Selasa, 19 Juni 2012

4. Mujahadah Sikap Pribadi Muttaqin

Khutbah Jum'at Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 14 Agustus 2009




اَلْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،
“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” [Al Ankabut 29;69].

Hadirin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah
Marilah kita persembahkan puja puji syukur kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga masih dalam lindungan, taufiq dan hidayah-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur kepada-Nya, amin. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Saw yang telah berjasa memperbaiki kehidupan manusia dari kejahiliyahan kepada nilia-nilai yang islami.

Selaras dengan dinamika kehidupan yang kita lalui pada masa ini yang nyaris mengantarkan kita kembali kepada kehidupan jahiliyah, maka selayaknya membentengi diri dengan peningkatan kualitas iman dan taqwa diiringi dengan amal shaleh yang dapat diaplikasi pada semua sektor kehidupan, semoga kehidupan kita dari hari ke hari lebih baik dalam pemahaman dan pengamalan agama Islam ini.

Hadirin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah
Allah berfirman,

“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” [Al Ankabut 29;69].

Dalam bidang apapun, pribadi muttaqin dituntut untuk bersungguh-sungguh, baik sebagai pedagang, petani, pegawai, buruh ataupun pelajar untuk tidak boleh setengah-setengah dalam bekerja agar hasil yang didapatkan memuaskan. Ada pendapat yang mengatakan, ”Lebih baik jadi petani yang berhasil karena bekerja sungguh-sungguh daripada jadi pengusaha yang gagal karena bekerja ala kadarnya”.

Allah berfirman dalam surat Al Hujurat 49;15
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”.

Salah satu jati diri orang yang beriman pada ayat di atas ialah mujahadah yang disebut juga dengan jihad.

Jihad artinya suatu usaha yang sungguh-sungguh dalam urusan dunia baik urusan agama atau urusan dinas yang mengorbankan waktu, tenaga, fikiran dan hartanya untuk jihad fisabilillah.

Hadirin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah
Dalam masyarakat ada empat kelompok kekuatan ummat untuk berjuang di jalan Allah yaitu;

1. Ulul Albab, ialah para ulama, cendikiawan muslim, pakar Islam serta pemimpin ummat dari berbagai organisasi massa dan lembaga swadaya masyarakat lainnya, mereka memberikan nasehat dan pemikirannya untuk perbaikan dan kebaikan ummat ini.

2. Ulul Amri, ialah para pejabat pemerintah dari berbagai unsur instansi dan departemen, baik sipil maupun militer, wakil-wakil rakyat, mereka memberikan dorongan dan kemudahan fasilitas.

3. Ulul Amwal, ialah pemilik harta yang dermawan karena mendapat rezeki berlebihan, mereka tampil sebagai pendukung dana dengan membayar zakat, memberikan sedekah dan infaq fisabilillah.


4. Ulul Anfus, ialah sukarelawan yang dengan ikhlas menyerahkan jiwa, fikiran, tenaga dan waktunya untuk bekerja secara trampil dan mandiri.

Beberapa Kisah Masa Silam

Pertama; Dalam sejarah orang-orang shaleh banyak kita temukan sikap-sikap mujahadah yang mereka ujudkan dalam ibadah sebagaimana Umar bin Khattab ketika ketinggalan shalat berjamaah lalu malamnya dia ganti dengan ibadah semalam suntuk sehingga beliau tidak tidur. Amir bin Abdi Qais selalu shalat 1000 rakaat setiap harinya, Aswad bin Yazid berpuasa sampai pucat pasi. Karz bin Wabrah selalu mengkhatamkan Al Qur’an tiga kali dalam sehari. Kitapun dapat melihat dalam sirah bagaimana Rasulullah shalat malam dengan bacaan yang panjang hingga kaki beliau bengkak dan selalu mohon ampun kepada Allah 100 kali dlam sehari semalam padahal beliau orang yang maksum dan dijamin Allah masuk syurga.

Kedua; Umar bin Khattab karena tanggungjawab dia sebagai Khalifah, dia tidak mau hanya menerima laporan dari bawahannya tentang keadaan rakyat, setiap malam dia selalu mengadakan infeksi mendadak ke daerah-daerah untuk meninjau secara langsung bagaimana rakyat yang dipimpinnya. Suatu malam, dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan satu keluarga yang tidak makan. Sementara untuk membujuk isak tangis anaknya, sang ibu merebus batu. Dalam penantiannya itu anakpun tidur, tapi perut yang lapar menyebabkan tidurnya tidak nyenyak.

Anak terbangun kembali dan minta makan. Ibu hanya mampu berkata dengan derai air mata, ”Sabar nak sebentar lagi makanan kita masak, tidurlah lagi, nanti kalau sudah masak akan ibu bangunkan”, Umar berfikir, kenapa makanan yang dinanti-nantikan itu tidak kunjung masak, kenapa ibu ketika membujuk anaknya dengan derai air mata dan isak tangis yang menyayat hati, maka Umar menerobos ke dalam rumah itu dan lansung membuka tutup periuk, bukan main terkejutnya bahwa yang direbus sang ibu itu adalah batu. Detik itu juga Umar pergi ke Baitul Mal mengambil makanan, lalu menggotong sendiri makanan itu ke tempat kejadian tadi untuk menyelamatkan rakyatnya yang kelaparan.

Hadirin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mujahadah:

1. Amal sunnah yang dilakukan tidak melupakan dengan amal yang wajib, seperti berinfaq di jalan Allah tapi melalaikan nafkah keluarga, ”Sesungguhnya Allah mempunyai hak yang harus kamu penuhi, dirimupun punya hak yang harus kamu penuhi, penuhilah setiap hak mereka”[HR. Bukhari]

2. Tidak memaksakan diri dengan amal-amal sunnah yang di luar kemampuan, orang yang bermujahadah dalam ibadah sesuai dengan kemampuannya, mungkin menurut ukuran orang awam hal itu berat tapi bagi orang yang shaleh adalah perbuatan ringan karena dia sering dan terbiasa melakukannya, ”Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, demi Allah, Allah tidak bosan sehingga kamu merasa bosan” [Bukhari dan Muslim]

Nabi bersabda, ”Iman itu bukan dengan angan-angan tapi kemantapan dalam hati dan dibuktikan kebenarannya dengan amal” [HR. Bukhari].

Sesudah itu rupanya Allah mengadakan ujian terhadap iman tersebut
, ”Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan, ”Kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji akan orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui pula orang-orang yang dusta” [Al Ankabut 29;2].

Ujian tersebut bermacam-macam bentuknya, antara lain kesusahan dan kecelakaan.

Guna ujian ini ialah untuk mengetahui siapakah yang benar-benar beriman dan siapa pula yang dusta.

Sebenarnya walaupun tanpa diuji Allah telah mengetahui, benar atau dustanya iman seseorang, tetapi hal itu merupakan kesempatan bagi manusia untuk memperbaiki diri.

Iman yang istiqomah akan keluar sebagai pemenang dari segala ujian dan bentuk lain dari cobaan yang diberikan Allah sehingga imannya bermakna dan berkualitas, Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Iman itu ialah keyakinan dan amal karena itu dia dapat bertambah dan berkurang”.

Hadirin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah
Bukti bahwa iman seseorang naik yaitu ibadahnya meningkat, amaliyahnya banyak. Sedangkan bukti iman menurun yaitu maksiatnya bertambah. Yang dapat meningkatkan salah satu diantaranya yaitu zikrullah, ingat kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran 3;190-191,

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang zikrullah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka banyak memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,”Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

Difirmankan dalam surat Ali Imran 3;102
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh bertaqwa dan janganlah mati kecuali dalam tetap beriman”
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar