Rabu, 09 Oktober 2013

78. Akibat Berbuat Maksiat [3]


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Munawwarah
Jorong Sungai Lasi Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 08 Februari 2013/27 Rabiul Awal 1434.H


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

ُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
أَمّا بَعْدُ ...
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم


Rasulullah Saw Bersabda;“Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (HR Tarmidzi)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Puji syukur kita sanjungkan kepada Allah Swt yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kita sehingga dapat meninggalkan kesibukan duniawi pada hari ini, untuk hadir di masjid ini dalam rangka memenuhi panggilan Allah untuk melaksanakan salah satu kewajiban yang diamanatkan-Nya yaitu shalat jum’at, yang diwajibkan kepada setiap Muslim.

Shawalat dan salam kita sanjungkan kepada beliau Nabi Muhammad Saw, yang telah mencurahkan seluruh kehidupannya untuk mengajak manusia ke jalan yang benar, dengan banyak membaca shalawat Insya Allah kita akan mendapat syafaat dari beliau kelak di akherat dengan izin Allah Swt.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah setiap waktu sebagai bekal untuk mengisi restan hidup di dunia menuju akherat, sebaik-baik perbekalan menuju akherat adalah taqwa.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Rasulullah dalam beberapa haditsnya secara ekspisit menjelaskan sejumlah dosa yang termasuk dalam kategori dosa besar. Seperti syirik, sihir, memakan harta riba, durhaka kepada orangtua, saksi palsu dan sebagainya. Dosa seperti ini, bila sipelaku tidak sempat bertaubat, akan mendatangkan balasan yang berat dan pedih dari Allah SWT. Artinya, taubat dari dosa besar, masih mungkin dilakukan selama yang bersangkutan sungguh-sungguh meninggalkan perkara dosa tersebut.

Disamping dosa besar, ada pula dosa kecil. Umumnya sedikit orang yang memperhatikan dosa kecil ini sebagai suatu kemaksiatan. Padahal ampunan Allah terhadap hamba-Nya yang melakukan dosa, selama tidak dilakukan berulang, lebih besar kemungkinan terkabulnya dibandingkan ampunan terhadap dosa kecil yang dilakukan kembali secara berulang-ulang.

Dosa yang dilakukan dianggap kecil akan menjadi besar oleh Allah, sebaliknya bila dosa dianggap besar, maka ia akan menjadi kecil dalam penilaian Allah, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya sepertinya ia berada di bawah gunung besar yang ia takut menimpa dirinya. Sementara orang yang banyak dosa itu adalah orang yang melihat dosanya seperti lalat yang ada di hidungnya. Kemudian ia katakan begini [meremehkan].

Anas bin Malik Ra, diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan hadist,”Sesungguhnya kalian akan melakukan suatu amal yang dalam pandangan kalian amalan tersebut lebih kecil dari rambut, sementara kami menganggapnya dizaman Rasulullah sebagai dosa besar”.Bilal bin Rabah mengatakan,”Jangan memandang kecilnya suatu kemaksiatan, tetapi lihatlah pada kebesaran Zat yang engkau lakukan maksiat terhadap-Nya”.

Kita sering mendengar kata "Dosa" dalam perbincangan sehari-hari, namun pengertiannya adalah; ''Dosa adalah apa yang tergetar di hatimu dan engkau tidak senang kalau orang lain mengetahuinya' [HR.Muslim].
Dosa adalah akibat melanggar larangan Allah baik disengaja ataupun tidak, baik besar ataupun kecil. Larangan Allah yang dilakukan manusia dapat merusak pribadi, keluarga dan masyarakatnya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah meneliti tentang hal ini. Menurutnya, ada 22 akibat yang akan menimpa diri kita karena berbuat dosa dan maksiat,
Paling tidak ada 8 hal yang dapat kita bahas hari ini yaitu;

[15] Akibat kelima belas, maksiat menutup hati.
Seorang muslim yang sudah terbiasa dengan dosa dan maksiat maka hatinya akan tertutup oleh dosa yang dilakukannya itu, keberadaannya tidak beda dengan orang-orang kafir;

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.’’[Al Baqarah 2;6-7]
Allah berfirman,

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifiin:14).

Imam Hasan mengatakan hal itu sebagai dosa yang berlapis dosa. Ketika dosa dan maksiat telah menumpuk, maka hatinya pun telah tertutup.
[16] Akibat keenam belas, pelaku maksiat mendapat laknat Rasulullah saw.
Rasulullah saw. melaknat perbuatan maksiat seperti mengubah petunjuk jalan, padahal petunjuk jalan itu sangat penting (HR Bukhari), diantara dosa itu adalah;

1. Melakukan perbuatan homoseksual (HR Muslim);
2. Menyerupai laki-laki bagi wanita dan menyerupai wanita bagi laki-laki;
3. mengadakan praktik suap-manyuap (HR Tarmidzi),
4. korupsi, manipulasi dan nepotisme
5. makan harta anak yatim
6. meninggalkan shalat
7. dan sebagainya.

[17] Akibat ketujuh belas, maksiat menghalangi syafaat Rasulullah dan Malaikat.
Kecuali, bagi mereka yang bertobat dan kembali kepada jalan yang lurus. Allah swt. berfirman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman seraya mengucapkan: ‘Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyla-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih d iantara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan.” (Al-Mukmin: 7-9)

[18] Akibat kedelapan belas, maksiat melenyapkan rasa malu.
Pada tahun 1946 Jepang kembali ke Tokyo karena kalah perang melawan sekutu, dengan rasa malu mereka tinggalkan Indonesia setelah tiga setengah tahun dijajah, ketika meninggalkan negara jajahannya ini salah seorang pimpinannya berkata,"Sekarang kami kembali ke Tokyo, tetapi dalam waktu duapuluh tahun kami akan kembali ke Indonesia".

Tahun 1956 Jepang kembali menjajah Indonesia dalam bentuk lain yaitu melalui kebudayaannya seperti Karate, Sumo, Yudo dan lain-lain. Melalui produksi modernya seperti Kawasaki, Suzuki, Yamaha, Honda dan lain-lain. Hal itu berangkat dari sifat malunya terusir dari Indonesia sehingga orang Jepang datang kembali dengan melakukan penjajahan yang lebih menggurita.

Rasa malu adalah sifat positif yang dimiliki manusia selama ditempatkan pada hal-hal yang baik, orang yang tidak mudah bergaul karena sesuatu hal disebut dengan pemalu, menghindari perbuatan buruk berarti orang itu ada sifat malu, melakukan perbuatan buruk berarti tidak punya malu, sebagai muslim tidak mau melaksanakan shalat berarti memalukan, tidak tahu diri sama dengan malu-maluin.

Yang positif adalah malu berbuat negatif atau karena ada hal-hal yang tidak baik pada dirinya atau mungkin juga karena berhadapan dengan hal-hal prinsif ;

Ketika Nabi Muhammad Saw melakukan Isra' Mi'raj, beliau menerima wahyu untuk melaksanakan shalat lima puluh kali sehari semalam, disaat bertemu dengan para nabi tidak ada yang menanyakan kecuali nabi Musa saat berada di langit ke enam, terjadilah dialog;
Musa ; Apa yang diperintahkan Allah kepadamu Muhammad ?
Muhammad ; Saya diperintahkan shalat limapuluh kali sehari semalam.
Musa ;Ummat engkau tidak akan sanggup melakukan shalat sebanyak itu,demi Allah aku telah berpengalaman, kembalilah ke atas minta keringanan kepada Allah.

Nabi Muhammad kembali menghadap Allah meminta keringanan, tapi nabi Musa menyuruh kembali meminta keringanan padahal hanya tinggal lima kali saja lagi shalat sehari semalam, akhirnya nabi Muhammad menjawab; "Aku telah mohon keringanan kepada Allah sehingga aku merasa malu, tetapi aku rela menerimanya dengan baik".

Sewaktu Rasulullah bersama para sahabat sedang memperbaiki selubung Ka'bah yang robek, lalu angin yang kencang menyibakkan gamis beliau sehingga menampakkan betis beliau. Dengan peristiwa itu beliau lari dari keramaian dengan wajah merah padam karena malu. Beliau tidak mau betisnya terlihat oleh orang lain padahal batas aurat lelaki itu adalah antara pusar dan lutut, itulah rasa malu yang dmiliki oleh Rasulullah.

Seorang Arab Baduy datang menemui Rasulullah Saw dengan maksud akan masuk Islam, yaitu agama baru yang dia
ketahui dari masyarakat Quraisy yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Pemuda itu hidup bergelimang jahiliyah dengan berbagai aktivitas maksit yang ukurannya hal demikian wajar dilakukan, dia berkata, ”Ya Muhammad saya mau masuk Islam”.

Rasul menyodorkan persyaratan, ”Ucapkanlah kalimat syahadat”, dia protes, ”Mengucapkan dua kalimat syahadat bagi saya sangatlah mudah, saya ingin masuk Islam, tapi untuk saya boleh berjudi, berzina, mabuk-mabukan, mencuri dan kegiatan lainnya yang sudah jadi kebiasaan kami disini...”.

Mendengar itu para sahabat geram, ”Ya Rasulullah, izinkan aku memukul pemuda ini” kata Umar bin Khattab, tapi Rasul bisa meredam kemarahan para sahabatnya. Sambil mendekati pemuda itu, kembali beliau bertanya, ”Apa yang kamu maksud wahai anak muda?”. Sang pemuda menjawab, ”Ya itu tadi, aku mau masuk Islam tapi kebiasaan buruk saya tidak terhalang untuk dilakukan seperti erjudi, mencuri, berzina dan lainnya”.

Dengan ketulusan hati Rasulullah memeluk pemuda itu sambil bertanya, ”Apakah kamu punya ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan punyakah engkau seorang isteri?”. dia mengangguk berarti punya, Rasul bertanya, ”Wahai pemuda, Bagaimana kalau ibumu, anak perempuanmu, isterimu, dan saudara perempuanmu dizinahi oleh orang lain sebagaimana kamu berazina dengan orang lain”.

Dengan muka merah dan rasa malu mendalam, dia tersinggung dan tidak menyangka kalau ada pertanyaan demikian. Geram sekali dia, sambil mengepalkan tinjunya dia berteriak, ”Tidak ya Muhammad, aku mau masuk Islam tanpa syarat itu”, lalu dia ucapkan kalimat syahadat, ”Asyhadu anla Ilaha Illallah waashadu anna Muhammad Rasulullah”.
Abu Mas’ud Uqbah bin Amr al-Anshari al-Badri ra, berkata, Rasulullah Shallahu alaihi wa salam bersabda, “ Sesungguhnya sebagian yang masih diingat orang dari ajaran para Nabi terdahulu, “Jika tidak malu, berbuatlah sesukamu”. (HR. Bukhari)
Makna malu adalah mencegah dari melakukan segala sesuatu yang tercela, maka sesungguhnya memiliki malu, pada dasarnya, seruan untuk mencegah segala maksiat dan kejahatan. Rasa malu adalah ciri khas kebaikan, yang senantiasa diinginkan oleh manusia. Mereka melihat bahwa tidak memiliki rasa malu adalah aib. Rasa malu merupakan bagian dari kesempurnaan iman. “Malu adalah bagian dari keimanan”, dan dalam hadist lainnya “Rasa malu selalu mendatangkan kebaikan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan secara marfu’ (bersumber dari sabda Rasulullah), bahwa Ibnu Mas’ud, “Merasa malu kepada Allah adalah dengan menjaga kepala dan apa yang dipikirkannya, perut dan apa yang ada didalamnya, dan selalu mengingat mati dan cobaan. Barangsiapa yang menghendaki akhirat, maka akan meninggalkan perhiasan dunia. Dan siapapun yang melakukan hal itu tersebut ia telah memiliki rasa malu kepada Allah”.

Jika dalam diri manusia tidak ada lagi rasa malu, baik yang bersifat bawaan maupun yang diusahakan, maka tidak ada lagiyang menghalangi untuk melakukan perbuatan keji dan hina. Bahkan menjadi seperti orang yang tidak memiliki keimanan sama sekali, sehingga tidak berbeda degan golongan syetan.
Padahal, malu adalah pangkal kebajikan. Jika rasa malu telah hilang dari diri kita, hilangkah seluruh kebaikan dari diri kita. Rasulullah bersabda, “Malu itu merupakan kebaikan seluruhnya. Jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhari)

[19] Akibat kesembilan belas, maksiat yang kita lakukan adalah bentuk meremehkan Allah.
Jika kita melakukan maksiat, disadari atau tidak, rasa untuk mengagungkan Allah perlahan-lahan lenyap dari hati kita. Ketika kita bermaksiat, kita sadari atau tidak, kita telah menganggap remeh adzab Allah. Kita mengacuhkan bahwa Allah Maha Melihat segala perbuatan kita. Sungguh ini kedurhakaan yang luar biasa!

[20] Maksiat memalingkan perhatian Allah atas diri kita. Ini akibat yang kedua puluh.
Allah akan membiarkan orang yang terus-menerus berbuat maksiat berteman dengan setan. Allah berfirman,

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyir: 19)

[21] Maksiat melenyapkan nikmat dan mendatangkan azab. Ini akibat yang kedua puluh satu.

Allah berfirman,

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30).

Ali r.a. berkata, “Tidaklah turun bencana melainkan karena dosa. Dan tidaklah bencana lenyap melainkan karena tobat.” Karena itu, bukankah sekarang waktunya bagi kita untuk segera bertobat dan berhenti dari segala maksiat yang kita lakukan?

[22] Dan akibat yang terakhir, yang kedua puluh dua, maksiat memalingkan diri kita dari sikap istiqamah.

Kita hidup di dunia ini sebenarnya bagaikan seorang pedagang. Dan pedagang yang cerdik tentu akan menjual barangnya kepada pembeli yang sanggup membayar dengan harga tinggi. Saudaraku, siapakah yang sanggup membeli diri kita dengan harga tinggi selain Allah? Allah-lah yang mampu membeli diri kita dengan bayaran kehidupan surga yang abadi. Jika seseorang menjual dirinya dengan imbalan kehidupan dunia yang fana, sungguh ia telah tertipu!

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ

Literatur:
1. 22 Akibat Berbuat Maksiat , oleh Tim Kajian Dakwah Al Hikmah
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Mukhlis Denros
3. Berbagai sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar