Senin, 05 November 2012

66. Yang Diridhai dan Dibenci Allah


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 14 September 2012/ 27 Syawal 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam menjalankan kehidupan ini selalu dalam bimbingan-Nya, Amin. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini kehidupan yang penuh arti melalui iman dan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi yaitu kampung akherat. Taqwa yang sungguh-sungguh itulah kelak akan mendapat tempat yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.

Sidang jum’ah yang dimuliakan Oleh Allah
Pada kesempatan ini, kami akan sampaikan sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diRiwayatkan Oleh Imam Muslim di dalam shahihnya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ ».
Dari Abu Hurairah, ia beRkata, “Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah meridhai untuk kalian tiga peRkaRa dan membenci tiga peRkaRa; Allah Ridha, kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, kalian beRpegang teguh dengan tali Allah dan tidak beRceRai beRai, dan Allah benci; kalian menyebaRkan beRita yang tidak benaR, banyak beRtanya seRta menyia-nyiakan haRta.
Sidang jum’ah yang beRbahagia
Di dalam hadits ini teRdapat bebeRapa pelajaRan beRhaRga yang patut kita peRhatikan.

PeRtama, wajibnya kita mentauhidkan Allah dalam beRibadah kepadanya. Tauhid meRupakan pOndasi agama Islam, tidak akan tegak agama ini kecuali dengannya. tauhid meRupakan kewajiban yang peRtama yang haRus dilaksanakan Oleh seORang muslim. Tauhid meRupakan hak Allah yang paling besaR. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beRsabda,

« يَا مُعَاذُ أَتَدْرِى مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ ». قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « أَنْ يُعْبَدَ اللَّهُ وَلاَ يُشْرَكَ بِهِ شَىْءٌ - قَالَ - أَتَدْرِى مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ إِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ ». فَقَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ ».
Wahai Muadz! Tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-Nya?” Dia menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu Rasulullah beRsabda, “Hak Allah
atas Hamba-Nya adalah agaR disembah dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun.” Rasulullah beRtanya kembali, “Tahukah engkau apa hak hamba atas Allah, jika meReka sudah menunaikan hak Allah?” Muadz menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah beRsabda, Allah tidak akan menyiksa meReka.” (Muttafaqun ‘Alaih).
Tauhid adalah dakwah paRa Rasul, mulai daRi Nabi Nuh ‘alaihissalam hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka sehaRusnya seORang Muslim mempelajaRi tentang tauhid sebelum mempelajaRi yang lainnya. Allah beRfiRman,

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ
“Ketahuilah bahwasannya tidak ada sesembahan yang paling beRhak disembah kecuali Allah dan mintalah ampun atas dOsa-dOsamu.” (QS. Muhammad: 19)
Dan tauhid meRupakan kunci masuk suRga.

PelajaRan kedua, kita wajib menjauhi syiRik. Yaitu menyekutukan Allah dalam beRibadah kepadaNya.
Sidang jum’ah yang beRbahagia
SyiRik meRupakan bentuk kezhaliman yang besaR, bahkan yang paling besaR seRta pelanggaRan teRhadap hak Allah. Allah beRfiRman,

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya syiRik meRupakan satu kezhaliman yang besaR.” (QS. Luqman: 13)
Allah mengancam ORang yang melakukan peRbuatan syiRik dengan ancaman yang membuat meRinding ORang yang beRiman kaRena takut, yaitu dOsa pelaku tidak akan diampuni dan akan kekal di neRaka.
Akan tetapi meRupakan suatu musibah yang besaR pada zaman ini, di mana banyak ORang teRjeRumus ke dalam peRbuatan syiRik. Penyebabnya adalah meReka enggan mempelajaRi ilmu tauhid yang meRupakan lawan daRi syiRik. Sungguh meRugi ORang yang banyak melakukan amal kebaikan akan tetapi tidak ada satupun yang diteRima Oleh Allah, kaRena ia campuR ibadah-ibadahnya dengan peRbuatan syiRik. Allah beRfiRman,

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Jika kamu beRbuat syiRik, sungguh akan teRhapus amalanmu dan engkau akan menjadi ORang yang sangat meRugi.” (QS. az-ZumaR: 65).

Yang ketiga, kita wajib beRpegang teguh dengan tali Allah dan tidak beRpecah belah.
Allah beRfiRman,

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
“Dan beRpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan janganlah kalian beRpecah belah.” (QS. Ali ImRan: 103)

Dalam ayat ini Allah memeRintahkan kita agaR beRpegang teguh dengan al-QuR’an dan Sunnah Rasulullah, dan melaRang kita daRi peRpecahan. Lebih-lebih lagi di zaman sekaRang ini, saat fitnah banyak teRsebaR yang menggiRing manusia menuju jalan yang salah. Maka tidak ada jalan lain untuk menangkal fitnah-fitnah teRsebut kecuali dengan beRpegang teguh dengan al-QuR’an dan sunnah Rasulullah, sesuai dengan pemahaman paRa salafus Shalih. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam beRsabda,

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كَثِيراً فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ
“Sesungguhnya siapa di antaRa kalian yang masih hidup setelah (kematian)ku, niscaya ia akan melihat peRselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian untuk beRpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah paRa Khulafa ARROsyidin setelahku.” (HR. Abu Daud).
Inilah tiga hal yang apabila kita melaksanakannya, Allah akan meRidhainya.
Kemudian tiga hal yang dibenci Oleh Allah adalah,

PeRtama; MenyebaRkan beRita yang tidak jelas kebenaRannya. KaRena hal teRsebut hanya akan menimbulkan fitnah seRta peRmusuhan. Sehingga Allah melaRang kita agaR melakukan tabayun (mengecek kebenaRannya) apabila kita mendengaR suatu beRita. Allah beRfiRman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا
“Hai ORang-ORang yang beRiman, jika datang kepadamu ORang fasik membawa suatu beRita, maka peRiksalah dengan teliti, (QS. al-HujuRat :6)
Bahkan Rasulullah mengecam ORang yang suka mebeRitakan setiap apa yang didengaR dengan membeRikan pRedikat pembOhOng, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseORang dikatakan sebagai pendusta tatkala ia membeRitakan dengan peRkataan yang ia dengaR.” (HR. Muslim).

Maka maRilah kita menjaga lisan kita daRi peRkataan-peRkataan yang tidak beRmanfaat.
Kedua, Banyak beRtanya tentang sesuatu yang tidak peRlu.
Yang ini meRupakan sebab hancuRnya umat-umat teRdahulu. Rasulullah beRsabda,

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ.
“Apa yang aku laRang, maka jauhilah dan apa yang aku peRintahkan, lakukanlah sesuai dengan kemampuanmu. Sesungguhnya penyebab binasanya ORang-ORang teRdahulu adalah banyak beRtanya dan penentengan teRhadap nabi-nabi meReka.” (HR. Muslim)

Oleh sebab itu paRa sahabat mengatakan, “Kami dengaR dan kami taat teRhadap peRintah Allah dan Rasul-Nya.” Dan begitulah sehaRusnya sikap seORang mukmin teRhadap peRintah Allah dan RasulNya. Allah beRfiRman,

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً
“Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi peRempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetappkan suatu ketetapan, akan ada bagi meReka pilihan (yang lain) tentang uRusan meReka.Dan baRang siapa menduRhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. al-Ahzab: 36)
Ketiga, menghambuR-hambuRkan haRta di dalam hal yang tidak beRmanfaat.

Ikwani fiddin
HaRta meRupakan amanah daRi Allah yang nanti pada haRi kiamat, Allah akan dimintai peRtanggungjawabannya. Rasulullah beRsabda,

لا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ جَسَدِهِ فِيمَا أَبْلاهُ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا وَضَعَهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ
“Pada haRi kiamat nanti, tidak akan beRgeseR kaki seORang hamba sampai ia ditanya empat masalah; tentang umuRnya, dimana dia habiskan ?; Tentang badannya, untuk apa dia peRgunakan?; Tentang haRtanya daRi mana ia dapatkan dan untuk apa ia peRgunakan?; Dan tentang ilmunya, apa yang ia lakukan dengan ilmunya?"

Maka seORang muslim hendaknya menggunakan haRtanya untuk suatu hal yang beRnilai ibadah di sisi Allah.

Itulah tiga hal yang dicintai Oleh Allah dan tiga hal yang dibenci Oleh Allah.
KebenaRan datang daRi Allah dan kesalahan daRi kami dan daRi syaitan dan Allah beRlepas diRi DaRi kesalahan teRsebut.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْ
1. Majalah as-Sunnah, SOlO. Edisi 08/VII/1424H/2003M
2. Kumpulan Ceramah Mukhlis Denros

65. Generasi Meninggalkan Shalat dan Mengikuti Syahwat


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Huda
Jorong Balai Pandan Nagari Cupak
Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 31 Agustus 2012/ 13 Syawal 1433.H

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى:

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Selayaknya kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada kita sehingga kalau kita hitung-hitung nikmat tersebut sungguh tidak terkira jumlahnya, bila nikmat itu kita syukuri maka akan ditambah-tambah oleh Allah dengan nikmat yang lain dan sebaliknya bila diingkari maka azab Allah akan diberikan, dari sekian nikmat-Nya adalah nikmat iman dan islam sehingga kita masih merasakan bagaimana indahnya hidup dalam dekapan hidayah-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat tersebut.

Shalawat dan salam kita sampaikan pula kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang telah menuntun ummatnya ke jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang dahulu yang diberi nikmat oleh Allah bukan jalan orang-orang yang dimurkai apalagi jalan orang yang sesat, dengan banyak membaca shalawat semoga kita mendapat syafaatnya kelak dengan izin Allah, kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah yang diaplikasikan melalui amal ibadah sehari-hari sebagai bekal menuju akherat.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Orang yang shalat dengan baik akan membekas pada prilakunya sehari-hari dengan pengaruh positif sebagai berikut;

1. Menanamkan Sifat Disiplin
Orang yang shalat tidak akan menyia-nyiakan waktu karena dia terikat oleh waktu-waktu shalat yang harus segera ditunaikan, sebelum berangkat dia sudah dapat memperkirakan dimana nanti shalatnya, andaikata tdak ada waktu karena perjalanan yang jauh dia siap dengan shalat jamak/ qasharnya, demikian pula dalam bertamu dia akan memilih waktu yang tidak mengganggu ketenangan tuan rumah dalam shalat karena kedatangannya.

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” [An Nisa’ 4;103]

2. Cinta Kebersihan
Orang yang shalat sebelumnya harus membersihkan badan, pakaian dan tempat shalat yang diawali dengan wudhu terlebih dahulu, orang islam harus mandi paling sedikit sekali dalam sehari. Melalui wudhu dapat menghilangkan dosa dan noda sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Muslim, bahwa muka yang dicuci ketika wudhu akan keluar dari padanya dosa dari memandang, kedua tangan yang dicuci akan mengeluarkan dosa yang dilakukan tangan, kedua kaki yang disiram dengan bersh akan keluar dosa yang dilakukan oleh kaki.

3. Ada Bekas Sujud di Mukanya
Orang yang melaksanakan shalat akan nampak tanda bekas sujud di wajahnya, begitupun dalam pribadinya ada perubahan ke arah kebaikan dalam tindak dan prilakunya sehari-hari, seperti kesabarannya kian bertambah, demikan pula ketabahan dan kerendahan hatinya. Allah berfrman dalam surat Ma’arij 70; 19-23

,”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”.

4. Takut Berbuat Dosa
Orang yang shalat akan tercegah dari perbuatan jahat, hatinya tidak akan tergerak untuk melakukan kejahatan, bila shalat dilakukan, sementara diikuti pula dengan kejahatan berarti orang tersebut shalatnya tidak membekas. Dalam surat Al Ankabut 29;45, Allah Swt berfirman,
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

5. Selalu Ingat Kepada Allah
Dengan shalat berart mengadakan hubungan vertikal kepada Khaliq [Allah Maha Pencipta] dengan segala kerendahan hati bermunajat dengan permohonan dan ampunan. Allah Swt berfirman dalam surat Thaha 20;14

”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan drikanlah shalat untuk mengingat-Ku”.

"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memper-turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (terjemah QS. Maryam: 58-60).

Ibnu Katsir menjelaskan, generasi yang adhoo’ush sholaat itu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan sholat, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban lainnya. Karena shalat itu adalah tiang agama dan pilarnya, dan sebaik-baik perbuatan hamba. Dan akan tambah lagi (keburukan mereka) dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya,, senang dengan kehidupan dan kenikmatan dunia. Maka mereka itu akan menemui kesesatan,, artinya kerugian di hari qiyamat.

Adapun maksud lafazh Adho’us sholaat ini, menurut Ibnu Katsir, ada beberapa pendapat. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa adho'us sholaat itu meninggalkan sholat secara keseluruhan (tarkuhaa bilkulliyyah). Itu adalah pendapat yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi, Ibnu Zaid bin Aslam, As-Suddi, dan pendapat itulah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat inilah yang menjadi pendapat sebagian orang salaf dan para imam seperti yang masyhur dari Imam Ahmad, dan satu pendapat dari As-Syafi’i sampai ke pengkafiran orang yang meninggalkan shalat (tarikus sholah) setelah ditegakkan, iqamatul hujjah (penjelasan dalil), berdasarkan Hadits:

بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“(Perbedaan) antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan sholat.” (HR Muslim dalam kitab Shohihnya nomor 82 dari hadits Jabir).
Dan Hadits lainnya:

الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.
“Batas yang ada di antara kami dan mereka adalah sholat, maka barangsiapa meninggalkannya, sungguh-sungguh ia telah kafir.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dalam Sunannya nomor 2621dan An-Nasaai dalam Sunannya 1/231, dan At-Tirmidzi berkata hadits ini hasan shohih ghorib).

Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Sami As-Salamah, juz 5 hal 243).
Penuturan dalam ayat Al-Quran ini membicarakan orang-orang saleh, terpilih, bahkan nabi-nabi dengan sikap patuhnya yang amat tinggi. Mereka bersujud dan menangis ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Namun selanjutnya, disambung dengan ayat yang memberitakan sifat-sifat generasi pengganti yang jauh berbeda, bahkan berlawanan dari sifat-sifat kepatuhan yang tinggi itu, yakni sikap generasi penerus yang menyia-nyiakan shalat dan mengumbar hawa nafsu.

Betapa menghujamnya peringatan Allah dalam Al-Quran dengan cara menuturkan sejarah "keluarga pilihan" yang datang setelah mereka generasi manusia bobrok yang sangat merosot moralnya. Bobroknya akhlaq manusia dari keturunan orang yang disebut manusia pilihan, berarti merupakan tingkah yang keterlaluan. Bisa kita bayangkan dalam kehidupan ini. Kalau ada ulama besar, saleh dan benar-benar baik, lantas keturunannya tidak bisa menyamai kebesarannya dan tak mampu mewarisi keulamaannya, maka ucapan yang pas adalah:. "Sayang, kebesaran bapaknya tidak diwarisi anak-anaknya.” Itu baru masalah mutu keilmuan nya yang merosot. lantas, kata dan ucapan apa lagi yang bisa untuk menyayangkan bejat dan bobroknya generasi pengganti orang-orang suci dan saleh itu? Hanya ucapan “seribu kali sayang” yang mungkin bisa kita ucapkan.

Setelah kita bisa menyadari betapa tragisnya keadaan yang dituturkan Al-Quran itu, agaknya perlu juga kita bercermin di depan kaca. Melihat diri kita sendiri, dengan memperbandingkan apa yang dikisahkan Al-Quran.

Kisah ayat itu, tidak menyinggung-nyinggung orang-orang yang membangkang di saat hidupnya para Nabi pilihan Allah. Sedangkan jumlah orang yang membangkang tidak sedikit, bahkan melawan para Nabi dengan berbagai daya upaya. Ayat itu tidak menyebut orang-orang kafir, bukan berarti tidak ada orang-orang kafir. Namun dengan menyebut keluarga-keluarga pilihan itu justru merupakan pengkhususan yang lebih tajam. Di saat banyaknya orang kafir berkeliaran di bumi, saat itu ada orang-orang pilihan yang amat patuh kepada Allah. Tetapi, generasi taat ini diteruskan oleh generasi yang bobrok akhlaqnya. Ini yang jadi masalah besar.

Dalam kehidupan yang tertera dalam sejarah kita, Muslimin yang taat, di saat penjajah berkuasa, terjadi perampasan hak, kedhaliman merajalela dan sebagainya, ada tanam paksa dan sebagainya; mereka yang tetap teguh dan ta'at pada Allah itu adalah benar-benar orang pilihan. Kaum muslimin yang tetap menegakkan Islam di saat orientalis dan antek-antek penjajah menggunakan Islam sebagai sarana penjajahan, namun kaum muslimin itu tetap teguh mempertahankan Islam dan tanah airnya, tidak hanyut kepada iming-iming jabatan untuk ikut menjajah bangsanya, mereka benar-benar orang-orang pilihan.

Sekalipun tidak sama antara derajat kesalehan para Nabi yang dicontohkan dalam Al-Quran itu, dengan derajat ketaatan kaum Muslimin yang taat pada Allah di saat gencarnya penjajahan itu, namun alur peringatan ini telah mencakupnya. Dengan demikian, bisa kita fahami bahwa ayat itu mengingatkan, jangan sampai terjadi lagi apa yang telah terjadi di masa lampau. Yaitu generasi pengganti yang jelek, yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya.
Peringatan yang sebenarnya tajam ini perlu disebar luaskan, dihayati dan dipegang benar-benar, dengan penuh kesadaran, agar tidak terjadi tragedi yang telah menimpa kaum Bani Israel, yaitu generasi jelek, bobrok, meninggalkan shalat dan mengikuti syahwat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.

Sumber:
1. H. Hartono Ahmad Jaiz, Generasi meninggalkan Shalat & Mengikuti Syahwat, www.alsofwah.or.id/khutbah
2. Mukhlis Denros, kumpulan ceramah

64. Setelah Ramadhan Berakhir


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Jihad
Jorong Batang Pamo Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 24 Agustus 2012/06 Syawal 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita sehingga kita masih dapat menikmati kehidupan dalam iman dan islam, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat manusia agar selamat hidupnya di dunia hingga akherat, belaiu sebagai teladan dan pimpinan kita dalam menapaki kehidupan ini.

Kemudian khatib mengajak kita semua, marilah meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya taqwa melalui pembuktikan amal shaleh sehari-hari yang dipraktekkan secara umum ataupun ritual karena memang kewajiban manusia di dunia ini hanya semata-mata untuk mengabdi kepada-Nya.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Sesungguhnya semua ibadah yang Allah syari’atkan untuk manusia bertujuan membentuk mereka menjadi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Allah berfirman :

“Wahai manusia, sembahlah Tuhan Penciptamu dan Pencipta orang-orang sebelum kamu agar kamu berTaqwa. (QS. Al-Baqarah [2] : 21)
Imam Raghib Al-Ashfahani menjelaskan definisi Taqwa kepada Allah ialah menjaga diri dari perbuatan dosa dengan meninggalkan apa saja yang dilarang-Nya. Ketaqwaan seseorang akan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dibolehkan Allah padanya, khususnya apabila menimbulkan ekses negatif dalam diri seperti kebanggaan, riya’, lalai mengingat Allah dan sebagainya. Taqwa kepada Allah pada hakikatnya ialah menjunjung tinggi semua perintah Allah yang dijelaskan-Nya dalam Al-Qur’an dan dijelaskan Rasul Saw. dalam Sunnah Beliau. Pada waktu yang sama, meninggalkan semua yang dilarang Allah sebagaimana yang dijelaskan-Nya dalam Al-Qur’an dan dijelaskan pula oleh Rasul Saw. dalam Sunnah Beliau.

Jika setiap individu Muslim di negeri ini, atau mayoritas Muslim di negeri ini bertaqwa kepada Allah, maka akan terbentuk masyarakat Taqwa. Bila masyarakatnya sudah menjadi masyarakat Taqwa Kepada Allah, maka pemerintahannya juga akan menjadi pemerintahan Taqwa Kepada Allah. Sebab itu, kita merindukan lahirnya masyarakat Taqwa Kepada Allah di negeri ini yangmayorits penduduknya Muslim, sehingga pemerintahannyapun menjadi pemerintahan Taqwa Kepada Allah ’Azza Wajalla.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Jika ada yang bertanya : Kenapa kita merindukan masyarakat Taqwa Kepada Allah? Kenapa bukan masyarakat maju ekonomi, sains dan teknologi seperti masyarakat Eropa, Amerika, Jepang dan lain sebagainya? Jawabannya ialah :
SATU. Jaminan keberkahan hidup seseorang dan suatu negeri dan keselamatan penduduknya dari azab Allah di dunia dan di akhirat hanya jika mereka bertaqwa kepada Allah. Keberkahan hidup akibat Taqwa kepada Allah itu mencakup solusi problematika kehidupan, kemajuan sarana hidup, keamanan dan keselamatan diri dan negeri. Keselamatan di dunia ialah terhindar dari berbagai krisis, bencana dan azab yang Allah timpakan. Sedangkan keselamatan akhirat adalah selamat dari azab neraka dan dimasukkan Allah ke dalam syurga-Nya. Allah berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan berTaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.( (QS. Al-A’raf [7] : 96 ]
DUA. Allah telah menetapkan Taqwa kepada-Nya sebagai standar penilaian-Nya terhadap manusia. Allah tidak jadikan harta, kedudukan, pangkat, kekuasaan dan acuan materi lainnya dalam memuliakan hamba-Nya, melainkan berdasarkan Taqwa kepada-Nya. Sebab itu, orang yang paling mulia di sisi Allah, adalah orang yang paling baik kualitas Taqwanya. Allah berfirman :

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.[Al Hujurat 49;13]
Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka Taqwa juga Allah jadikan sebaik-baik pakaian kita di dunia, sebagaimana firman-Nya :

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian Taqwaitulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf [7] : 26)
Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka Taqwa juga Allah jadikan sebaik-baik bekal kita dalam menuju Allah dan ridha-Nya, sebagaimana firman-Nya :

“ Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah Taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (QS. Al-Baqarah [2] : 197)

Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka Taqwa juga Allah jadikan sebaik-baik landasan pembangunan sarana ibadah dan berbagai bentuk pembangunan sarana hidup lainnya,[Ust. Fathuddin Ja’far, MA, Taqwa adalah Kunci Keberkahan dan Keselamatan di Dunia dan Akhirat,Agustus 2011].

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Kegiatan rutin yang dilakukan ummat islam selama bulan Ramadhan diantaranya puasa, shalat malam [tarawih], shalat berjamaah, membaca Al Qur’an, sedekah, pengajian-pengajian dan lain-lainnya. Kegiatan tersebut bila terbukti pula diluar bulan Ramadhan berarti pengkaderan selama satu bulan berhasil.

Puasa yang dilakukan selama bulan Ramadhan dapat diselesaikan dengan baik, menahan lapar dan dahaga, serta menjauhkan segala yang membatalkan puasa, hal ini biasa dilakukan karena bulan puasa, bila tidak nampak dilakukan diluar bulan Ramadhan dengan puas nazar, puasa sunnat dan puasa qadhanya tidak terujud kader yang baik.

Shalat malam yang dilakukan di bulan Ramadhan dengan tarawih biasa dan wajar, tapi apakah terlihat pula shalat malam

tersebut dengan tahajudnya di luar bulan Ramadhan, bila puasanya baik tentu saja kegiatan ini akan berkelanjutan bukan di bulan Ramadhan saja.

Orang mengejar shalat berjamaah di bulan Ramadhan karena pahalanya besar bahkan shalat sunat saja sama nilainya dengan shalat wajib di luar bulan Ramadhan. Tapi kerap kali bila Ramadhan berlalu tidak lagi shalat berjamaah diutamakan untuk dilakukan baik di masjid ataupun di rumah, begitu Ramadhan berlalu maka shalatpun menjadi nomor terakhir.

Tabungan Ramadhan akan penuh oleh infaq, sedekah dan santunan, orang yang memberi berbuka bagai yang puasa pahalanya sama dengan orang yang berpuasa, setelah puasa usai pula sedekah, infaq dan santunan jarang sekali terdengar, pembangunan masjid terhenti karena dana yang dihasilkan Ramadhan telah habis, terpaksa pembangunan dilanjutkan menanti Ramadhan berikutnya.

Di bulan Ramadhan syiar islam nampak memancar dengan kegiatan tilawatil qur’an yang digemakan di masjid-masjid melalui qori dan qariah, baik selesai tarawih ataupun menjelang subuh, dimana-mana diadakan pengajian dan pengkajian islam dan Al Qur’an, setelah berlalu satu bulan mulia ini Al Qur’an disimpan di lemari yang paling tinggi, sekali-kali berkumandang ayat-ayat ini melalui kaset, tidak terdengar lagi suara merdu anak-anak mengaji dan mengeja Al Qur’an.

Pengajian-pengajian semarak, dari kuliah subuh, kuliah taraweh sampai pengajian menjelang berbuka, begitu pula radio selalu mengudarakan ceramah-ceramah islam, tapi sayang hanya satu bulan, begitu Syawal menjelang Ramadhanpun tenggelam diiringi tenggelamnya segala aktivitas ummat.

Orangtuapun sibuk membawa anak-anaknya untuk shalat di masjid, menyediakan makan sahur dan berbuka keluarga karena dihiasi oleh Ramadhan, perhatian orangtua ekstra ketat dibulan ini, terpanggil ayat Allah dalam surat At Tahrim 66;6 yang artinya,”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargam dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.

Sangat rugi orang yang tidak menjaga dirinya dari neraka, tidak terpuji orang yang hanya menjaga dirinya sementara keluarganya diabaikan, sangat bodoh orang yang menyelamatkan keluarganya sementara dirinya tenggelam dalam neraka.

Bila segala kegiatan yang berlansung di bulan Ramadhan tidak dilanjutkan di luar bulan Ramadhan berarti tempaan, pengkaderan dan latihan di bulan ini sedikit hasilnya dan manfaatnya atau tidak berhasil dan tidak bermanfaat sama sekali. Seandainya dapat pula terlaksana dengan baik di bulan lain berarti tercapailah tujuan dari puasa yaitu meraih derajat taqwa. Taqwa adalah tingkatan tertinggi dalam ajaran islam setelah seseorang disebut dengan muslim, mukmin, muhsin dan mukhlis.

Sifat yang harus tertanam setelah Ramadhan yaitu sabar, disiplin, kasih sayang,semakin dekat kepada Allah dan punya masa depan sebagai neraca pribadi, keluarga dan masyarakat,”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan hari esok” [59;18] [Mukhlis Denros, Tabloid Lentera Padang no.21, 05012000].

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم


Jumat, 02 November 2012

63. Ramadhan bulan Tazkiatunnafs


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 10 Agustus 2012/21 Ramadhan 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلىَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة: 183)

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam menjalankan kehidupan ini selalu dalam bimbingan-Nya, Amin. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini kehidupan yang penuh arti melalui iman dan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi yaitu kampung akherat. Taqwa yang sungguh-sungguh itulah kelak akan mendapat tempat yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.

Secara bahasa, istilah tazkiyah an-nafs merupakan gabungan dari dua kata, yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakkâ-yuzzaki-tazkiyah, yang maknanya sama dengan tathhîr (dari kata thahhara-yuthahhiru-tathhîr[ah]), yang berarti penyucian, pembersihan, atau pemurnian. Dalam sebagian kamus bahasa Arab, kata nafs sering diterjemahkan dengan diri, jasad, jiwa, nafsu, ruh, atau kalbu

Di dalam Alquran, ada beberapa pengertian dari tazkiyah an-nafs. Di antaranya adalah:

Pertama, menyucikan diri dari kemusyrikan dan kekufuran:

“Dialah Yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka… (TQS al-Jumuah [62]: 2).
Menurut Imam ath-Thabari, maksud frase yuzakkîhim (menyucikan mereka) dalam ayat di atas adalah menyucikan mereka dari kekufuran (QS ath-Thabari, 28/93).
Frase yuzakkîhim, menurut Imam al-Qurthubi, juga bisa bermakna menjadikan kalbu-kalbu mereka suci dengan keimanan.

Kedua, menyucikan diri dari keburukan-keburukan amal perbuatan dengan melakukan amal-amal shalih. Pengertian ini antara lain dikemukakan oleh Abi as-Sa'ud ketika menafsirkan ayat di atas.

Ketiga, menjalankan ketaatan kepada Allah:

“ Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu… (TQS asy-Syam [91]: 9).

Menurut Imam al-Qurthubi dan Imam Ibn Katsir, frase man zakkâha maksudnya adalah siapa yang disucikan jiwa oleh Allah dengan ketaatan kepada-Nya.

Keempat, tidak memiliki dosa atau bertobat dari dosa-dosa:

Musa berkata, "Mengapa kamu membunuh jiwa yang suci?" (TQS al-Kahfi [18]: 74).

Mengutip Abu Amr, Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa kata zakiyyah dalam ayat di atas adalah orang yang tidak berdosa sedikit pun, tetapi bisa juga orang yang berdosa kemudian ia bertobat dari dosanya.

Kelima, totalitas keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT: Itu adalah balasan bagi orang yang menyucikan diri. (TQS Thaha [20] 76).

“(yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah Balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).

Ibn Katsir menyatakan, man tazakkâ pada ayat di atas maknanya adalah yang menyucikan dirinya dari dosa, keburukan dan syirik; hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dan senantiasa mengikuti segala perbuatan baik sebagaimana yang dicontohkan oleh para rasul.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Bulan Ramadhan adalah sarana yang tepat untuk Tazkiatunnafs yaitu pembersihan jiwa bagi mukmin yang mau menemui Allah tanpa bergelimang dosa, noda dan maksiat, firman Allah dalam surat Asy Syam 91;9-10 menerangkan;”Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
Manusia secara fithrah adalah suci tapi karena pengaruh lingkungan dan pendidikan terseret kepada kemaksiatan dandosa, tidak ada manusia yang suci seratus persen dalam hidupnya karena memang dia adalah tempat alfa, lalai dan lupa, namun demikian manusia tadi tidak mau berlama-lama dalam jalan yang rusak, tidak betah hidupnya bila jiwanya dalam keadaan kotor, dia berupaya untuk membersihkan dirinya dari segala dosa dan kesalahan melalui beberapa wasilah yang diteladankan oleh Rasulullah melalui pengajaran Ilahi.

Tazkiatunnafs dapat dilakukan dengan jalan menemui Allah dengan pintu ibadah yang ikhlas, seluruh amalnya termotivasi karena Allah semata, surat An Nur 24;21 tercantum firman Allah;”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Niat itu berasal dari hati nurani, pembersihan hati dari motivasi selain ikhlas akan merusak seluruh amal walaupun jumlahnya banyak, Allah tidaklah melihat kuantitas amal seseorang tapi kualitasnya, idealnya memang amal yang banyak tapi dilakukan dengan ikhlas daripada sedikit akan tetapi riya pula, dalam surat Al Baiyyinah 98;5 ditegaskan Allah;”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Jalan kedua untuk pembersihan jiwa adalah memperbanyak ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Surat Al Mulk 67;2 menjelaskan;”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”,

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Ujian bukanlah ”aksaru amala” [banyaknya amal] tapi ”ahsanu amala” [baikny amal], banyak orang yang mampu beramal dengan jumlah besar tapi sedikit sekali yang dapat beramal dengan sebaik-baiknya, mungkin saja amal tidak sesuai dengan tuntunan syariat, dihiasi dengan bid’ah, kurafat dan tahyul, ” Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Maka apabila engkau menyembelih maka perbaguslah cara penyembelihannya, dan hendaklah salah seorang diantara kamu mempertajam pisau dan memperlancar penyembelihannya”[HR.Muslim].

Tazkiatunnafs dapat terujud bila seorang mukmin siap menerima Al Qur’an selain sebagai Al Kitab juga sebagai undang-undang yang wajib ditegakkan. Jiwa akan bersih bila kita sebagai hamba Allah selalu memprogram diri untuk membaca, menghafal, mentadabburi, memahami, tetap berdiri pada makna-maknanya dan mengambil i’tibar dari kisah-kisahnhya. Orang yang melecehkan Al Qur’an dengan cara tidak mau membaca, enggan mengkaji dan ogah mengamalkannya maka jiwanya gersang, ”Berkatalah Rasul ,”Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan” [Al Furqan 25;30].

Ibnu Taimiyah menyatakan,”Barangsiapa yang tidak membaca Al Qur’an berarti dia telah mencampakkannya, siapa yang membaca tapi tidak mengkaji isinya berarti dia mencampakkannya, dan siapa yang membaca, mengkaji serta tidak mengamalkannya berarti mencampakkannya”.

Kebersihan jiwa seorang mukmin dapat terujud bila dia mau mempelajari sirah nabi dan mengikuti petunjuknya dalam seluruh asfek kehidupan sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab 33;21”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Melalui teladan Rasul dapat kita lihat kehidupan beliau yang jauh dari hura-hura, senantiasa terbimbing oleh kebenaran, berusaha meninggalkan maksiat dan dosa bahkan beliau adalah orang yang terjaga dari dosa atau maksum. Figur mana lagi yang dapat kita jadikan sebagai teladan; bintang film, pemain bola dan tokoh-tokoh fasiq serta kafir lainnya, sungguh tidak layak bila mereka kita jadikan sebagai figur kita yang sebagian mereka adalah penyebar AIDS, terlibat narkoba dengan sekian dosanya.

Tazkiatunnafs atau pembersihan jiwa dapat dilakukan pula dengan zikir kepada Allah dalam setiap waktu baik dengan lisan, hat ataupun amal-amal lainnya, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;190-191”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk melakukan itu semua, situasinya sangat kondusif untuk terciptanya jiwa yang bersih dari dosa, maksiat dan kesalahan,”Barangsiapa yang berpuasa dengan iman dan perhitungan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”[Hadits].

Dari shalat satu ke shalat lainnya, dari zikir satu ke zikir lainnya, dari jum’at satu ke jumat lainnya dan dari Ramadhan satu ke Ramadhan lainnya ada peluang untuk membersihkan jiwa, mensucikan hati sehingga nilai-nilai fithrah dapat terujud pada pribadi mukmin, untuk itulah jangan sia-siakan sisa bulan Ramadhan ini.



أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم



62. Tradisi Menyambut Ramadhan

div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">

Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Huda
Jorong Balai Pandan Nagari Cupak
Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 20 Juli 2012/ 30 Sya’ban 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلىَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” [QS al-Baqarah [2]: 183].

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam menjalankan kehidupan ini selalu dalam bimbingan-Nya, Amin. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini kehidupan yang penuh arti melalui iman dan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi yaitu kampung akherat. Taqwa yang sungguh-sungguh itulah kelak akan mendapat tempat yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Dari tahun ke tahun bulan Ramadhan selalu datang menyapa orang-orang beriman untuk meningkatkan imannya hingga ke jenjang taqwa, menambah pengabdiannya hingga jadi abid yang shaleh dan shalehah dan menjadi hamba yang semakin tunduk dan patuh pada perintah Allah dengan meninggalkan segala larangannya. Dengan keistimewaan Ramadhan, rasulullah dan para sahabat antusias menyambutnya, menyemarakkan dan mengisi Ramadhan secara maksimal.
Ma'la bin Fadhal berkata, "Dulu sahabat Rasul SAW berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar Allah sampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu.
Kemudian, selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah terima semua amal ibadah mereka di bulan itu." Jika demikian sudah semestinya kita juga mempersiapkan diri sebaik mungkin menyambut Ramadhan.Ramadhan dihadirkan untuk membentuk manusia yang bertakwa (lihat QS al-Baqarah [2]: 183).

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Dengan visi ketakwaan tersebut, Ramadhan menjadi media yang sangat penting untuk meng-upgrade kualitas manusia dan meningkatkan derajatnya di sisi Allah (QS al-Hujurât [49]: 13).

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Dengan visi ketakwaan, Ramadhan juga menjadi media yang sangat efektif untuk mendapatkan berbagai kemudahan dan kelapangan hidup dari Allah SWT (QS ath-Thalaq [65]:2).

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.
Selain itu, Ramadhan juga menjadi media bagi lahirnya keberkahan, terbukanya pintu rahmat, dan solusi bagi bangsa dan negara (QS al-A'raf [7]: 96).

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”
Melihat peran tersebut, Ramadhan tak ubahnya seperti wadah pembinaan yang memiliki fungsi strategis. Jika lembaga seperti Lemhanas diproyeksikan untuk mencetak SDM unggulan, melahirkan pejabat yang berkualitas, serta memberikan solusi bagi bangsa dan negara, Ramadhan juga demikian. Bahkan, lebih daripada itu, Ramadhan telah terbukti menjadi madrasah istimewa yang berhasil melahirkan generasi dan solusi terbaik sepanjang masa.
Sikap Menyambut Ramadhan
Tiga macam tradisi sebagian masyarakat saat menyambut bulan suci Ramadhan, yakni: pertama, membawa hidangan ke pusara untuk mendoa dan makan bersama di atas kuburan. Kedua, menziarahi secara bersama/berkelompok tokoh ulama dengan menyewa bus guna menziarahi makam (kuburan) tokoh ulama tertentu. Ketiga, mandi balimau [keramas] sehari sebelum puasa.

Pertama, membawa hidangan kekuburan untuk mendoa bersama, dipimpin seorang siak (ulama). Mendoakan orang muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, tidak diragui lagi, adalah syariat Islam.

Tapi, untuk duduk di atas kuburan, apalagi makan bersama di atasnya, perlu kiranya umat Islam memperhatikan hadis nabi, antara lain hadis riwayat Muslim artinya,
”Bahwa, bila seseorang duduk di atas bara api, lalu terbakar bajunya dan tembus sampai ke kulitnya, itu lebih baik dari pada duduk di atas kuburan”.

HR Muslim, ”Nabi melarang menembok kubur, duduk di atasnya, dan juga membuat bangunan di atasnya”. Riwayat lain, nabi juga melarang melangkahi kubur, dan membuat tulisan di atasnya.

HR Abi Daud kata Ibnu Abbas, ”Rasulullah mengutuki wanita peziarah kubur, orang yang mendirikan masjid di atasnya dan orang yang menyalakan lampu (cahaya)”. Khusus mengenai wanita ziarah kubur, ada dalil (hadis) lain yang memberi petunjuk untuk membolehkannya.

Kedua, menziarahi tokoh ulama tertentu menjelang Ramadhan. Terutama kelompok penganut Thariqat, mereka menziarahi tokoh ulama yang biasa mereka sebut ”Tuanku Aluma”. menghormati guru jelas merupakan perbuatan terpuji.

Namun, kita perlu juga menoleh kepada hadis nabi tentang melakukan perjalanan jauh. Sabda Rasulullah: ”Tidak boleh diberat-berati melakukan perjalanan jauh kecuali mengunjungi tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah) dan Masjidil Aqsha”. HR Bukhari-Muslim. Artinya, untuk semata-mata berkunjung yang merupakan perjalanan ibadah, hanya menuju ketiga masjid di atas.

Kecuali dalam rangka menuntut ilmu, mengembangkan dakwah, mencari penghidupan, bahkan berperang, itu juga mendapatkan pahala berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, bukan semata-mata melawat jauh.
Ketiga, mandi balimau. balimau bukanlah berdasarkan Al Quran dan Sunah Chairuddin, Tradisi Sambut Ramadhan Ditinjau, dari Syariat Islam, padangtoday; Jumat, 05/08/2011 - 04:22 WIB.
Seorang muslim, idealnya menyambut Ramadhan itu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya sehingga uswah hasanah yang kita inginkan itu dapat terlaksana di bulan Ramadhan ini, ada sepuluh langkah yang perlu kita lakukan dalam menyambut Ramadhan yaitu;

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” [Al-Anbiyaa’ ayat 7]

7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:• buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur. • membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.[Mochamad Bugi , Sepuluh Langkah menyambut Ramadhan, Eramuslim.com.21/8/2007 | 08 Sya'ban 1428 H].

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah,
Demikianlah sikap kita dalam menyambut Ramadhan, ikutilah sunnah Rasulullah dan tinggalkan tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam karena hal itu akan merusak ibadah puasa Ramadhan kita, Wallahu A’lam [Jedang Cubadak Pianggu Solok, 12 Juli 2012/M/ 22 Sya’ban 2013.H].

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم




61. Menyelami Dienul Islam


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 6 Juli 2012/16 Sya’ban

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

“Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”[Al Maidah 5;16]

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam menjalankan kehidupan ini selalu dalam bimbingan-Nya, Amin.

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini kehidupan yang penuh arti melalui iman dan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi yaitu kampung akherat. Taqwa yang sungguh-sungguh itulah kelak akan mendapat tempat yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Seluruh para Nabi dan Rasul membawa risalah [misi] untuk mengajak ummat menyembah Allah dan tidak menserikatkan-Nya dengan apapun juga. Umumnya mereka membawa misi Islam untuk menyelamatkan manusia hidup di dunia maupun di akherat.
Islam bukan sekedar agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah secara ritual saja tapi juga sebagai dien yang mencakup seluruh asfek aktivitas di dunia maupun di akherat.

Pengertian Dien
Kalimat dien dalam bahasa Arab memiliki beberapa pengertian diantaranya;

Pertama, kekuasaan yang dapat mengatur kehidupan ini sesuai dengan risalah atau misi yang dibawa, Rasulullah bersabda,”orang yang pintar adalah orang yang menguasai hawa nafsunya dan bekerja untuk hari setelah mati”

Kedua, dien artinya adalah tunduk kepada aturan yang ada, sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah 9;29

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Ketiga, dien diartikan juga dengan balasan di akherat setelah hidup di dunia dengan segala aktivitas yang sesuai dengan aturan Ilahi [Al Fatihah 1;4]

“Yang menguasai di hari Pembalasan”.

Keempat, dien juga diartikan dengan undang-undang aturan yang dibuat untuk mengatur kehidupan manusia;

“Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, Kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. kami tinggikan derajat orang yang kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui”[Yusuf 12;76]

Ustadz Sayid Qutb berkata ketika beliau menafsirkan ayat 76 surat Yusuf diatas,”Sesungguhnya nas Al Qur’an ini memberi batasan yang sangat mendetail tentang makna dien, bahwa kalimat “dienul malik” dalam ayat ini berarti peraturan dan syariat malik [raja], lalu lanjutnya,”Al Qur’an mengungkapkan bahwa peraturan dan syariat adalah dien, maka barangsiapa yang berada pada peraturan syariat Allah berarti ia berada dalam dein Allah, sebaliknya barangsiapa yang berada pada peraturan seseorang dan undang-undang seorang raja berarti ia berada dalam dien raja tersebut” [Fizilalil Qur’an juz 4]

Pengertian Islam
Islam sebagai dienullah adalah agama, aturan dan undang-undang yang diturunkan Allah. Banyak orang memberikan pengertian islam tidak sebagaimana yang diharapkan oleh Islam itu sendiri, ada yang mengartikan dengan Isya, Subuh, Luhur, Ashar dan Maghrib, dan ada pula yang mengartikan dengan kata “selamat” dan “sejahtera”, bahkan yang lebih jauh menyimpang lagi pengertian islam diartikan dengan fanatik, bodoh, fundamentalis, ekstrimis, teroris dan julukan lain yang bernada sinis serta negatif.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pengertian islam yang sebenarnya adalah;
Pertama, islam artinya kesejahteraan dan keselamatan, artinya seorang yang masuk islam harus merasakan keselamatan dan memberikan keselamatan kepada orang lain, sebagaimana Rasulullah menyabdakan bahwa muslim itu adalah yang selamat orang lain dari lidah dan tangannya;

“Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus’ [Al Maidah 5;16].

Kedua, islam artinya adalah jenjang keatas atau tangga untuk naik, artinya status manusia tidak ditentukan oleh sosialnya tapi ditentukan oleh tingkat keimanannya, untuk mencapai tingkat keimanan tersebut melalui tahap, ibarat anak tangga. Seorang yang telah menyatakan diri sebagai muslim maka kedudukannya di hadapan Allah tinggi, apalagi dia mampu mencapai derajat taqwa;

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”[Ali Imran 3;139]

Ketiga, islam artinya penyerahan diri secara total kepada Allah. Sebagai muslim harus pasrah atas segala aturan-Nya baik peraturan itu yang berat apalagi yang ringan, baik dalam suka maupun dalam duka;

“ Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang Telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami". Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta Alam”[Al An’am 6;71],

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Keempat, islam artinya tunduk dan pasrah atau menyerah atas segala aturan dan perintah Allah sebagai konsekwensi iman yang istiqamah;

“ Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka[1045] ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”[An Nur 24;51]

Kelima, pengertian islam adalah cara hidup yang datang dari Allah, dia bukan buatan Muhammad, bukan ciptaannya dan bukan pula jiplakan dari dien-dien terdahulu;

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.’[Ali Imran 3;19]

“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”[Ali Imran 3;85].

Keenam, islam mempunyai makna; cara hidup yang datang dari Allah yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah dan para sahabat, dia bukanlah teori yang kosong dari aplikasi [Al Anfal 8;73]

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai Para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Ketujuh, Islam ajarannya mencakup seluruh asfek kehidupan, bukan hanya membicarakan akherat saja tapi semua segi kehidupan manusia; pendidikan, kebudayaan, ekonomi, iptek, politik, negara dan undang-undang [Al Baqarah 2;208].

“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”

Kedelapan, Islam itu milik Allah bukan milik yang lain, seseorang untuk masuk ke dalam islam tidak pernah dipaksa-paksa, manusia bebas untuk memilih jalan yang terbaik menurutnya;

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui’[Al Baqarah 2;256].

Kesembilan; Seorang mukmin tidak boleh mengkompromikan konsep Allah ini dengan konsep-konsep bathil lainnya, seluruh ajaran islam telah baku dan berlaku untuk siapa saja, dia harus diterima secara bulat [Al Anfal 8;42]

“(Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu Mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui,

Sehingga ucapan Sayyid Qutb patut kita cermati, ”Masuklah ke dalam islam keseluruhan atau tinggalkan islam keseluruhannya” inilah sikap hidup yang tegas yang harus diambil oleh manusia, mau kafir silahkan dan mau beriman boleh juga.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Itulah pengertian dan makna islam yang dipaparkan oleh Al Qur’an dan Hadis Rasulullah, kewajiban kita untuk mempelajarinya, mengkaji, menghayati, mengamalkan dan menda’wahkan ke tengah masyarakat, jangan kita sebagaimana yang diibaratkan oleh Rasulullah,”Al Islam ya’lu wala yu’la ‘alaih” artinya islam itu tinggi dan tidak ada yang dapat mencapai ketinggiannya, tapi umatnya tetap rendah karena tidak mau memasuki dirinya ke dalam lautan islam yang luas, tidak mau menaiki ketinggian islam dengan mengamalkannya. Posisi seorang muslim akan meningkat di hadapan Allah tergantung sejauh mana dia mau dan mampu mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari dalam pribadi, keluarga, masyarakat dan bernegara, wallahu a’lam.[Mdr, 2009]

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم



60. Kerugian Ummat Meninggalkan Syari'at


Khutbah Jum'at Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Munawwarah
Jorong Sungai Lasi Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 29 Juni 2012/2 Sya’ban 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

”Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”[AnNur 24;51]

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kembali kita hadir di rumah Allah ini untuk menyampaikan puji syukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita sebagai bekal hidup dengan segala fasilitasnya, syukur tersebut dibuktikan dengan amaliah ibadah sehari-hari, salah satunya adalah melaksanakan shalat jum'at pada hari ini, yang kemudian diiringi dengan ibadah-ibadah lainnya sepanjang hari.

Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, beliaulah pejuang kehidupan dan hak-hak azasi di dunia ini hingga kebenarannya diikuti oleh pengikutnya hingga akhir zaman.

Suatu kewajiban bagi kita untuk meningkatkan iman hingga mencapai derajat taqwa dan menambah ibadah sehari-hari sehingga aktivitas yang dilakukan selalu berorientasi mencari ridha Allah Swt.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah,
Sepanjang sejarah kehidupan manusia sejak nabi Adam lalu dipergilirkan dengan nabi-nabi selanjutnya hingga nabi Muhammmad Saw , kesemua nabi dan rasul tersebut menyampaikan kalimat tauhid ”Laa Ilaha Illallah” tidak ada Ilah kecuali Allah dengan menjalankan syari’at-Nya secara kaffah [utuh dan menyeluruh].

Dengan implementasi syariat dalam kehidupan sehari-hari inilah membawa ummat ini jaya sehingga memiliki izzah [kemuliaan] baik di hadapan orang kafir maupun sesama mereka. Ketika meninggalkan syariat-Nya tidak sedikit kesengsaraan yang diderita ummat islam hingga mereka jadi bangsa yang tidak dihargai ratusan tahun lamanya.

Kemajuan yang dicapai oleh orang kafir karena mereka meninggalkan agama mereka yang penuh dengan khurafat, syirik dan tahayul, sedangkan kehancuran ummat islam lantaran mereka mencampakkan isalm, baik secara keseluruhan maupun secara parsial.

Ibnu Taimiyah menyatakan,”Barangsiapa yang mengaku muslim tapi tidak membaca Al Qur’an berarti dia telah mencampakkan Al Qur’an, siapa saja muslim yang membaca Al Qur’an tapi enggan mengkaji isinya sama saja dengan mencampakkan Al Qur’an, siapa saja yang membacanya, lalu mengkaji isinya tapi tidak mengamalkan isinya berarti dia telah mencampakkan Al Qur’an”, artinya tugas seorang muslim terhadap Al Qur’an yang didalamnya terkandung syariat Islam yang diwahyukan kepada nabi Muhammad selain membaca dan mengkaji isinya juga mengamalkan pada seluruh asfek kehidupan.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah

SIKAP UMMAT TERDAHULU TERHADAP SYARIAT

Dari sekian nabi dan rasul yang diutus Allah untuk menyampaikan syari’at-Nya, maka Nabi Muhammad adalah rasul yang sukses mengantarkan ummat manusia ke cahaya iman sehingga sinarnya memancar ke seluruh penjuru dunia. Dalam waktu relatif singkat, hanya lebih kurang 23 tahun melalui rekrutmen [da’wah fardiyah] dari isteri beliau Khadijah, Abu Bakar, Umar bin Khattab hingga tegaknya sebuah Daulah yang disegani dunia di Madinah Al Munawarah hingga bekasnya masih dirasakan sebelum runtuhnya Khilafah Islamiyah di Turki tahun 1924.

Melalui da’wah Rasulullah mampu membentuk kualitas ummat yang dapat diandalkan, tidak diragukan militansinya untuk mengusung syariat dengan segala perjuangan. Sikap mereka terhadap syariat patut kita jadikan sebagai uswah [teladan] yaitu;

Pertama, memelopori predikat Khairu Ummah
Dimana ini Rasulullah dengan ummatnya mampu meraih kejayaan melalui implementasi syariat dalam seluruh asfek kehidupan sehingga mereka dijuluki ummat terbaik sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Ali Imran 3;110

”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Keimanan dan keshalehan pribadi yang mereka rasakan tidaklah cukup, untuk itu perlu digelar da’wah sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai syariat sekaligus menjaga keaslian syariat tadi dari nilai-nilai yang nampaknhya syariat padahal adat istiadat yang penuh dengan khurafat, bid’ah dan syirik.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Kedua, Taat tanpa reserve terhadap syariat
Dengan didahului penanaman aqidah dan mendudukkan persoalan syahadatain pada pribadi masing-masing, ketika disyariatkan hukum kepada mereka, maka jawabnya tiada lain ”Sami’na wa atha’na”

”Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.’[An Nur 24;51]

Ketaatan itu nampak pada beberapa hal;

a. Pengharaman khamar [Al Maidah 5;90]

”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.

b. Pengharaman riba [Al Baqarah 2;275]

”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

c. Kewajiban memakai jilbab [An Nur 24;31]

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.

Sangat berbeda dengan ummat nabi Musa ketika dia mengajukan pelaksanaan syariat kepada pengikutnya, dengan serentak mereka menjawab ”Sami’na wa ashoina” kami dengar tap kami melalaikannya. Ketaatan inipun tercermin dari ucapan sahabat beliau, rasul menguji mereka, dengan lantang disambut oleh ummatnya dengan kalimat ”kami siap mengikutimu sampai kemanapun kami akan dibawa.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Ketiga, Melaksanakan syariat secara kaffah
Islam adalah ajaran yang telah utuh dan sempurna dimasa rasulullah masih hidup, seluruh asfek kehidupan manusia tidak lepas dari ajaran islam; baik pendidikan, ekonomi, budaya, politik atau apapun semuanya terangkum dalam ajaran islam yang kita kenal dengan syariat, Allah menyatakan dalam surat Al Baqarah 2;208

”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Mereka tidak mengenal antara kepentingan agama dengan kepentingan negara, kepentingan dunia dan kepentingan akherat terpisah dengan alasan apapun. Mereka mengenal aqidah dan ibadah, tanah air dan kebangsaan, agama dan negara, Al Qur’an dan pedang yang semuanya tercakup dalam syariat, pemisahan inilah yang kita kenal dengan sekulerisme.

Keempat, terjadi inqilabiyah setelah syahadat
Orang-orang dizaman rasulullah setelah mengucapkan syahadat dengan pengakuan ”Tiada Ilah kecuali Allah” saat itu terjadi perubahan total pada pribadi yang mengikrarkannya yang perubahan itu mencakup aqidah, ibadah, fikrah, suluk dan syu’ur sehingga tercermin dalam seluruh asfek kehidupan. Perubhan secara parsial pada pribadi muslim tadi akan menimbulkan karakter baru yang merusak syariat seperti nifaq, fasiq, syirik dan zhalim.

Perubahan secara total [inqilab] inilah yang diharapkan dari pemahaman ajaran islam walaupun terjadi secara drastis atau bertahap. Pada waktu bersamaan masuklah dua orang pemuda Baduy ke dalam islam, setelah mengucapkan dua kalimat syahadat orang pertama dipersilahkan pergi untuk menuntut ilmu dan orang kedua diberikan oleh Rasulullah sebilah pedang, penanganan yang berbeda kepada kedua orang ini tergantung sejauh mana kefahamannya terhadap tuntutan syahadat.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah

KERUGIAN UMMAT KETIKA MENINGGALKAN SYARI’AT

Sejak da’wah digelar dizaman kerasulan Muhammad Saw hingga berdirinya Khilafah Islamiyyah di Madinah Al Munawarah yang diikuti oleh khulafaurrasyidin serta dilanjutkan oleh dinasti-dinasti sampai hancurnya khalifah Otmaniyah Turki ditahun 1924 ummat islam merasakan kejayaan disegala bidang yang diiringi dengan munculnya kader, penyandang syariat seperti Umar bin Abdul azis dan Shalahuddin Al Ayubi.
Siapa saja yang hidup dalam naungan syariat islam dia akan merasakan aman dan bahagia, hak-haknya diperhatikan dan kewajiban mereka terhadap agamapun tidak dilarang, inilah sebuah realitas sejarah di dunia peradaban manusia, ketika ummat islam berjumlah mayoritas dan berkuasa dalam naungan syariat kedamaian akan diperoleh, jangankan manusia non muslm sedangkan hewanpun merasakannya.

Karena berbagai faktor, baik eksternal maupun internal, ummat islam telah meninggalkan sedikit demi sedikit ajaran islam kecuali sebatas ritual dan seremonial belaka, akibat dari itu semua dirasakan oleh ummat ini, yaitu derita yang berkepanjangan yang belum tahu kapan akan berakhir. Satu ketika Sayyid Qutb ditanya orang tentang kondisi ummat islam saat ini, dia menjawab,”Wajar kita diperlakukan demikian oleh musuh-musuh Islam karena memang kualitas kita siap untuk diapapun juga oleh orang lain”.

Ada beberapa kerugian yang dirasakan oleh ummat islam ketika dia tidak lagi menerapkan syariat islam, dengan kalimat lain, ummat ini akan menderita saat meninggalkan syariat islam yang agung ini;

1. Paham sempit terhadap pengertian Islam
Islam hanya diartikan dengan makna selamat dan sejahtera oleh ummatnya, padahal makna islam
itu adalah tunduk dan patuh pada seluruh aturan Allah, dalam surat Ali Imran 3;83 Allah menerangkan;

”Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”.
Bila islam diartikan selain yang dikehendaki-Nya maka manusia mencari aturan lain buatan manusia. Secara aqidah segala aturan yang diikuti manusia tidak mengacu kepada syariat maka prediket kafir, fasiq dan zhalim untuk mereka [5;44].

“……Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”

2. Paham sempit terhadap cakupan islam
Ketika ummat meninggalkan syariat, saat itu cakupan islam hanya sebatas ritual dan seremonial belaka sehingga wajar tampil pribadi-pribadi yang phobi dengan ekonomi, pendidikan, politik dan asfek lainnya yang dibicarakan oleh ajaran islam [Al Baqarah 2;208].

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”

3. Paham sempit terhadap cakupan da’wah
Bila da’wah hanya diartikan sebatas tabligh atau menyeru ummat kepada kebaikan tidak lebih dari itu tidak akan tampil pribadi-pribadi militan untuk mempertahankan syariat ini, apalagi pandangan yang mengatakan bahwa penerapan hukum islam hanya berlaku di negara islam, kitapun bukan negara islam tapi ketika didesak bahwa Indonesia negara sekuler merekapun menolak. Dr. Musthafa Mashur menyatakan”Tegakkanlah Dien [syariat] itu didirimua niscaya dia akan tegak di negaramu”,
Untuk tegaknya dien di hati ummat ini hingga tegaknya syariat pada sebuah negara perlu adanya da’wah yang sesui dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah yaitu takwin dan kaderisasi.

’’Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.’[Ali Imran 3;104]

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
4. Terkontaminasi oleh Pemikiran Kafir
Orang yang meninggalkan syariat islam dalam kehidupannya baik keseluruhan maupun parsial mereka akan terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran kafir yang menyesatkan umat ini, baik dari sekuler ataupun orientalis dengan faham-faham menyesatkan seperti nativisme [budaya nenek moyang], permisivisme[serba boleh] , sinkritisme[semua agama sama]

5. Terjadinya Pengkotakan Pendidikan
Syariat islam tidak pernah menyatakan, ini pendidikan islam dan ini pendidikan umum,semua ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia itu adalah ilmu islam. Demikian pula makna ”ulama” dalam islam adalah orang yang dalam pengetahuannya, tidak dibatasi oleh ”agama dan umum”, implementasi dari ini mereka akan memahami islam secara parsial dan sembrono.

”Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam Telah Berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang”.[Ash Shaf 61;14]

6. Mudah dilumpuhkan lawan
Syari’at adalah sebuah kebanggaan, sebuah izzah [harga diri] ummat ini, kalau bukan karena syari’at tidak akan mungkin nabi Muhammad diutus kedunia ini, kalau bukan karena syariat tidak mungkin para nabi terdahulu dimusuhi dengan segala konspirasi untuk meruntuhkan ummat ini. Selama ummat islam masih kokoh dengan syariatnya, siap untuk mengimplementasikan dalam seluruh asfek kehidupannya selama itu pula dia akan dihargai oleh kawan maupun lawan, tapi ketika syari’at ditinggalkan, baik seluruhnya ataupun sebagian maka siap-siaplah untuk ditaklukkan oleh lawan untuk kesekian kalinya;

”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [Al Baqarah 2;120]

”Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".[Ash Shaf 61;8]

”....... mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”[Al Baqarah 2;217]

Ratu Inggris, Elizabeth dalam sebuah pidatonya menyatakan,”Selama ummat islam masih berpegang teguh kepada al Qur’an dan sunnah, kita tidak akan dapat menaklukkannya”, demikian pula yang disampaikan Samuel Zwemer kepada para pendeta,”Tugas kalian bukanlah menjadikan mereka keluar dari islam, tapi jadikan mereka tidak mengerti dengan islamnya, itu sudah cukup”.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Kini saatnya bagi kita untuk membangun generasi baru yaitu generasi yang siap mempelajari, mengkaji, mengamalkan dan mempertahankan syariat islam hingga tetes darah penghabisan apalagi adanya peluang otonomi daerah yang daerah dapat menerapkan syariat islam dengan baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, wallahu a’lam.[Mdr, 2009]

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم



59. Islam mengatasi Krisis


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 08 Juni 2012/18 Rajab 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” [Al Ahzab 33;21].

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam menjalankan kehidupan ini selalu dalam bimbingan-Nya, Amin. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini kehidupan yang penuh arti melalui iman dan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi yaitu kampung akherat. Taqwa yang sungguh-sungguh itulah kelak akan mendapat tempat yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Akhir-akhir ini kata “krisis” sering kita dengar sehubungan dengan keadaan negeri kita khususnya yang sedang dilanda keprihatinan yaitu krisis moneter. Krisis artinya adalah keadaan yang sangat gawat atau keadaan yang memuncak sehingga dapat mengakibatkan kehancuran terutama dalam tanatan kehidupan manusia.

Sebenarnya di abad modern ini selain krisis moneter yang ditakutkan manusia,banyak sudah krisis yang dilalui padahal tidak kalah rusaknya kehidupan manusia, bila ekonominya, perutnya yang diganggu oleh suatu keadaan dia beranggapan akan hancur semuanya sehingga tidak memperhatikan krisis lainnya.

Sepanjang abad modern ada beberapa krisis yang dialami ummat ini diantaranya;

1. Krisis identitas, adalah kondisi manusia ketika itu telah hilang kepribadiannya, dia tidak tahu siapa dirinya bahkan tidak mampu memberi jawaban jati dirinya, secara otomatis diapun tidak tahu siapa Rabbnya ;59;19

“dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.

2. Krisis legalitas; adalah suatu keadaan, manusia kehilangan peraturan, batas-batas norma tidak ada lagi, pada kondisi ini akan berkembang paham permisivisme yaitu faham serba boleh tanpa memperhatikan halal dan haram.

3. Krisis penetrasi; manusia ketika itu telah kehilangan pengaruh yang baik akibat polusi mental dan informasi yang rancu, sementara ummat Islam tidak imun / kebal terhadap pengaruh luar sehingga segala apa saja yang datang dari luar dianggap benar, padahal tokoh ideal yang patut dijadikan sebagai panutan ialah Rasulullah Saw [Al Ahzab 33;21].

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
4. Krisis partisipasi; ketika itu ummat manusia telah kehilangan semangat untuk beramal jama’i/bekerja sama, mereka cendrung hidup individualis dan nafsi-nafsi.

5. Krisis distribusi; artinya tidak ada lagi keadilan yang dapat dinikmati oleh banyak orang, pengadilan memang banyak tapi minus keadilan, yang merasa keadilan hanya segelintir orang saja, disini akan terjadi saling tekan dan tindas [An Nahl 16;90]

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”

6. Krisis moral; saat itu moral/ akhlak bukan lagi suatu kebutuhan dan ukuran dalam hidup bermasyarakat, kemaksiatan dan dosa sebagai perbuatan biasa yang dikaitkan dengan kemodernan, artinya orang yang masih terikat dengan moral maka mereka termasuk orang yang kuno [Ar Ruum 30;41].

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Bagi seorang muslim musibah ini dicermati dan dijadikan sebagai jalan untuk memperbaiki diri, introsfeksi dan peningkatan kekokohan iman. Ada empat hal sebagai solusi dari krisis moneter ini;

1. Meyakini Kalimat Syahadat
Sebagai muslim segala kejadian diambil hikmahnya, apapun yang terjadi tidak dijadikan dia limbung tapi semakin mengamalkan kalimat ”Laa Ilaaha Illallah” suatu keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberikan rezeki selain Allah, artinya Allah tidak menyia-nyiakan hidup manusia, jangankan manusia sedangkan ulat di dalam batu tetap diberi rezeki oleh Allah, firman-Nya:

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], Padahal kamu mengetahui.” [Al Baqarah 2;22].

Ali mengatakan bahwa rezeki itu ada dua,”Rizqun tathlubuhu wa rizqan yathlubuka” rezeki yang kita kejar dan rezeki yang mengejar kita. Kita lihat bahwa masyarakat sekarang banyak yang melupakan unsur kedua. Ketika dalam kondisi krisis lansung beranggapan bahwa rezekinya akan sempit, padahal tidak otomatis begitu.

2. Sikap Mengevaluasi Gaya Hidup
Gaya hidup yang senang dan bangga berhutang akan menghancurkan ekonomi keluarga, dalam Islam berhutang itu memang boleh tapi akibat dari hutang, kita merasa tidak tenang, sedih dan malas, tidak berdaya dan lemah, takut ditagih.
Ayat yang paling panjang adalah ayat tentang hutang 2;282, disana disebutkan bahwa hutang harus ditulis dengan benar, keduanya harus bertaqwa, tidak mengurangi hutang sedikitpun dan ada saksinya, artinya hutang bukanlah masalah yang sepele tapi panjang prosedur yang harus diikuti.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
3. Menumbuhkan Ruhul Atha’
Yaitu semangat memberi, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafi’i bahwa rezeki manusia itu adalah harta yang telah diinfaqkan,disedekahkan di jalan Allah untuk membantu kemaslahatan ummat, sedangkan segala yang masih berupa tabungan, simpanan bukan/belumlah rezeki kita;

1. kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,
2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung,
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, [Alhumazah 104; 1-2].

4. Mengoptimalkan Lahan Pekarangan
Sehingga tidak ada lahan yang tidur serta terbengkalai padahal dengan tergarapnya lahan disekitar rumah dapat ditanamkan sayuran dan ubi-ubian untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menghemat pengeluaran.

5. Hemat Dalam Pengeluaran
Seseorang dituntut untuk hemat dalam pengeluaran bukan pelit dan tidak boros, dia akan mengeluarkan dananya untuk keperluan yang terpenting dari yang penting. Sebagian ibu-ibu sebelum berangkat ke pasar telah mencatat segala kebutuhan yang akan dibeli, tetapi sesampai dia akan membeli semua yang nampak dan menyenangkan hatinya lebih banyak yang dibawa pulang diluar kebutuhan yang dicatat tadi.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Padahal seseorang ia masih bisa menjalankan tugas walaupun tidak punya motor tapi dia paksakan diri untuk punya motor, masih bisa menjalankan tugas dengan baik walaupun tidak dengan mesin cuci, seandainya mampu dan ada uang untuk itu tidak masalah, tapi harus sikut kiri dan kanan sehingga merongsong keuangan rumah tangga ini memang merepotkan.


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم