Kamis, 17 Oktober 2013

98. Pahala Shalat Fajar



Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan  IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 18 Oktober  2013/ 13 Zulhijjah 1434.H

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:

”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan drikanlah shalat untuk mengingat-Ku”. [Thaha 20;14]

Ketika ajal hampir datang, Rasul tidak mampu lagi memimpin shalat sehingga diserahkan kepada Abu Bakar, ini sebagai simbul bahwa kelak Abu Bakar yang akan memimpin ummat ini. Dengan berat hati Abu Bakar memimpin shalat berjamaah saat Rasulullah dalam keadaan sakit. Suatu ajaran kepada kita, bila sebagai pimpinan, pimpinan apa saja, bila sudah tidak mampu lagi melaksanakan tugas, lebih banyak uzurnya dari pada hadirnya maka serahkanlah tugas itu kepada kader yang telah dipersiapkan.

Sebelum wafat, nabi Muhammad berpesan,"Tiga hal yang dapat menyebabkan rusaknya seseorang; memperturutkan hawa nafsu, kikir yang diperturutkan dan kagum pada diri sendiri". Sehari sebelum wafat nabi berpesan,"As shalah, annisa dan ummati". Agar ummat ini menjaga shalat, menjaga wanita dan ummat islam". Begitu pentingnya shalat sehingga dipesankan oleh Rasulullah agar ummat ini tidak meninggalkan shalat dengan alasan apapun kecuali mati.

Wafatnya Nabi Muhammad membuat Umar bin Khattab tidak yakin, hal itu karena ujudnya kepada Rasulullah. Sesampai dia di rumah Nabi, dia melihat orang banyak berkumpul dan membicarakan kematian Rasul, dengan suara lantang sambil menghunuskan pedang dia berkata,"Siapa yang mengatakan Muhammad telah meninggal maka akan berhadapan  denganku, Muhammad tidak meninggal, dia hanya menghadap Allah sebagaimana Musa dahulu pergi ke Tursina untuk bertemu Allah". Semua yang mendengar hanya diam tidak mampu meredakan kemarahan dan kekecewaan Umar.

Datanglah ketika itu Abu Bakar Ash Shidik untuk memberi kebenaran kepada Umar hingga dia menyadari bahwa Nabi Muhammad memang telah wafat, Muhammad adalah makhluk Allah yang juga merasakan maut atau kematian, jangankan kematian sedangkan kena panah dan  tombak saja berlumuran darah muka beliau dalam perang Uhud sehingga lepas gerahamnya.

Bagi orang yang beriman, shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan minimal lima waktu sehari semalam, yang kemudian bagi yang punya keinginan untuk menambah pahala, meraih simpati dan kedekatan dengan Allah dapat pula melakukan shalat sunnah, bila dikerjakan mendapatkan pahala dan bila tidak dikerjakan tidak apa-apa, shalat sunnah sering dikerjakan oleh orang-orang yang sudah faham tentang hikmah dan fadhilah dari shalat sunnah itu, seperti shalat sunnah fajar ternyata luar biasa pahala yang didapat bila dilakukan oleh seorang mukmin. 

Shalat fajar yaitu shalat sunnah sebelum subuh-merupakan shalat sunnah yang paling banyak pahalanya dibandingkan shalat sunnah lainnya. Rasulullah mengistimewakannya dengan pahala yang begitu besar, "Dua rakaat fajar [shalat sunnah sebelum subuh] lebih baik dari dunia dan isinya" [HR. Muslim].

            Dunia-seluruh dunia- segala isinya mulai dari bentuk harta benda, harta simpanan, kedudukan, usaha, segala yang menggiurkan dan menyenangkan, tidak akan sampai nilainya sebesar shalat sunnah fajar dua rakaat. Ini baru keutamaan shalat         sunnah fajar, dari Aisyah dikatakan bahwa,"Tidak ada shalat sunnah yang lebih diperhatikan Rasulullah selain shalat sunnah sebelum subuh" [HR.Bukhari].

            Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan bahkan ketika melakukan perjalanan Rasulullah tidak mengerjakan shalat sunnah, baik yang dikerjakan sebelum shalat fardhu maupun sesudahnya, kecuali shalat sunnah subuh, beliau bersabda,"Janganlah meninggalkan shalat sunnah subuh walaupun kalian dikejar pasukan musuh"[HR. Abu Daud dan Ahmad].



            Besarnya pahala shalat sunnah fajar diberikan balasan oleh Allah karena beberapa hal;

1.Kondisi fisik.
Shalat fajar dilakukan ketika sebelum melakukan shalat subuh, bagi yang biasa bangun pagi hari maka mudah saja untuk mendatangi masjid setelah berjuang maksimal untuk bangun dari tidur, biasanya kondisi fisik ketika itu sangat labil sehingga rasa kantuk, pening dan malas bersatu, ditambah lagi oleh godaan syaitan yang berusaha untuk mengajak manusia untuk tidur pulas sehingga bangunnya kesiangan. Apalagi tadi malam tidurnya agak malam karena berbagai kegiatan yang dilakukan sehingga terlena tanpa disadari  larut malam mengantarkannya ke peraduan.

Bila seseorang mampu untuk melawan kondisi fisiknya sehingga berhasil melakukan shalat fajar dan shalat subuh pagi ini maka luar biasa keuntungan yang dia peroleh, dia upayakan semaksimal mungkin demi meraih pahala yang sebanyak isi dunia dari Allah.

2.Gangguan syaitan.
Walaupun seorang mukmin terbiasa bangun dipertiga malam untuk melaksanakan shalat tahajud yang kemudian dilanjutkan dengan shalat subuh ke masjid, syaitan tidak membiarkan begitu saja, sekian hari, sekian minggu bahkan sekian bulan yang lalu shalat fajar dan shalat subuh dilakukan dengan berjamaah di masjid secara sukses, maka untuk pagi ini dia selalu berupaya untuk menggagalkan kegiatan itu, bila berhasil maka luar biasa kebanggaannya sehingga kegagalan sekian bulan bisa dia lupakan.

Digambarkan oleh hadits bahwa ketika seseorang mau berangkat tidur, syaitan telah mengikat dikuduknya tiga buhul, lalu dia berkata , "Wahai hamba Allah tidurlah karena malammu sangat panjang'...bila orang tersebut bangun dan berzikir, lepas satu ikatan, bila ia pergi berwudhu lepas pula satu ikatan, bila ia qiyamullail, lepas satu ikatan lagi. Sehingga orang tersebut menjadi semangat untuk beribadah dan bersih hatinya, sedang bila ikatan syaitan itu tidak lepas ia menjadi sempit jiwa.

Orang yang dapat bangun dari tidurnya kemudian beribadah malam itu hingga menanti waktu fajar maka ada dua keuntungan yang didapatnya yaitu;

a.      Semangat untuk beribadah
Semangat untuk beribadah hingga datang lagi waktu malam diawali dari pagi hari dengan wudhu, shalat malam dan shalat fajar hingga shalat subuh. Semangat itu berasal dari fisik dan mental seseorang, dapat digambarkan bahwa bila pagi saja dia  tidak bersemangat untuk bangun dengan aktivitas awalnya yaitu shalat apalagi untuk melakukan aktivitas lain pada siang hingga sorenya. Itulah makanya para pengusaha dan penguasa yang sukses itu sedikit sekali waktu tidurnya, pagi-pagi sudah bangun dan bersiap-siap untuk melaksanakan serenceng program yang harus diselesaikan.

b.      Bersih hati
Suasana pagi yang dirasakan, selain udara yang masih bersih, polusi masih dalam kadar yang rendah, cuaca cerah, kesejukan yang menyenangkan membuat hati kita riang menyambut pagi itu secerah hati yang mampu melepaskan diri dari lilitan selimut yang menenggelamkan tidurnya. Kemampuan melepaskan godaan syaitan yang berupaya menggagalkan bangun pagi membuat syaitan melabakan sehingga dia mendapat kemarahan dari atasannya, orang yang mampu melepaskan diri dari gangguan syaitan adalah orang-orang yang bersih hatinya.

Beruntunglah hamba yang mampu melepaskan ikatan syaitan yang sebenarnya sangat lemah sekali demi meraih pahala besar yang tidak diperoleh pada shalat sunnah yang lain.

3.Cuaca alam
            Cuaca pada suatu tempat juga mempengaruhi orang untuk tidur terlalu malam, terlalu panas, terlalu dingin, suasana bising atau ada gangguan alam lainnya sehingga tidur tidak dapat nyenyak. Biasanya peluang tidur nyenyak itu saat menjelang subuh sehingga menenggelamkan seseorang ke dalam tidur yang pulas, sulit untuk terjaga bahkan dibangunkanpun  tidaklah mudah. Bila dia mampu untuk menembus suasana dan cuaca yang tidak kondusif itu sehingga mampu meninggalkan segalanya untuk melaksanakan shalat fajar ke masjid maka luar biasa perjuangan yang dilakukannya, Rasul menyatakan bahwa besarnya pahala ibadah yang dilakukan tergantung dari kesukaran melakukannya.

4.Azham atau tekad
            Kondisi fisik, gangguan syaitan dan cuaca yang tidak kondusif, semuanya tidak berarti tanpa tekad atau keinginan untuk melakukan shalat fajar dan shalat subuh tepat pada waktunya pagi itu. Walaupun kondisi fisik tidak jadi masalah, gangguan syaitan bisa diatasi, cuaca bisa bersahabat tanpa azam, ada-ada saja yang membaut kita terlena dan lalai untuk bangun, bahkan walaupun telah bangun karena dering alarm sebuah jam, lansung dimatikan alarm itu, dalam fikiran terlintas, sebentar lagilah masih terlalu cepat untuk bangun subuh. Ketika diupayakan untuk tidur lagi maka dapat dipastikan akan kesiangan melaksanakan shalat subuh dan kehilangan pahala shalat fajar.
           
            Kalau tekad sudah matang yang diiringi doa dan keikhlasan untuk bangun sebelum fajar guna memenuhi panggilan Allah yaitu shalat fajar dan shalat subuh maka semua rintangan dengan izin Allah dapat diatasi karena kita semua dibawah kekuasaan Allah, tidak ada orang yang mampu membuka kelopak mata pagi hari itu tanpa izin dari Allah, izin Allah untuk membangunkan kita dari lelap yang panjang akan lebih bermanfaat bila digunakan untuk merauf pahala dan mencari ridha-Nya yaitu melaksanakan shalat sunnah fajar.

            Ada sebuah kejanggalan yang terjadi pada masyarakat dalam beribadah pada malam hari seperti tahajud di tengah malam mampu dilakukan dengan baik hingga diakhiri  witir ditambah lagi dengan qiraatil qur'an, munajad serta zikir dan do'a kepada Allah, malam ini waktunya betul-betul diisi aktivitas qiyam, namun dia tidak mampu menunggu shalat subuh, diupayakan juga untuk tidur walaupun maksudnya hanya sejenak, tapi apa yang terjadi, akhirnya tertidur kembali sampai subuhnya kesiangan. Shalat sunnah dikerjakan dengan baik tapi yang wajib terbengkalai, sungguh ironi dan menyedihkan.

            Begitu juga halnya, malam waktunya diisi dengan kegiatan hingga larut malam, positif memang, semisal kegiatan diskusi agama atau  pengajian walaupun membahas tenang hal-hal yang wajib, tapi karena terlalu malam, membuat bangun untuk shalat subuh tidak bisa lagi, betapa ruginya kita, mengerjakan yang wajib lalu mengorbankan yang wajib. Apalagi malam diisi dengan kegiatan yang laghwi hingga aktivitas maksiat, pasti sia-sialah malam seseorang hingga paginya tidak mendapatkan apa-apa selain kemurkaan dari Allah. Untuk itu berpandai-pandailah menggunakan waktu malam, siasati semuanya sehingga bisa bangun pagi hari dengan melaksanakan shalat sunnah fajar dan shalat wajib subuh di masjid kalau mau mendapatkan pahala seluas langit dan bumi dengan segala isinya, wallahu a'lam. [[Cubadak  Solok,11 Syawal 1431.H/ 20 September 2010]

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar