Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Nurul
Yakin
Jorong Cubadak
Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 18
Oktober 2013/ 13 Zulhijjah 1434.H
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ،
وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:
”Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
drikanlah shalat untuk mengingat-Ku”. [Thaha 20;14]
Ketika ajal hampir
datang, Rasul tidak mampu lagi memimpin shalat sehingga diserahkan kepada Abu
Bakar, ini sebagai simbul bahwa kelak Abu Bakar yang akan memimpin ummat ini.
Dengan berat hati Abu Bakar memimpin shalat berjamaah saat Rasulullah dalam
keadaan sakit. Suatu ajaran kepada kita, bila sebagai pimpinan, pimpinan apa
saja, bila sudah tidak mampu lagi melaksanakan tugas, lebih banyak uzurnya dari
pada hadirnya maka serahkanlah tugas itu kepada kader yang telah dipersiapkan.
Sebelum
wafat, nabi Muhammad berpesan,"Tiga hal yang dapat menyebabkan rusaknya
seseorang; memperturutkan hawa nafsu, kikir yang diperturutkan dan kagum pada
diri sendiri". Sehari sebelum wafat nabi berpesan,"As shalah, annisa
dan ummati". Agar ummat ini menjaga shalat, menjaga wanita dan ummat
islam". Begitu pentingnya shalat sehingga dipesankan oleh Rasulullah agar
ummat ini tidak meninggalkan shalat dengan alasan apapun kecuali mati.
Wafatnya
Nabi Muhammad membuat Umar bin Khattab tidak yakin, hal itu karena ujudnya
kepada Rasulullah. Sesampai dia di rumah Nabi, dia melihat orang banyak
berkumpul dan membicarakan kematian Rasul, dengan suara lantang sambil
menghunuskan pedang dia berkata,"Siapa yang mengatakan Muhammad telah
meninggal maka akan berhadapan denganku,
Muhammad tidak meninggal, dia hanya menghadap Allah sebagaimana Musa dahulu
pergi ke Tursina untuk bertemu Allah". Semua yang mendengar hanya diam
tidak mampu meredakan kemarahan dan kekecewaan Umar.
Datanglah
ketika itu Abu Bakar Ash Shidik untuk memberi kebenaran kepada Umar hingga dia
menyadari bahwa Nabi Muhammad memang telah wafat, Muhammad adalah makhluk Allah
yang juga merasakan maut atau kematian, jangankan kematian sedangkan kena panah dan tombak saja berlumuran darah muka beliau
dalam perang Uhud sehingga lepas gerahamnya.
Bagi
orang yang beriman, shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan minimal
lima waktu sehari semalam, yang kemudian bagi yang punya keinginan untuk
menambah pahala, meraih simpati dan kedekatan dengan Allah dapat pula melakukan
shalat sunnah, bila dikerjakan mendapatkan pahala dan bila tidak dikerjakan
tidak apa-apa, shalat sunnah sering dikerjakan oleh orang-orang yang sudah
faham tentang hikmah dan fadhilah dari shalat sunnah itu, seperti shalat sunnah
fajar ternyata luar biasa pahala yang didapat bila dilakukan oleh seorang
mukmin.
Shalat fajar yaitu shalat sunnah sebelum subuh-merupakan
shalat sunnah yang paling banyak pahalanya dibandingkan shalat sunnah lainnya.
Rasulullah mengistimewakannya dengan pahala yang begitu besar, "Dua
rakaat fajar [shalat sunnah sebelum subuh] lebih baik dari dunia dan
isinya" [HR. Muslim].
Dunia-seluruh dunia- segala isinya
mulai dari bentuk harta benda, harta simpanan, kedudukan, usaha, segala yang
menggiurkan dan menyenangkan, tidak akan sampai nilainya sebesar shalat sunnah
fajar dua rakaat. Ini baru keutamaan shalat sunnah
fajar, dari Aisyah dikatakan bahwa,"Tidak ada shalat sunnah yang lebih
diperhatikan Rasulullah selain shalat sunnah sebelum subuh"
[HR.Bukhari].
Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan
bahkan ketika melakukan perjalanan Rasulullah tidak mengerjakan shalat sunnah,
baik yang dikerjakan sebelum shalat fardhu maupun sesudahnya, kecuali shalat
sunnah subuh, beliau bersabda,"Janganlah meninggalkan shalat sunnah
subuh walaupun kalian dikejar pasukan musuh"[HR. Abu Daud dan Ahmad].
Besarnya pahala shalat sunnah fajar
diberikan balasan oleh Allah karena beberapa hal;
1.Kondisi
fisik.
Shalat fajar dilakukan ketika sebelum melakukan shalat
subuh, bagi yang biasa bangun pagi hari maka mudah saja untuk mendatangi masjid
setelah berjuang maksimal untuk bangun dari tidur, biasanya kondisi fisik
ketika itu sangat labil sehingga rasa kantuk, pening dan malas bersatu,
ditambah lagi oleh godaan syaitan yang berusaha untuk mengajak manusia untuk
tidur pulas sehingga bangunnya kesiangan. Apalagi tadi malam tidurnya agak
malam karena berbagai kegiatan yang dilakukan sehingga terlena tanpa
disadari larut malam mengantarkannya ke
peraduan.
Bila seseorang mampu untuk melawan kondisi fisiknya
sehingga berhasil melakukan shalat fajar dan shalat subuh pagi ini maka luar
biasa keuntungan yang dia peroleh, dia upayakan semaksimal mungkin demi meraih
pahala yang sebanyak isi dunia dari Allah.
2.Gangguan
syaitan.
Walaupun seorang mukmin terbiasa bangun dipertiga malam
untuk melaksanakan shalat tahajud yang kemudian dilanjutkan dengan shalat subuh
ke masjid, syaitan tidak membiarkan begitu saja, sekian hari, sekian minggu
bahkan sekian bulan yang lalu shalat fajar dan shalat subuh dilakukan dengan
berjamaah di masjid secara sukses, maka untuk pagi ini dia selalu berupaya
untuk menggagalkan kegiatan itu, bila berhasil maka luar biasa kebanggaannya
sehingga kegagalan sekian bulan bisa dia lupakan.
Digambarkan oleh
hadits bahwa ketika seseorang mau berangkat tidur, syaitan telah mengikat
dikuduknya tiga buhul, lalu dia berkata , "Wahai hamba Allah tidurlah
karena malammu sangat panjang'...bila orang tersebut bangun dan berzikir, lepas
satu ikatan, bila ia pergi berwudhu lepas pula satu ikatan, bila ia
qiyamullail, lepas satu ikatan lagi. Sehingga orang tersebut menjadi semangat
untuk beribadah dan bersih hatinya, sedang bila ikatan syaitan itu tidak lepas
ia menjadi sempit jiwa.
Orang yang dapat
bangun dari tidurnya kemudian beribadah malam itu hingga menanti waktu fajar
maka ada dua keuntungan yang didapatnya yaitu;
a. Semangat untuk beribadah
Semangat untuk beribadah hingga datang lagi waktu
malam diawali dari pagi hari dengan wudhu, shalat malam dan shalat fajar hingga
shalat subuh. Semangat itu berasal dari fisik dan mental seseorang, dapat
digambarkan bahwa bila pagi saja dia
tidak bersemangat untuk bangun dengan aktivitas awalnya yaitu shalat
apalagi untuk melakukan aktivitas lain pada siang hingga sorenya. Itulah makanya
para pengusaha dan penguasa yang sukses itu sedikit sekali waktu tidurnya,
pagi-pagi sudah bangun dan bersiap-siap untuk melaksanakan serenceng program
yang harus diselesaikan.
b. Bersih hati
Suasana pagi yang dirasakan, selain udara yang
masih bersih, polusi masih dalam kadar yang rendah, cuaca cerah, kesejukan yang
menyenangkan membuat hati kita riang menyambut pagi itu secerah hati yang mampu
melepaskan diri dari lilitan selimut yang menenggelamkan tidurnya. Kemampuan
melepaskan godaan syaitan yang berupaya menggagalkan bangun pagi membuat
syaitan melabakan sehingga dia mendapat kemarahan dari atasannya, orang yang
mampu melepaskan diri dari gangguan syaitan adalah orang-orang yang bersih
hatinya.
Beruntunglah
hamba yang mampu melepaskan ikatan syaitan yang sebenarnya sangat lemah sekali
demi meraih pahala besar yang tidak diperoleh pada shalat sunnah yang lain.
3.Cuaca alam
Cuaca
pada suatu tempat juga mempengaruhi orang untuk tidur terlalu malam, terlalu
panas, terlalu dingin, suasana bising atau ada gangguan alam lainnya sehingga
tidur tidak dapat nyenyak. Biasanya peluang tidur nyenyak itu saat menjelang
subuh sehingga menenggelamkan seseorang ke dalam tidur yang pulas, sulit untuk
terjaga bahkan dibangunkanpun tidaklah
mudah. Bila dia mampu untuk menembus suasana dan cuaca yang tidak kondusif itu
sehingga mampu meninggalkan segalanya untuk melaksanakan shalat fajar ke masjid
maka luar biasa perjuangan yang dilakukannya, Rasul menyatakan bahwa besarnya
pahala ibadah yang dilakukan tergantung dari kesukaran melakukannya.
4.Azham atau tekad
Kondisi
fisik, gangguan syaitan dan cuaca yang tidak kondusif, semuanya tidak berarti
tanpa tekad atau keinginan untuk melakukan shalat fajar dan shalat subuh tepat
pada waktunya pagi itu. Walaupun kondisi fisik tidak jadi masalah, gangguan
syaitan bisa diatasi, cuaca bisa bersahabat tanpa azam, ada-ada saja yang
membaut kita terlena dan lalai untuk bangun, bahkan walaupun telah bangun
karena dering alarm sebuah jam, lansung dimatikan alarm itu, dalam fikiran terlintas,
sebentar lagilah masih terlalu cepat untuk bangun subuh. Ketika diupayakan
untuk tidur lagi maka dapat dipastikan akan kesiangan melaksanakan shalat subuh
dan kehilangan pahala shalat fajar.
Kalau
tekad sudah matang yang diiringi doa dan keikhlasan untuk bangun sebelum fajar
guna memenuhi panggilan Allah yaitu shalat fajar dan shalat subuh maka semua
rintangan dengan izin Allah dapat diatasi karena kita semua dibawah kekuasaan
Allah, tidak ada orang yang mampu membuka kelopak mata pagi hari itu tanpa izin
dari Allah, izin Allah untuk membangunkan kita dari lelap yang panjang akan
lebih bermanfaat bila digunakan untuk merauf pahala dan mencari ridha-Nya yaitu
melaksanakan shalat sunnah fajar.
Ada
sebuah kejanggalan yang terjadi pada masyarakat dalam beribadah pada malam hari
seperti tahajud di tengah malam mampu dilakukan dengan baik hingga diakhiri witir ditambah lagi dengan qiraatil qur'an,
munajad serta zikir dan do'a kepada Allah, malam ini waktunya betul-betul diisi
aktivitas qiyam, namun dia tidak mampu menunggu shalat subuh, diupayakan juga
untuk tidur walaupun maksudnya hanya sejenak, tapi apa yang terjadi, akhirnya
tertidur kembali sampai subuhnya kesiangan. Shalat sunnah dikerjakan dengan
baik tapi yang wajib terbengkalai, sungguh ironi dan menyedihkan.
Begitu
juga halnya, malam waktunya diisi dengan kegiatan hingga larut malam, positif
memang, semisal kegiatan diskusi agama atau
pengajian walaupun membahas tenang hal-hal yang wajib, tapi karena
terlalu malam, membuat bangun untuk shalat subuh tidak bisa lagi, betapa
ruginya kita, mengerjakan yang wajib lalu mengorbankan yang wajib. Apalagi
malam diisi dengan kegiatan yang laghwi hingga aktivitas maksiat, pasti
sia-sialah malam seseorang hingga paginya tidak mendapatkan apa-apa selain
kemurkaan dari Allah. Untuk itu berpandai-pandailah menggunakan waktu malam,
siasati semuanya sehingga bisa bangun pagi hari dengan melaksanakan shalat
sunnah fajar dan shalat wajib subuh di masjid kalau mau mendapatkan pahala
seluas langit dan bumi dengan segala isinya, wallahu a'lam. [[Cubadak Solok,11 Syawal 1431.H/ 20 September 2010]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar