Kamis, 08 Desember 2016

185. Al Aimmah AlMudhillin [Pemimpin Penyesat Ummat]










Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Hikmah
Baloi Kesehatan
Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
9 Rabiul Awal  1438. H/ 9 Desember  2016.M


AL AIMMAH AL MUDHILLIN
[PEMIMPIN PENYESAT UMMAT]

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah.

Masalah kepemimpinan dalam Islam adalah masalah yang sangat penting, yang dapat kita lihat dalam beberapa hal;     

Pertama Rasulullah pernah bersabda yang menyebutkan “Kullukum Ra’in, Wakullukum min ra’iyatih, setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kepemimpinan akan diminta pertanggungjawabannya.

 Kedua, ketika Rasulullah wafat, tertunda penguburan beliau karena hal yang penting ketika itu belum selesai yaitu kelanjutan kepemimpinan ummat, setelah jelas bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai Khalifah yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah maka barulah diurus jenazah Rasulullah.

Ketiga, Pemimpin di tengah kehidupan ummat ini sangat banyak sekali, ada yang pemimpin tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat dan ada pula pemimpin formal yang tercakup dalam Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Hadirnya pemimpin itu dalam rangka untuk mengajak ummat ke jalan Allah yaitu jalan kebenaran, jalan yang sesuai dengan wahyu dan ajaran Allah, bila tidak maka tidak beda dengan pemimpin legendaries yaitu Fir’aun,  ada peringatan dari Allah Ta’ala mengenai lakon Fir’aun dan wadyabalanya, di antaranya Allah firmankan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

“dan berlaku angkuhlah Fir'aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami hukumlah Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut.Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al-Qashash [28] : 39-42)

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah, ayat-ayat tersebut adalah kisah nyata, peringatan kepada manusia bahwa Fir’aun dan wadyabalanya yang angkuh itu telah dibinasakan oleh Allah Ta’ala.Di dunia ini pun dilaknat, sedang di akherat dijauhkan dari rahmat.

Imam Abu Bakar Al-Jazairi dalam tafsirnya Aisarut Tafaasir menjelaskan, firman Allah Ta’ala: Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka artinya, Kami jadikan Fir’aun dan pentolan-pentolannya sebagai pemimpin-pemimpin dalam kekafiran yang diikuti oleh orang-orang yang sombong dan dhalim kapan saja dan di mana saja, yang menyeru (manusia) ke neraka dengan kekafiran, kemusyrikan dan maksiat-maksiat, yaitu hal-hal yang mengakibatkan ke neraka. Dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong bahkan dilipatgandakan bagi mereka adzab, dihinakan dan dinistakan, karena siapa saja yang mengajak kepada keburukan maka dosanya menimpa dirinya ditambah dengan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa orang yang mengikutinya sedikitpun.

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah, peringatan dari Allah Ta’ala ini sangat penting untuk diperhatikan, agar jangan sampai kita menjadi pengikut Fir’aun dan wadyabalanya yang menjerumuskan ke neraka. Dan masih pula ada peringatan yang datangnya dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadits sebagai berikut:

Dari Tsauban, ia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wasallam bersabda, 'Sesungguhnya yang aku takuti (bahayanya) atas umatku hanyalah imam-imam/ pemimpin-pemimpin yang menyesatkan'." (H.R Ahmad, rijalnya tsiqot–terpercaya menurut Al-Haitsami, juga dikeluarkan oleh Abu Daud, Ad-Darimi, dan At-Tirmidzi, ia berkata: Hadits Shahih. Al-Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah berkata, isnadnya shahih atas syarat Muslim).

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah, siapakah imam-imam yang menyesatkan (aimmah mudhillin) itu?
Imam Al-Munawi dalam kitabnya, At-Taisir bisyarhil Jami’is Shaghir menjelaskan, Imam-imam yang menyesatkan (al-Aimmah al-mudhillin) artinya seburuk-buruk pemimpin, yang menyimpang dari kebenaran dan menyelewengkan kebenaran.(Al-Munawi, At-Taisir bisyarhil Jami’is Shaghir juz 2 halaman 728).

Sementara itu Al-Mubarokafuri menjelaskan, Imam-imam yang menyesatkan, artinya penyeru-penyeru kepada bid’ah-bid’ah, kefasikan (pelanggaran-pelanggaran) dan fujur (kejahatan-kejahatan).(Al-Mubarokafuri, Tuhfatul Ahwadzi, syarah Jami’ At-Tirmidzi juz 6 halaman 401).

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sangat khawatir terhadap pemimpin-pemimpin yang menyesatkan.Namun kenapa kadang di antara penerus yang mewarisi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam justru membiarkan tokoh sesat menyesatkan merajalela.

Mereka mencontohi untuk mencampur adukkan antara yang haq dengan yang batil, bahkan kebatilannya itu sudah menyangkut masalah yang paling prinsipil yakni aqidah/keyakinan alias keimanan. Mereka mencontohi untuk meremehkan keimanan, hingga mengikuti perayaan atau hari-hari besar orang kafir seperti natalan, tahun baru Masehi (Januari) dan bahkan mengada-adakan upacara kemusyrikan (dosa terbesar dan tak diampuni bila ketika hidup tidak bertaubat) seperti larung laut (bersesaji
untuk syetan laut), ruwatan (bersesaji untuk syetan dinamai raksasa Betoro Kolo) dan sebagainya.

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah, kenyataan di sini, yang tampak adalah tidak seperti sikap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda:

« إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِى الأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ ».
“Sesungguhnya yang aku takuti (bahayanya) atas umatku hanyalah imam-imam/pemimpin-pemimpin yang menyesatkan.”

Walaupun kesesatan, penyesatan, plus pendhaliman telah dilancarkan oleh para aimmah (pemimpin), namun Ummat Islam ini kadang justru mendukungnya, sampai menciumi tangannya.

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah, di samping kekhawatiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap seburuk-buruk para pemimpin yakni al-aimmah almudhillin, para pemimpin yang menyesatkan, masih pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir pula terhadap orang-orang yang tidak kalah burukya. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ
"Sesungguhnya yang paling aku takuti dari ummatku adalah setiap orang munafiq yang pandai bersilat lidah."(HR. Ahmad dan Ibnu Bathah dalam Al-Ibanah, shahih sanadnya menurut Al-Albani dalam Silisilah Shahihah nomor 1013).

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah.Setiap orang munafiq yang pandai bicara, telah sangat dikhawatirkan bahayanya terhadap Ummat Islam ini. Bagaimana pula apabila munafiq-munafiq yang pandai bicara itu banyak, lalu diberi kesempatan banyak pula oleh media massa untuk menyampaikan hal-hal yang sangat berbahaya bagi Ummat Islam. Dan bagaimana pula bila mereka itu berkomplot dengan aimmah mudhillin tersebut?

Benarlah kekhawatiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang bahaya dua kelompok orang itu, yaitu pemimpin-pemimpin yang menyesatkan, dan orang-orang munafiq yang pandai bicara itu.

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah, ketika yang diberi amanah justru membiarkan adanya masalah ini berlangsung, maka ancaman dahsyat telah ditegaskan. Ancaman yang sangat berat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut:
“Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan jujur, kecuali tak bakalan mendapat bau surga.” (HR. Al-Bukhari No. 6617)
“Tidaklah seorang pemimpin memimpin masyarakat muslimin, lantas dia meninggal dalam keadaan menipu mereka, kecuali Allah mengharamkan surga baginya.” (HR. Al-Bukhari- 6618)

Tinggal pertanyaannya, apakah ketika para pemimpin banyak yang menyesatkan, sedang munafiqin banyak pula yang pandai bersilat lidah, dan Ummat Islam kebanyakan adalah orang-orang yang awam agama, masih kah tersisa lagi orang-orang yang akan menegakkan Islam ini? Seandainya ada, bukankah ejekan, hinaan dan celaan bahkan tuduhan dan serangan akan menderanya?
Ternyata Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan:
"Dan sekelompok dari ummatku akan senantiasa di atas kebenaran dan menang. Orang yang menentang mereka sama sekali tidak membahayakan mereka hingga keputusan Allah 'Azza wajalla datang." (HR. Ahmad, sanadnya shahih atas syarat Muslim kata Syaih Syu’aib Al-Arnauth).

Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah, dalam pembahasan tentang al-aimmah al-mudhillin ini tentunya sekelompok Ummat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senantiasa di atas kebenaran dan menang itu bukan orang-orang yang dikalahkan oleh dukun-dukun, paranormal, para juru kunci kuburan yang membuat cerita dusta, tidak jelas, fiktif, dan aneka dukungan orang serta para “pasien”nya itu. Tetapi adalah orang-orang Muslim yang dimusuhi oleh para pendukung dukun-dukun dan para juru kunci itu.

Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan masih adanya sekelompok dari ummatnya yang senantiasa di atas kebenaran dan menang, pernyataan itu tidak mungkin ditujukan kepada Ummatnya yang menyelisihi beliau. Tetapi adalah orang-orang yang taat kepada apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan, dan bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Satu ketika terjadilah dialog antara Raja Tar Tar An Nahar dengan Ali bin Abi Thalib, Raja Tar Tar An Nahar adalah raja yang zhalim, raja yang menyesatkan rakyatnya, dia bertanya kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, “Hai Ali, saya tahu, ketika Abu Bakar, Umar dan Usman jadi Khalifah, Negeri Madinah ini aman, makmur dan rakyatnya sejahtera, tapi ketika anda jadi Khalifah, negeri ini kacau, rusak, dan banyak terjadi pemberontakan. Dengan tenang Ali bin Abi Thalib menjawab, “Benar apa yang anda sebutkan, ketika Abu Bakar, Umar dan Usman jadi Khalifah, negeri ini aman dan rakyatnya sejahtera, karena rakyatnya mayoritas seperti saya, tapi ketika saya sebagai Khalifah, rakyatnya seperti kau”.

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang tetap mengikuti kebenaran, dan dihindarkan dari fitnah al-aimmah al-mudhillin dan munafiqin ‘alimil lisan, di manapun dan kapanpun.Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Sumber; Hartono Ahmad Jaiz, Al-aimmah Al-mudhillin (Para Pemimpin Penyesat Umat)Eramuslim; Rabu, 11/05/2011 11:40 WIB |



بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُم




Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
 عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ