PERJUANGAN NABI
IBRAHIM
MENINGGALKAN SYIRIK
Khutbah Idul Adha 1437.H/ 2016.M
Di Masjid Nur Iman Perumahan Tiban
Mas
Kecamatan Sekupang Kota Batam
Hari Senen, 10 Zulhijjah 1437.H
12 September 2016.M
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ
(×3) اللهُ اَكبَرْ (×3
كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا
وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ
وَللهِ اْلحَمْدُ
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ
صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا
الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا
الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah,
Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul menikmati
indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir
mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka’at Idul Adha sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci. Marilah kita bersama-sama meningkatkan
taqwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai
langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang
tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan
dari Allah Yang Maha Tinggi.
Muslimin dan Muslimat yang
dimuliakan Allah
Hari ini adalah hari
yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi umat beragama di seluruh
penjuru dunia, dan bagi umat muslim pada khususnya. Karena hari ini merupakan
hari kemenangan seorang Nabi penemu konsep ke-tuhidan dalam berketuhanan.
Sebuah penemuan maha penting dijagad raya, tak tertandingi nilainya
dibandingkan dengan penemuan para santis dan ilmuan. Karena berkat konsep
ke-tauhidan yang ditemukan Nabi Allah Ibrahim, manusia dapat menguasai alam
dengan menjadi khalifah alal ardh.
Setelah Nabi Allah Ibrahim as menyadari bahwa Allah adalah
The Absolute One, Dzat yang paling Esa, maka semenjak itu juga umat manusia
tidak dibenarkan menyembah matahari, menyembah bintang, menyembah binatang,
menyembah batu dan alam. Ini artinya manusia telah memposisikan dirinya
di atas alam. Ajaran ke-Esa-an yang diprakarsai oleh Nabi Allah Ibrahim telah
mengangkat derajat manusia atas alam se-isinya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sesungguhnya tidak berlebihan jika hari ini kita jadikan
sebagai salah satu hari besar kemanusiaan internasional yang harus diperingati
oleh manusia se-jagad raya. Oleh karena itu hari ini adalah momen yang tepat
untuk mengenang perjuangan Nabi Allah Ibrahim as dan upayanya menemukan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Bagaimana beliau bersusah payah melatih alam kebathinannya untuk
mengenal Tuhan Allah Yang Paling Berkuasa. Bukankah itu hal yang amat sangat
rumit? Apalagi jika kita membandingkan posisi manusia sebagai makhluk yang
hidup dalam dunia kebendaan, sedangkan Allah Tuhan Yang Maha Sirr berada
ditempat yang tidak dapat dicapai dengan indera?
Bagaimana Nabi Allah Ibrahim bisa menemukan-Nya? Tentunya
melalui berbagai jalan yang
panjang. Melalui latihan dan penempaan jiwa yang berat. Untuk itulah mari
kita lihat rekaman tersebut dalam surat Al-An’am ayat 75-79
Dan demikianlah Kami perlihatkan
kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi
dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. (75)
Ketika malam telah gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang
tenggelam “ (76)
Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku".
Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."
(77)
Kemudian
tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang
lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78)
Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan (79)
Para Hadirin yang dimuliakan Allah
Jika
kita lihat dokumen sejarah yang termaktub dalam al-Qur’an di atas, hal ini
menunjukkan betapa proses pencarian yang dilakukan Nabi Allah Ibrahim as
sangatlah berat. Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim berhasil menemukan Tuhan
Allah Rabbil Alamin, bukan tuhan suku dan bangsa tertentu, tapi Tuhan seru
sekalian alam. Tuhan yang senantiasa berada sangat dekat dengan manusia baik
ketika terpejam maupun ketika terjaga. Itulah sejarah terbesar yang dipahatkan
oleh Nabi Allah Ibrahim di sepanjang relief kehidupan umat manusia yang
seharusnya selalu dikenang oleh umat beragama.
Sejak
awal Nabi Ibrahim tidak mau menserikatkan Tuhan walaupun dia belum tahu siapa
Tuhan itu, sehingga dia hanya memasrahkan dirinya kepada Tuhan Semesta Alam.
Seorang mukmin, harus melepaskan dirinya dari syirik, karena syirik itu menodai
iman dan mencederai tauhid.
Bahaya
syirik itu adalah;
Pertama, memadamkan
cahaya fithrah; kesucian manusia telah mengakui Allah sebagai Ilah
sejak dari alam ruh atau alam kandungan [Al A’raf;172]
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Kedua, mematikan
tuntutan jiwa yang suci, jiwa membutuhkan yang baik, suci dan tauhid,
syirik berarti mematikan jiwa yang suci dan menghambat tuntutan hati nurani
manusia [Al Hajj 22;31]
Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.
Ketiga, syirik dapat menggugurkan amal shaleh sehingga segala kegiatan
yang dilakukan walaupun berujud ibadah maka disisi Allah tidak akan dihitung
dan tidak pula diperhitungkan, karena mereka telah mencemari pengabdian, tidak
mengingkari tauhid yang suci;[Az Zumar 39;65]
Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan
(Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi.
Kelima, Syirik termasuk perbuatan zhalim yang besar
sebab dia telah mengkhianati Allah, dari sekian kezhaliman maka syirik
merupakan sebesar-besarnya kezhaliman;
“Dan
(Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".[Luqman 31;13]
Keenam, syirik yang tergores dihati ummat berarti
telah merusak keimanannya kepada Allah, walaupun Allah mengampuni
segala perbuatan dosa manusia dengan izinnya bila bertaubat, dan ini merupakan
hak preogratifnya, selain itu syirik juga merupakan dosa besar;
“
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.”[An Nisa ‘ 4;48]
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah,
Idul Adha yang kita peringati
saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban binatang
ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa
Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi
berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan
“Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat
bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai
kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?”
Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah,
tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengizinkan
para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan
dan keluarganya tidak membuatnya lalai
dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa
konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor
unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor
ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner.
Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh
seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah,
tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan
semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya
akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim
mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan
bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya
yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun.
Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini,
supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh
sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shaffat :
102
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah
Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti.
Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk
rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun
mengatakan, : ”jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih
sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi
dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu
rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah
yang dilaksanakan di mina.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan
tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak
leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak
melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan
bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang
menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan
singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk
kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya
dilindungi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, jangan cerita bagaimana ayah mengikat
tanganku. Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu
tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku, janganlah
terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan bersedih.”
Nabi Ibrahim menjawab ”baiklah anakku, Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, akan menolongmu”.
Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun
diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih dengan menekan pisau itu
kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala, membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah..
bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tidak
melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya
malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada
perintah-Nya.”
Ibrahim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan
menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan
bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrohim
mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu
terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup
memotong leher” kata ibrahim. Dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, pisau itu
menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana
mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,”
Dalam pada itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya.
Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan
perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah
meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka.
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada
bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan
ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy,
kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.”
Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya
Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan
Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang
ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak
akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta
kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir.
memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong
sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda
sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan
sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat
kita jauh dari Rahmat Allah.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat
Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan
hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di
Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar
untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat
diambil dari peristiwa tersebut adalah:
Pertama,
Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang
sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang
tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Kedua,
perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na.
Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pastilah
manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
I’tibar
ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia,
agar membangkang dari ketentuan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran
dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon, karena
sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata.
Keempat,
jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya
hayawan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu
hayawaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan
Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan
menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak
pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling
besar dalam sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang
Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu, maka
lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan
air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam,
sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang
wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak
berharap, berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita,
elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan
kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan
negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang
besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan
pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu
menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama,
bangsa dan Negara.
Ma’asyiral Muslimin
Demikianlah
uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan marilah
kita berdoa kepada Allah swt semoga amal ibadah kita diterima. Semoga kita yang
disini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti
cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana diberi keselamatan
semua. Amien
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ
الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ
(4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً
وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ
اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ،
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ