Rabu, 27 Juni 2012

29. Qurban dan Taqwa


Khutbah Idul Adha 1431.H Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Iman
Jorong Balai Pandan Nagari Cupak
Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 17 Nofember 2010

Allahu Akbar ...............9 x Allahu Akbar Walillahilham

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:……

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita sehingga kita masih dapat menikmati kehidupan dalam iman dan islam, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat manusia agar selamat hidupnya di dunia hingga akherat, beliau sebagai teladan dan pimpinan kita dalam menapaki kehidupan ini. Kemudian marilah kita meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai bekal terbaik memasuki kehidupan akherat kelak, banyak sarana yang dapat menaikkan poltase iman kita diantaranya dari satu shalat ke shalat berikutnya, dari satu Ramadhan ke Ramadhan yang lain, dari satu ibadah kurban kepada ibadah kurban selanjutnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

Contoh puncak kebahagiaan seorang manusia tauhid, yang bersedia berkurban untuk mencapai derajat taqwa adalah Nabi Ibrahim As, beliau bersedia dengan rasa tulus ikhlas mengurbankan Ismail As putra yang dicintainya, jika memang hal itu merupakan perintah Allah, tetapi Allah yang Maha Bijaksana hanya menguji kepasrahan, ketaatan dan ketaqwaan Ibrahim. Dan Nabi Ismailpun diuji ketaatan dan kesabarannya.
Di bawah ini akan diinformasikan dialog Nabi Ibrahim AS dengan anak sulungnya, yaitu dalam Ash Shaffaat 37;102):

'Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Inilah kampanye dialogis yang menghasilkan kesepakatan kesediaan melaksanakan perintah Allah dengan sikap disiplin berasaskan keikhlasan. Kalaulah Ibrahim melakukan penyembelihan itu tanpa mengabarkan terlebih dahulu kepada Ismail maka selesailah tugas yang diamanatkan Allah kepadanya, tapi dia tidak mau peristiwa itu tanpa keterlibatan Ismail, diapun memberikan didikan kepada anaknya bahwa tugas besar itu harus juga diikuti oleh sang anak, disini tergambar bahwa orangtua tidak boleh melakukan semua peran kehidupan ini walaupun dia mampu, peran kehidupan itu juga harus dibagikan kepada anak-anak muda sebagai generasi yang akan datang.
Jawaban Ismail adalah jawaban seorang anak yang patuh kepada ketentuan Allah, dia tidak memastikan dirinya bisa berlaku sabar, tapi semuanya itu dengan izin Allah. Karena kesabaran itu sikap pribadi seseorang yang diberi hidayah oleh Allah, manusia hanya makhluk yang segala sesuatunya dibawah kekuasaan-Nya, itulah jawaban yang tepat dari Ismail dengan kalimat "Insya Allah". Lalu buat apa Allah menggantikan Ismail dengan bi dzibhin 'atzhiem seekor binatang sembelihan yang besar.
Bagi Allah tidak ada masalah, Dia Maha Kuasa, Bagi Nabi Ibrahim AS sudah ikhlas menyembelih dan Ismail juga sudah ikhlas disembelih. Yaitu untuk memberikan penekanan, penggaris bawahan, perbedaan antara agama-agama kebudayaan penyembah berhala dan dewa-dewa dengan agama wahyu, tidak boleh menyembelih, membunuh manusia. Upacara kurban bukanlah suatu yang sakral (sacrifice), bukanlah suatu sesajen [offering]

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah
Apakah daging kurban itu dapat meredakan murka Tuhan? Apakah Tuhan berhajat kepada daging kurban itu? Apakah darah kurban yang mengalir itu sesuatu yang sakral, dapat mensucikan kembali manusia dari dosa? Apakah binatang kurban itu untuk kendaraan yang berkurban di hari kemudian kelak? firman Allah dalam S. Al Hajj 22; 36,

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Jadi menurut Al Quran, daging dan darah tidak ada relevansinya dengan upacara kurban. Ajaran Islam menolak pemahaman kurban sebagai persembahan atau sesajen (offering), dan juga menolak pemahaman kurban sebagai pembasuh dan penebus dosa yang sakral sifatnya (sacrifice), tegasnya ajaran Islam menolak pengertian kurban sebagai persembahan yang sakral. Juga tidak benar bahwa binatang kurban akan menjadi kendaraan di hari kemudian.
Kurban harus diresapkan artinya menurut rasa bahasa asalnya yaitu bahasa Al Quran, yang dibentuk oleh 3 huruf Qaf, Ra, Ba, qarraba, artinya mendekatkan diri (kepada Allah SWT). Dalam S. Al Maidah 27 terdapat ungkapan Qarraba Qurba-nan, yang artinya mendekatkan diri dengan berkurban.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

Jadi upacara kurban adalah menyembelih binatang, dagingnya untuk dimakan sendiri dan dimakan oleh fakir miskin sebagai fungsi sosial, darahnya dibuang, tidak boleh dimakan karena najis, jadi sangat jauh dari sakral. Dan arti spiritualnya adalah mendekatkan diri, taqarrub kepada Allah SWT sebagai tanda berbakti kepadaNya, melaksanakan perintahnya dengan semangat taqwa. Demikianlah, menurut bahasa asalnya, yaitu bahasa Al Quran, berkurban bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan memberikan yang berkwalitas kepada orang lain sebagai realisasi taqwa. [ Makassar, 14 Juni 1992 'H.Muh.Nur Abdurrahman].

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah
Ada sikap yang harus kita miliki sebelum berkurban yaitu sikap pribadi dan level iman yang cukup baik, bahkan dalam surat Al Maidah ayat 27 tadi dinyatakan bahwa Allah hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertaqwa, selain kurban mendekatkan diri kepada Allah agar mencapai derajat taqwa maka taqwa itu sendiri juga menjadi syarat diterima kurban seseorang, sejenak kita menelaah apa makna taqwa itu ;
Ubay bin Ka'ab bertanya kepada Umar bin Khattab tentang taqwa, Umar menjawab,"Apakah anda pernah melewati jalan berduri?", Ubay menjawab,"Ya pernah", Umar bertanya,"Apakah yang anda lakukan?". Kata Ubay,"Saya kesampingkan duri itu dan berusaha maju ke depan dan berhati-hati", kata Umar, "Itulah taqwa". Rasulullah menyatakan bahwa taqwa itu ada di hati bukan diucapan, sedangkan orang yang bertaqwa juga dikatakan adalah orang yang mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Imam Al Gazali menempatkan taqwa dengan tawakkal, qona'ah, wara', dan yakin.

Berarti taqwa adalah mencari jalan yang baik untuk dilalui, menyingkirkan rintangan dalam kehidupan dan berhati-hati dalam menapaki kehidupan ini. Banyak lagi persi taqwa yang dapat dikemukakan selain persi selain pendapat diatas, namun siapakah orang yang bertaqwa itu ?. beberapa ayat dibawah ini Allah mengungkapkan orang-orang yang taqwa diantaranya;

1.Orang yang menempatkan Al Qur'an sebagai dasar kehidupan
Orang yang bertaqwa itu adalah orang yang menjadikan Al Qur'an sebagai petunjuk dalam seluruh asfek kehidupannya tanpa ragu-ragu. Al Qur’an bukanlah sekedar bacaan yang mendapat pahala ketika membacanya tapi adalah sebagai way of live bagi seorang mukmin dalam menapaki kehidupan yang penuh dengan berbagai ujian dan godaan.

"Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa"[Al Baqarah 2;2]

2.Orang yang punya pandangan jauh ke depan
Orang yang bertaqwa menjadikan kehidupan dunia adalah kehidupan sementara sedangkan kehidupan akherat adalah tujuan akhir, sehingga dunia dijadikan sebagai pulau persinggahan. Hidup bagi orang yang bertaqwa bukanlah disini dan ini saja yang hanya sebentar, tapi hidup yang abadi ada di akherat sehingga perlu bekal dan persiapan untuk menuju kesana dengan iman yang bersih dari syirik dan ibadah yang bersih dari riya'.

"Katakanlah: "Kesenangan di dunia Ini Hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun''[An Nisa' 4;77].

3.Orang yang memiliki usaha yang bersih
Rasulullah menyatakan bahwa di dunia ini ada yang halal dan itu jelas, ada yang haram dan itu juga jelas tapi ada yang samar-samar, itu yang disebut dengan syubhat, sifat orang mukmin adalah yang berhati-hati terhadap barang yang syubhat, meninggalkan yang haram sudah pasti tapi meninggalkan yang syubhat menunjukkan iman yang baik.

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”[Al Baqarah 2;172]

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

4.Orang yang memiliki sifat adil
Karena pentingnya sifat adil ini sampai Rasulullah menyuruh berlaku adil kepada anak-anak walaupun dari segi ciuman dan perhatian kepada mereka, sifat adil hanya dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa karena orang lain tidak akan mampu menegakkannya;
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."[Al Maidah 5;8].

5.Orang yang memiliki sifat setia kawan dan ukhuwah
Setia kawan dan ukhuwah hanya dimiliki oleh orang-orang beriman dengan kualitas taqwa, hal ini terujud dikala Rasulullah mempertemukan ummat ini di Madinah saat melaksanakan hijrah. Setia kawan yang dibenarkan adalah setia kawan yang terikat karena Allah semata, karena ikatan ini yang kuat tanpa dibatasi oleh ras, suku dan bangsa, sebagaimana Rasulullah mempersaudarakan Bilal bin Rabah yang awalnya budak hitam, Shuaib Ar Rumy yang berasal dari Romawi dengan Umar bin Khattab dan Usman bin Affan yang berasal dari suku Quraisy

"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat" [Al Hujurat 49;10]

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

6.Orang yang menyampaikan kebenaran
Orang yang bertaqwa adalah orang yang menyampaikan kebenaran kepada siapapun walaupun pahit akibatnya kelak. Kebenaran itu adalah apa adanya tidak dapat ditutup tutupi, hingga sampai ketika kita bercandapun oleh Rasulullah tidak boleh dengan kebohongan, harus dengan kebenaran. Karena sekali saja kita berbohong maka selamanya orang tidak akan percaya lagi;

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar" [Al Ahzab 33;70]

Taqwa adalah level yang tinggi setelah seseorang melewati fase sebagai muslim yaitu mengakui islama sebagai agamanya, ketika meningkat kualitas muslim menuju tingkat kedua yaitu mukmin, yaitu tingkatan orang yang sudah baik kepribadiannya, imannya sudah menghunjam ke dada, amalnyapun semakin bagus. Mukmin meningkatkan mutunya dengan segala kesungguhan menuju kesana sampailah kepada level Muhsin, yaitu karakter muslim yang berupaya selalu berbuat baik sebanyak mungkin, amal wajibnya ditambah dengan yang sunnah-sunnah, bila dia mampu meningkatkan kualitas iman dan amalnya maka mendekatlah kepada level Mukhlis artinya orang yang ikhlas dalam menapaki kehidupan ini, segala yang diberikan dan dilakukan hanya mencari ridha Allah, maka barulah masuk ke tahaf Muttaqin yaitu orang yang bertaqwa.

Allah tidak memandang manusia karena suku, bangsa dan kelahirannya tapi kemuliaan itu disematkan Allah kepada hamba yang mampu mencapai derajat taqwa, sebagaimana firman-Nya dibawah ini;

"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal" [Al Hujurat 49;13]

Rupanya iman dan taqwa tidak hanya diucapkan saja apalagi hanya dipendam saja di hati, tapi taqwa itu harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga hingga, masyarakat luas, sampai Nabi Ibrahim mohon kepada Allah agar nanti anak keturunannya menjadi pemimpin orang yang bertaqwa artinya menjadi orang yang bertaqwa saja sungguh mulia apalagi memimpin orang yang bertaqwa tentu kualitasnya lebih taqwa dari yang dipimpinnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah
Bukanlah kurban namanya bila penyembelihan ditujukan kepada selain Allah seperti menyembelih hewan untuk prosesi sebuah bangunan, agar bangunan tersebut kuat dan kokoh hingga bertahan lama, bukanlah kurban namanya bila penyembelihan hewan dicampakkan ke gunung atau ke laut dalam rangka untuk mengusir malapetaka dan bahaya yang datang, bukanlah kurban namanya bila penyembelihan hewan untuk tempat-tempat tertentu dengan tujuan agar mendapatkan berkah, mendatangkan keselamatan dan keuntungan, bukan pula kurban namanya bila penyembelihan hewan untuk mengobati sakit seseorang, semua hal diatas tersebut tidak pernah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul, bahkan mereka melarang penyembelihan hewan untuk hal-hal demikian.
Dengan demikian Allah mengajarkan, semakin sering kita berqurban untuk kesejahteraan ummat manusia, maka akan semakin kokoh dan sempurnalah taqwa kepada Allah Swt. Kesediaan kita untuk berqurban sudah tentu menuntut penekanan egoisme dan pengurbanan rasa keakuan kita. Tidak boleh rasa keakuan tersebut hidup subur di hati ummat Islam, karena dorongan nafsu akan menjadikan manusia serakah, yang tidak mengenal batas-batas kemanusiaan dan yang cendrung melanggar norma-norma Allah.

Agama Islam adalah agama yang menganjurkan dengan tegas agar pemeluknya suka berqurban dalam arti yang seluas-luasnya. Al Qur’an mendorong ummat islam untuk menanamkan watak kesediaan untuk senantiasa mengurbankan sebagian kepentingan kita, sebagian rezeki kita, sebagian kelonggaran kita untuk sesama manusia.

Hadis riwayat Jundab bin Sufyan ra., ia berkata:
Aku pernah berhari raya kurban bersama Rasulullah saw. Beliau sejenak sebelum menyelesaikan salat. Dan ketika beliau telah menyelesaikan salat, beliau mengucapkan salam. Tiba-tiba beliau melihat hewan kurban sudah disembelih sebelum beliau menyelesaikan salatnya. Lalu beliau bersabda: Barang siapa telah menyembelih hewan kurbannya sebelum salat (salat Idul Adha), maka hendaklah ia menyembelih hewan lain sebagai gantinya. Dan barang siapa belum menyembelih, hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah. (Shahih Muslim ]

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilham
Hadirin jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Nabi saw. berkurban dengan dua ekor kibas berwarna putih agak kehitam-hitaman yang bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, seraya menyebut asma Allah dan bertakbir (bismillahi Allahu akbar). Beliau meletakkan kaki beliau di atas belikat kedua kambing itu (ketika hendak menyembelih). (Shahih Muslim )

Kurban selain ujud ketaatan kepada Allah, dia juga merupakan ujud syukur seorang hamba atas nikmat yang sudah diterima dari Allah, diantara realisasinya adalah shalat dan kurban;

"Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus[Al Kautsar 108;1-3]

Kurban merupakan implikasi dari nikmat-nikmat Allah yang sudah diterima seorang hamba, artinya pahalanya ada dua dimensi, sebelum berkurban sudah lebih dahulu menerima pahala berupa kenikmatan dunia , hanya manusia penerima nikmat itu yang mengerti sudah berapa banyak nikmat dunia dia terima, sehingga dari itu semua dia juga ujudkan dengan kurban untuk mengejar pahala yang lebih besar lagi yang berdimensi akherat, ukuran pahalanya kata Rasulullah sebanyak bulu domba yang disembelih itu.wallahu a'lam [Cubadak Solok,15 Syawal 1431.H/ 24 September 2010]


أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA
Allahu Akbar ...............7 x Allahu Akbar Walillahilham
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Referensi;
1.M.Yunan Nasution, Pegangan Hidup I
2.Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
4.Buya Hamka, Pelajaran Agama Islam.
5. Kumpulan Tulisan H.Muh.Nur Abdurrahman. 23 juni 2006
6. 1100 Hadits Terpilih, Dr. Muhammad Faiz Almath
7.Hadits Arbain An Nawawi, Sofyan Efendi, HaditsWeb 3.0,





Tidak ada komentar:

Posting Komentar