Rabu, 20 Juni 2012

9. Profil Ash Shabirin



Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 23 Oktober 2009


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:

”Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.’’[Ali Imran 3;146]

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam menjalankan kehidupan ini selalu dalam bimbingan-Nya, Amin. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini kehidupan yang penuh arti melalui iman dan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi yaitu kampung akherat. Taqwa yang sungguh-sungguh itulah kelak akan mendapat tempat yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Yang dimaksud sabar bukanlah sebagaimana doktrin agama Nasrai yang mengatakan,”Bila anda ditampar pipi kiri maka serahkan pulalah pipi kanan anda”. Orang yang sabar dinamakan Shabirin, yaitu sikap hidup yang penuh dengan perhitungan sehingga tindakannya adalah tindakan matang setelah dianalisa, bukan tindakan membabi buta. Orang mengartikan sabar identik dengan takut, sebenarnya jauh berbeda, demikian pula jelas sekali perbedaan antara berani dengan nekat.

Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah dapatkah dikatakan takut dengan kafir Quraiys yang selama ini mengintimidasi, teror dan tindakan lainnya melecehkan ummat islam. Padahal beliau mampu bertahan di Mekkah selama 13 tahun menyebarkan fikrul islami [pemikiran islam]. Berkat kesabarannyalah sehingga keberhasilan da’wah itu menemukan titik terang di Madinah. Pernah satu ketika saat Amar bin Yasir dianiaya oleh majikannya bahkan bapak dan ibunya telah dibunuh dihadapannya sendiri, waktu itu Rasululah mendekati Amar, menepuk pundaknya sambil berharap,”Sabar wahai Amar, syurga ditanganmu”.

Kalau saja ketika itu Rasul mengadakan perlawanan terhadap tindakan kafir Quraisy tentu da’wah ini akan hancur sementara kekuatan ummat islam belum tertata, buah dari kesabaran inilah yang mengantarkan Amar bin Yasir memperoleh syurga kelak di akherat, Allah berfirman;

”Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.’’[Ali Imran 3;146]

Dalam peperangan sekalipun seorang mukmin dituntut untuk sabar dengan menyusun strategi perang yang jitu, kekalahan di medan jihad Uhud karena tidak sabarnya pasukan pemanah menanti peperangan usai sementara ghanimah sudah bertebaran di depan mata.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Seorang mukmin dituntut untuk menerapkan sabar ini dalam seluruh asfek kehidupannya dengan tidak menghilangkan ketegasan serta keberanian, secara prinsip kesabaran itu diletakkan pada empat hal;

Pertama, Ash Shabru ’indal musyibah, artinya kesabaran itu ditempatkan saat menerima musibah. Umumnya kehidupan manusia ini dihiasi oleh dinamika ujian dan ujian, baik berupa kesenangan maupun kesengsaraan, keberhasilan ataupun kegagalan,bahkan Allah menjadikan musibah ini sebagai sunnatullah dalam kehidupan;

’’Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[Al Baqarah 2;155-156].

Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Bagi seorang mukmin, musibah itu adalah ujian untuk meningkatkan kualitas iman, sedangkan bagi orang-orang yang lalai fungsi musibah sebagai peringatan, bagi orang yang durhaka, maka musibah itu adalah azab dan murka Allah. Tidak layak kiranya seorang fasiq, zhalim dan munafiq saat mendapat musibah dia mengatakan,”Allah menguji iman saya”, namun yang pantas adalah,”Allah menimpakan azab kepada saya”.

Kedua, Ash Shabru ’anil ma’siyat, artinya kesabaran itu harus terujud saat berhadapan dengan maksiat. Yang dimaksud adalah segala maksiat yang ada di hadapan seorang mukmin,dia harus berupaya untuk menghindarinya sekaligus untuk menyingkirkan maksiyat itu dengan penuh hati-hati, tidak boleh secara prontal dan emosional, Ibnu Taimiyah berkata,”Jangan menghilangkan maksiat dengan emosional yang akhirnya akan mendatangkan maksiat yang lebih besar”.

Ketika kafir Quraisy masih menyembah berhala, kemaksiatan ini seolah-olah dibiarkan oleh Rasulullah, bahkan dalam ka”bah terdapat 360 berhala, Rasul tidak menghancurkan patung-patung itu, tapi beliau berupaya menghancurkan patung yang ad di hati ummatnya dengan menanamkan tauhidulllah, hanya mengesakan Allah saja, benar apa yang dikatakan pepatah Minang, ibarat mengangkat rambut dalam tepung, rambut tidak putus dan tepung tidak terserak, artinya adalah hikmah dan bijaksana.

Ketiga, Ash Shabru ilat Tha’ah, artinya dalam menjalankan ketaatan kepada Allah haruslah mengujudkan kesabaran, karena terlalu banyak rintangan dan rongrongan yang datang kepada seorang mukmin ketika dia akan mematuhi segala suruhan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dalam berpuasa, shalat, zakat, jihad, hijrah dan seluruh ujud ketaatan kepada Allah membutuhkan kesabaran sehingga wajar bila Rasulullah menyarankan kepada ummatnya untuk ibadah yang sedikit tapi kontinyu dari pada banyak tapi terburu-buru dan seketika. Beliau pernah ditanya oleh sahabat tentang kewajiban seorang mukmin untuk menamatkan membaca Al Qur’an, dengan toleransi yang tinggi rasul menyatakan,”Khatamkan Al Qur’an itu dalam satu bulan”, sahabat ada yang sanggup satu minggu, lima hari bahkan ada yang tiga kali dalam sehari semalam, namun rasul membatasi,”Khatamkan Al Qur’an itu sekali dalam tiga hari”.

Rasul melihat Asma binti Abu Bakar mengikatkan pinggangnya pada sebuah tiang dalam masjid, beliau bertanya,”Kenapa demikian ya Asma”, anak Abu Bakar itu menjawab bahwa dia akan menunaikan shalat tahajud sepanjang malam tapi tidak mampu sehingga untuk menjaga rasa kantuknya dia harus menaham dengan tali ditubuhnya itu, rasul mengatakan,”Kerjakan tajahud itu semampumu, saat mengantuk tidurlah dahulu, lalu bangun lagi dan kerjakan shalat....”

Untuk mencapai derajat muttaqin tidaklah mudah, dia harus melalui marhalah atau tahapan,sejak dari muslim, mukmin,muhsin dan mukhlis. Fase ini harus dilalui dengan sabar sehingga tidak terkesan dikarbit sehingga muttaqin yang diraih sebenar-benarnya taqwa bukan hiasan bibir dan propaganda saja.
“ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta”. [Fushilat 41;30-31].

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Keempat, Ash Shabru ilad Da’wah artinya untuk menggelar da’wah perlu adanya kesabaran, tidak serampangan dan buru-buru dengan melupakan manhaj da’wah yang diajarkan oleh Rasululah. Terlalu banyak halangan dan rintangan sehingga wajar kalau seorang Hasan Al Banna mengatakan bahwa da’wah itu bukanlah hamparan permadani dan bukan pula kalungan bunga melati tapi hamparan onak dan duri serta kalung gantungan kematian. Sejak da’wah ini digelar oleh para nabi dan rasul senantiasa hadir berbagai ujian, tanpa kesabaran dalam berda’wah terlalu banyak mungkin kerugian yang akan diderita oleh da’wah itu sendiri sehingga terjadilah perbenturan dengan pihak penguasa, kafir dan zhalim ketika kekuatan belum ada tentu saja gerakan da’wah ini mudah saja untuk diberangus oleh musuh-musuh islam.

Suatu ketika tampillah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang kapan keberhaslan da’wah ini dapat dirasakan padahal sudah habis dana, waktu dan usaha yang maksimal, mana pertolongan Allah itu ? pinta mereka. Rasulullah lansung menjawab,”Dahulu orang-orang sebelum kamu ini karena da’wah ada diantara mereka yang harus disisir rambutnya dengan sisir yang terbuat dari besi sehingga terkelupas kulit kepalanya, dipotong tangan dan kakinya, dicincang bahkan nyaris dibunuh, tapi mereka tetap sabar, kalian terlalu terburu-buru”, memang nampaknya sabar itu tidak ada batasnya dan keberhasilan da’wah tidak tergantung dari usia generasi tapi sepanjang usia dunia ini.

“ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar” [At Taubah 9;111].

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Dari sekian nabi dan rasul yang memiliki kesabaran yang luar biasa sehingga Allah memuji mereka dengan sebutan ulul azmi, mereka adalah nabi Nuh, nabi Ibrahim, nabi Musa dan nabi Muhammad Saw, yang seharusnya seorang mukmin mencontoh pribadi ini dalam kesabaran. [Mdr, 2009]


فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar