kemerdekaan bangsa
Indonesia bukan hadiah dari Belanda, dan Jepang, tapi kemerdekaan ini ditebus
oleh seluruh rakyat Indonesia dengan cucuran air mata dan tetesan darah. Pada
saat itu rakyat Indonesia bersatu untuk menegakkan negara kesatuan Republik
Indonesia, mereka tidak pernah berpikir apakah istrinya akan menjadi janda,
anaknya akan menjadi yatim, hal itu tidak terpikir oleh pejuang-pejuang bangsa,
yang terpikir hanya merdeka…!.
Hendaknya kita yang sedang menikmati kemerdekaan ini, harus
banyak mengkoreksi diri, karena berkat jasa-jasa para pahlawan yang telah
berpulang ke rahmatullah kita merdeka. Mereka mengorbankan darahnya demi
kemerdekaan bangsa Indonesia agar terlepas dari cengkraman penjajahan. Supaya
Indonesia, dipimpin oleh bangsanya sendiri yang bersih dan jujur, sehingga
kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia tidak saja dinikmati oleh
orang asing, tapi dinikmati oleh bangsa sendiri.
Maka koreksi kepada kita
sendiri, apakah benar-benar bangsa Indonesia sudah diperintah oleh bangsa yang
bersih, dipimpin oleh pemimpin yang bersih, jujur, dan yang benar-benar
memikirkan rakyat kecil yang sengsara?. Ini merupakan sebuah pertanyaan besar,
apakah seluruh kekayaan bangsa Indonesia benar-benar sudah dinikmati oleh
rakyat kecil. Apakah kekayaan alam ini dinikmati oleh investor-investor
bersama-sama oleh pejabat negara?.
Kalau di dalam pembukaan
undang-undang Dasar 45, kita sudah kometmen bahwa kemerdekaan ini atas berkat
rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bagaimana sejarah telah menunjukan bambu
runcing dapat mengalahkan penjajah Belanda dengan senjata-senjata moderennya.
Ini semua di samping perjuangan dan keikhlasan anak bangsa ini, juga berkat
rahmat yang diberikan Allah kepada bangsa Indonesia yang harus kita syukuri
bersama. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya :
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan limpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,
maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. 7 Al-‘Araaf 96).
Kalau bangsa Indonesia yang sudah 72 tahun
merdeka, semestinya bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang besar, bangsa
yang mulia, bangsa yang sejahtera. Tetapi nyatanya bangsa Indonesia belum
menjadi bangsa yang besar, karena ketergantungan kepada bangsa lain, tidak ada
orang yang berhutang itu mulia. Apalagi satu bangsa yang hutangnya besar tidak
akan mulia di tengah-tengah percaturan internasional.
Oleh
sebab itu Pemerintah marilah kita sama-sama mengekang perut, tutup hutang lama,
jangan memulai hutang baru. Negara Republik Indonesia yang merupakan anugrah
dari Allah yang nikmat dan kekayaannya
begitu berlimpah ruah, mestinya tidak pantas menjadi negara yang banyak hutang
dan menjadi negara yang miskin, seandainya dikelola dengan penuh amanah.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَىأَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ
تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ
سَمِيْعًا بَصِيْرًا
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”
(QS. 4 An-Nisaa 58).
Dalam ayat ini Allah
memerintahkan supaya memberikan amanah kepada ahlinya. Amanah itu banyak
macamnya; titipan, ilmu merupakan amanah, anakpun merupakan amanah, hartapun,
juga kedudukan, jabatan yang dimaksud dalam ayat ini juga merupakan amanah,
berikanlah kedudukan dan jabatan itu kepada ahlinya, mulai dari pejabat yang
sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya. Dari mulai pemilihan
kepala desa, camat, bupati, gubernur, menteri, sampai pemimpin negara,
berikanlah kepada yang pantas dan serahkan jabatan kepada yang betul-betul
ahlinya, yang amanah, terpercaya, dan jujur, jangan sampai jabatan ini diduduki
oleh orang-orang yang berkhianat, yang hanya menumpuk kekayaan untuk kepentingan
pribadinya, sehingga rakyatnya menjadi sengsara. Dan juga apabila menetapkan
hukum di antara manusia, hendaklah tetapkan hukum dengan adil, tanpa
membeda-bedakan manusia.
Ada kisah seorang wanita dari
golongan Al-Mahzumiyah kedapatan mencuri, tokoh-tokoh Quraisy Arab bingung,
karena wanita ini termasuk dari golongan bangsawan yang berjasa terhadap agama,
kemudian di saat tokoh-tokoh Quraisy itu bingung, mereka bermusyawarah, maka
mengutus Husama bin Zaid untuk menghadap kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi
Wasallam meminta supaya si wanita itu tidak dihukum dengan potong tangan.
Setelah Husama dihadapan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, kemudian
menceritakan tentang wanita yang mencuri ini, mendengar ucapan Husamah, muka
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam merah (menunjukan Beliau itu marah).
Kemudian Beliau bersabda : “Wahai
Husamah telah hancur bangsa-bangsa sebelum kamu, karena apabila yang mencuri
itu orang besar, seluruhnya tutup mulut, tetapi kalau yang mencuri rakyat
kecil, semuanya berteriak tegakkan kebenaran dan keadilan”. Kemudian
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
bersabda, yang artinya : “Wahai Husamah demi Allah, sendainya anak
saya yang bernama Fatimah itu mencuri, pasti saya potong tanganya”. Jadi
teori yang mengatakan kedudukan manusia di depan hukum itu sama, bukanlah orang
Eropa dan Amerika melainkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Di sinilah Allah Subhanahu Wa
Ta’ala mengingatkan kepada kita semua, apakah kita ini sudah menjalankan apa
yang diperintahkan oleh Allah?. Dengan adanya musibah, bencana dan kesulitan
datang silih berganti tak pernah berhenti di tengah-tengah bangsa Indonesia
hendaklah kita berfikir.
Bagi pemimpin-pemimpin bangsa,
tentunya yang beragama Islam pertama kali tegakan shalat dan keluarkan zakatnya
wahai pemimpin-pemimpin bangsa. Kemudian sebagai pemimpin dari sekecil-kecilnya
sampai kepada yang sebesar-besarnya kewajiban, utamanya menegakan keadilan dan
mencegah kemungkaran,
Mudah-mudahan Allah SWT memberikan taufiq
dan hidayahnya kepada para pemimpin dan seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi
orang-orang yang sholeh dan solehah yang selalu menjalankan apa yang
diperintahkan Allah dan manjauhi apa yang dilarangNya, sehingga membawa bangsa
ini ke jalan yang diridloi oleh Allah SWT.
Referensi;
1. 2.Al Qur'an
dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2.Buya Hamka,
Pelajaran Agama Islam
3.M.Yunan
Nasution, Pegangan Hidup Jilid II
Khutbah Jum’at tanggal, 12 Agustus 2005 M /
07 Rajab 1426 H)
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar