Senin, 25 Juni 2012

19. Makna Syirathal Mustaqim



Khutbah Jum'at Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Munawarah
Pasar Sungai Lasi Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 28 Mai 2010

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ بِمَزِيْدِ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ الْمَحْمُوْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ؛ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:
‘’ Tunjukilah kami jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”[Al Fatihah 1;6-7]

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kembali kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sebagai bekal hidup kita mengarungi dunia ini agar selamat di dunia dan di akherat, semoga kita mampu mengujudkan syukur itu dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, sebagai nabi dan rasul penutup risalah ini.

Kemudian marilah kita selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah dengan melaksanakan ibadah rutin dari shalat satu ke shalat berikutnya, dari jum’at satu ke jum’at berikutnya dari ramadhan tahun lalu menuju ramadhan berikutnya, yang semua itu sebagai bekal hidup dan sebaik-baik bekal hidup di dunia ini adalah taqwa.

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Do’a yang sering kita baca dalam sehari semalam, paling tidak dalam setiap shalat yaitu,”Ihdinasy syirathal mustaqim” tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah diberi nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang sesat lagi jalan yang dimurkai [1;6-7].
‘’ Tunjukilah kami jalan yang lurus,(yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”[Al Fatihah 1;6-7]

1. Ma’na syirathal mustaqim bukanlah jalan yang rumit sebagaimana diibaratkan “rambut dibelah tujuh” sehingga tidak sembarang orang bisa melewatinya, syirathal mustaqim itu adalah jalan Allah yaitu islam dengan segala ajarannya.

2. Satu modal sudah kita miliki yaitu sebagai muslim, banyak peluang bagi kita untuk memperoleh jalan ini bila kita mau dan mampu menerapkan apa yang digariskan oleh islam.

3. Suatu ketika nabi Muhammad membuat garis lurus pada sebuah tanah, lalu beliau bersabda,”Inilah syirathal mustaqim, sedangkan jalan-jalan diluar ini adalah jalan-jalan syaitan yang menyesatkan manusia”.

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Orang yang masih berada dalam syirathal mustaqim adalah orang-orang yang memiliki kriteria sebagai berikut;

Pertama, adalah orang yang mengikuti jalan islam lalu menolak jalan selain islam.
-Semua isme apa saja yang tampil di dunia ini, maka sikap seorang muslim adalah barra’ yaitu mengingkarinya,memusuhi, membuat jarak dan menyingkirkannya.
-Di dunia ini hanya ada dua yaitu jalan Allah dan jalan syaitan, kafir atau muslim, islam atau selain islam.
-Seorang mukmin bila telah menyatakan wala’ yaitu hanya loyalitas dan patuh hanya kepada Allah maka wajib untuk bara’ yaitu menolak, membenci, memusuhi, membatasi diri dan menjauhkan segala tuhan selain Allah;
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” [Al An’am 6;153]

Kedua, syirathal mustaqim adalah jalan orang-orang yang bertawakkal hanya kepada Allah ;

-Setelah mereka berikhtiar seoptimal mungkin yang diiringi dengan do’a dan munajad agar keberhasilan dapat diraih.

-Yang dimaksud dengan tawakkal adalah sikap hidup yang siap untuk berjihad,bukan pasrah dan bermalas-malasan sehingga ketentuan hidup yang diterimanya menjadikan taqdir sebagai kambing hitam.

-Suatu ketika seorang sahabat Rasul datang menemui beliau, sedangkan untanya tanpa diikatnya dibiarkan diluar, dia mengatakan bahwa itu adalah skap tawakkalnya, maka Rasul memberi nasehat bahwa yang dikatakan tawakkal itu adalah,”Ikat dahulu untamu setelah itu barulah tawakkal”.
“Sesungguhnya Aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus."[Huud 11;56]

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Ketiga, jalan yang lurus itu adalah jalan orang-orang yang jikalau memerintah dikendalikan dengan adil tanpa menzhalimi rakyatnya;

-Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda,”Tidak seorangpun yang dipercaya Allah untuk mengurusi rakyat, lalu dia mati dalam keadaan menyiksa rakyatnya, melainkan Allah haramkan syurga baginya”.

-Beliaupun menggambarkan bahwa pemimpin yang selamat di hari kiamal kelak ada delapan orang yang selamat dari azab Allah yaitu salah satunya adalah pemimpin yang berlaku adil dikala dia memegang amanat kepemimpinan ;
“Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?” [An Nahl 16;76]

Keempat, syirathal mustaqim atau jalan yang lurus itu adalah jalan da’wah yang dilalui oleh orang-orang yang resfon terhadap misi islam yang harus disampaikan.
-Ustadz Musthafa Masrur mengatakan bahwa jalan da’wah itu adalah jalan yang penuh dengan onak dan duri, penuh dengan jurang-jurang yang terjal. Dia bukanlah jalan yang terhamparnya permadani tapi jalannya orang-orang yang siap menempuh kerikil-kerikil tajam, bukan pula jalan yang berhias kalung bunga, akan tetapi hiasannya adalah kalung gantungan, tapi da’i yang siap menempuh jalan ini mendapatkan kesenangan dan kemenangan di dunia maupun di akherat.

-Syaikh Ahmad Surkaty Al.Ansyari pernah berkata kepada seorang da’i muda dengan suara lembut”Jalan yang kau pilih ini adalah jalan kefaqiran dan kepapaan….tapi agung karena itulah jalan yang pernah ditempuh oleh para anbiya’ dan mursalin”.
Allah berfirman dalam surat An Nahl 16; 125;
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.[Ali Imran 3;104]

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kelima, yang dimaksud dengan syirathal mustaqim atau jalan yang lurus itu adalah jalan yang mengarahkan ummat ini untuk mengabdi hanya kepada Allah dalam seluruh asfek aktifitasnya;
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.[Adz Dzariyat 51;56]

-Yaitu ibadah yang dimotivasi oleh niat yang ikhlas dengan tujuannya mengharapkan ridha Allah sedangkan prakteknya mengacu kepada amalan yang diteladankan oleh Rasulullah.

-Bila salah satu bahkan tiga hal tersebut, niat, tujuan dan cara ibadah tidak sesuai dengan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya maka batallah ibadah tersebut walaupun jumlah amalannya tidak sedikit.

- Rasulullah mengatakan bahwa barangsiapa yang beribadah tanpa mengikuti apa yang diturunkan Allah dan disunnahkan beliau maka itulah bid’ah yang bid’ah itu sesat, segala kesesatan mengantarkan seseorang ke neraka.

فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar