Senin, 07 Oktober 2013

75. Akibat Berbuat Maksiat [2]


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Huda
Jalan Laing -Tembok
Kecamatan Tanjung Harapan
Kota Solok Sumatera Barat
Tanggal 04 Januari 2013/ 21 Shafar 1434.H


الحمد لله ربِّ العالمين والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا عُدْوانَ إلَّا عَلى الظَّالمِين
ُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
أَمّا بَعْدُ ...
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Rasulullah Saw Bersabda;“Seorang mukmin jika berbuat satu dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (HR Tarmidzi)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Puji syukur kita sanjungkan kepada Allah Swt yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kita sehingga dapat meninggalkan kesibukan duniawi pada hari ini, untuk hadir di masjid ini dalam rangka memenuhi panggilan Allah untuk melaksanakan salah satu kewajiban yang diamanatkan-Nya yaitu shalat jum’at, yang diwajibkan kepada setiap Muslim.

Shawalat dan salam kita sanjungkan kepada beliau Nabi Muhammad Saw, yang telah mencurahkan seluruh kehidupannya untuk mengajak manusia ke jalan yang benar, dengan banyak membaca shalawat Insya Allah kita akan mendapat syafaat dari beliau kelak di akherat dengan izin Allah Swt.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah setiap waktu sebagai bekal untuk mengisi restan hidup di dunia menuju akherat, sebaik-baik perbekalan menuju akherat adalah taqwa.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Rasulullah dalam beberapa haditsnya secara ekspisit menjelaskan sejumlah dosa yang termasuk dalam kategori dosa besar. Seperti syirik, sihir, memakan harta riba, durhaka kepada orangtua, saksi palsu dan sebagainya. Dosa seperti ini, bila sipelaku tidak sempat bertaubat, akan mendatangkan balasan yang berat dan pedih dari Allah SWT. Artinya, taubat dari dosa besar, masih mungkin dilakukan selama yang bersangkutan sungguh-sungguh meninggalkan perkara dosa tersebut.

Disamping dosa besar, ada pula dosa kecil. Umumnya sedikit orang yang memperhatikan dosa kecil ini sebagai suatu kemaksiatan. Padahal ampunan Allah terhadap hamba-Nya yang melakukan dosa, selama tidak dilakukan berulang, lebih besar kemungkinan terkabulnya dibandingkan ampunan terhadap dosa kecil yang dilakukan kembali secara berulang-ulang.

Dosa yang dilakukan dianggap kecil akan menjadi besar oleh Allah, sebaliknya bila dosa dianggap besar, maka ia akan menjadi kecil dalam penilaian Allah, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya sepertinya ia berada di bawah gunung besar yang ia takut menimpa dirinya. Sementara orang yang banyak dosa itu adalah orang yang melihat dosanya seperti lalat yang ada di hidungnya. Kemudian ia katakan begini [meremehkan].

Anas bin Malik Ra, diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan hadist,”Sesungguhnya kalian akan melakukan suatu amal yang dalam pandangan kalian amalan tersebut lebih kecil dari rambut, sementara kami menganggapnya dizaman Rasulullah sebagai dosa besar”.Bilal bin Rabah mengatakan,”Jangan memandang kecilnya suatu kemaksiatan, tetapi lihatlah pada kebesaran Zat yang engkau lakukan maksiat terhadap-Nya”.

Kita sering mendengar kata "Dosa" dalam perbincangan sehari-hari, namun pengertiannya adalah; ''Dosa adalah apa yang tergetar di hatimu dan engkau tidak senang kalau orang lain mengetahuinya' [HR.Muslim].
Dosa adalah akibat melanggar larangan Allah baik disengaja ataupun tidak, baik besar ataupun kecil. Larangan Allah yang dilakukan manusia dapat merusak pribadi, keluarga dan masyarakatnya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah meneliti tentang hal ini. Menurutnya, ada 22 akibat yang akan menimpa diri kita karena berbuat dosa dan maksiat, Paling tidak ada 7 hal yang dapat kita bahas hari ini yaitu;

[8]Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahanأنَ المَعاَ صِي تَقْصرُ العُمْرَ وبرَكَتَُهُ
Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya.Padahal, tidak ada kehidupan kecuali jika hidup itu dihabiskan untuk ketaatan, ibadah, cinta, dan dzikir kepada Allah serta mencari keridhaan-Nya.
Jika usia kita saat ini 40 tahun. Tiga per empatnya kita isi dengan maksiat. Dalam kacamata iman, usia kita tak lebih hanya 10 tahun saja. Yang 30 tahun adalah kesia-siaan dan tidak memberi berkah sedikitpun.Inilah maksud pendeknya umur pelaku maksiat.
Sementara, Imam Nawawi yang hanya diberi usia 30 tahun oleh Allah swt. Usianya begitu panjang.Sebab, hidupnya meski pendek namun berkah. Kitab Riyadhush Shalihin dan Hadits Arbain yang ditulisnya memberinya keberkahan dan usia yang panjang, sebab dibaca oleh manusia dari generasi ke generasi hingga saat ini dan mungkin generasi yang akan datang.

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” [Al A’raf 7;96].

[9] Akibat kesembilan, maksiat menumbuhkan maksiat lainان المَعاصِي تَزْرَع أَمْثالها) )
Seorang ulama salaf berkata, jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorongnya untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan, maka dia pun akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi pelakunya.

Satu ketika malaikat mengecam perbuatan manusia yang berbuat maksiat dan dosa dalam hidupnya, kemudian Allah mengutus malaikat itu ke bumi berperan sebagai manusia, baru saja dia jadi manusia dan berada di bumi, sudah ada godaan wanita yang datang kepadanya, wanita itu mengajak berzina, dia menolak, tapi ketika diberikan khamar, dia memandang dosa minum khamar lebih kecil disbanding berzina maka dia minum khamar, dalam keadaan mabuk dia melakukan zina dan akhirnya karena takut dengan dosa yang dilakukan, wanita itu dibunuhnya, sehari saja tiga dosa sekaligus dia lakukan, artinya satu dosa yang diabaikan akan melakukan dosa-dosa lain.

[10] Maksiat mematikan bisikan hati nurani (ضْعِفُ القَلْبَ)
Ini akibat berbuat maksiat yang kesepuluh.Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan. Dan sebaliknya, akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat pun dapat memutuskan keinginan hati untuk bertobat. Inilah yang menjadikan penyakit hati paling besar: kita tidak bisa mengendalikan hati kita sendiri. Hati kita menjadi liar mengikuti jejak maksiat ke maksiat yang lain.
Tanda manusia yang hatinya telah mati, antara lain, kurang berinteraksi dengan kebaikan, kurang kasih sayang kepada orang lain, mendahulukan dunia daripada akhirat, tak mengingkari kemungkaran, menuruti syahwat, lalai, dan senang berbuat maksiat.

Ada tiga hal yang bila kita tinggalkan akan menyebabkan kematian hati.

Pertama, bila shalat ditinggalkan, itu akan membuat jiwa kalut. Kita akan terjerumus ke dalam perbuatan keji, terseret ke lembah kemungkaran dan kesesatan (QS al-Ankabut [29]: 45 dan QS Maryam [19]: 59), dan bisa menyusahkan serta merugikan orang lain.

“bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[QS al-Ankabut [29]

Kedua, meninggalkan sedekah.Itu berarti kita egois, individualis, dan enggan berbuat baik.Kepedulian sosial seperti sedekah adalah bukti keimanan.Orang yang suka bersedekah hatinya lapang dan dijauhkan dari penyakit, khususnya kekikiran, sedangkan para dermawan selalu menebar kebajikan sehingga dekat dengan manusia, Allah, dan surga.

Ketiga, meninggalkan zikrullah adalah awal kematian hati. Hatinya akan membatu sehingga tak bisa menerima nasihat dan ajaran agama. Zikir akan menimbulkan ketenangan hati (QS Ar-Ra'd [13]: 28). Orang yang tenang hatinya akan berperilaku positif dan tak mau berbuat jahat.

[11] Jika sudah seperti itu, hati kita akan melihat maksiat begitu indah. Tidak ada keburukan sama sekali ((أَنْ يَنْسَلِخَ مِنَ القَلْبِ إسْتٌقْبَاحُها
Tidak ada lagi rasa malu ketika berbuat maksiat. Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, ia tidak lagi memandang perbuatan itu sebagai sesuatu yang buruk. Tidak ada lagi rasa malu melakukannya. Bahkan, dengan rasa bangga ia menceritakan kepada orang lain dengan detail semua maksiat yang dilakukannya. Dia telah menganggap ringan dosa yang dilakukannya.Padahal dosa itu demikian besar di mata Allah swt.
Inilah strategi syaitan dalam menjerumuskan manusia ke lembah dosa, memandang indah segala dosa dan maksiat yang dilakukan;

“iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, [Al Hijr 15;39-40]

[12] Para pelaku maksiat yang seperti itu akan menjadi para pewaris umat yang pernah diazab Allah swt.Ini akibat kedua belas yang menimpa pelaku maksiat. ميْراَثٌ عَن ْ أُمَةٍ منَ الأُمَمِ التِي أهْلَكَهاَ اللهُ

Homoseksual adalah maksiat warisan umat nabi Lutha.s. Perbuatan curang dengan mengurangi takaran adalah maksiat peninggalan kaum Syu’aib a.s. Kesombongan di muka bumi dan menciptakan berbagai kerusakan adalah milik Fir’aun dan kaumnya. Sedangkan takabur dan congkak merupakan maksiat warisan kaum Hud a.s.
Dengan demikian, kita bisa simpulkan bahwa pelaku maksiat zaman sekarang ini adalah pewaris kaum umat terdahulu yang menjadi musuh Allah swt. Dalam musnad Imam Ahmad dari Ibnu Umar disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongannya.” Na’udzubillahi min dzalik! Semoga kita bukan salah satu dari mereka.

[13] Akibat berbuat maksiat yang ketiga belas adalah maksiat menimbulkan kehinaan dan mewariskan kehinadinaan ((أن َ الْمَعْصِيةَ سَبَبٌ لِهَوانِ العَبْد وَسُقُوطُه مِن ْ عَيْنِهِ

Kehinaan itu tidak lain adalah akibat perbuatan maksiat kepada Allah sehingga Allah pun menghinakannya.
“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya.Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”(Al-Hajj:18).

Sedangkan kemaksiatan itu akan melahirkan kehinadinaan. Karena, kemuliaan itu hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah swt.
“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu….” (Al-Faathir:10).

Seorang Salaf pernah berdoa, “Ya Allah, anugerahilahaku kemuliaan melalui ketaatan kepada-Mu; dan janganlah Engkau hina-dinakan aku karena aku bermaksiat kepada-Mu.”

[14] Akibat keempat belas, maksiat merusak akal kita اِنَ اْلمَعَاصِي تُفْسِدُ الْعَقْلَ))
Tidak mungkin akal yang sehat lebih mendahulukan hal-hal yang hina. Ulama salaf berkata, seandainya seseorang itu masih berakal sehat, akal sehatnya itu akan mencegahnya dari kemaksiatan kepada Allah. Dia akan berada dalam genggaman Allah, sementara malaikat menyaksikan, dan nasihat Al-Qur’an pun mencegahnya, begitu pula dengan nasihat keimanan. Tidaklah seseorang melakukan maksiat, kecuali akalnya telah hilang!

Akal yang cerdas memiliki kriteria dengan acuan Al Qur’an serta Hadits Rasulullah yaitu;

Pertama, akal dikatakan cerdas bila digunakan untuk mentadabbur, merenungi kandungan Al Qur’an untuk kepentingan kualitas iman dan pengabdian kepada-Nya, Allah menjelaskan;

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”[An Nisa’ 4;82]

Kedua, akal yang cerdas tersebut adalah akal yang digunakan untuk tafakkur yaitu memikirkan alam ini sebagai kajian yang hasilnya membuat akal tersebut semakin kagum dengan kekuasaan Allah bukan malah merendahkannya.

Banyak orang yang punya akal yang digunakan untuk mempelajari alam raya ini akhirnya tunduk dan patuh kepada kebenaran sehingga merubah posisinya dari non muslim siap menyerahkan diri sebagai seorang muslim, dari muslim yang maksiat menjadi orang yang taat [3;190-191]

Ketiga, akal yang cerdas adalah akal yang senantiasa zikrul maut yaitu mengingat kematian, suatu hari kepastian untuk menghisab manusia dan mempertanggungjawabkan segala kerjanya di dunia ini. Ada beberapa hadits yang menjelaskan keutamaan mengingat perihal kematian itu, diantaranya adalah;
“Perbanyaklah mengingat-ngingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan [kematian]” [HR.Turmuzi].
“Perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang sedemikian itu akan menghapuskan dosa dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia”.
“Secerdik-cerdik manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baqa dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akherat”[HR.Ibnu Majah].

بَارَكَاللهُلِيْوَلَكُمْفِيالْقُرْآنِالْعَظِيْمِ،وَنَفَعَنِيْوَإِيَّاكُمْبِمَافِيْهِمِنَاْلآيَاتِوَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُقَوْلِيْهَذَاوَأَسْتَغْفِرُاللهَالْعَظِيْمَلِيْوَلَكُمْ

Literatur:
1. 22 Akibat Berbuat Maksiat , oleh Tim Kajian Dakwah Al Hikmah
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Mukhlis Denros
3. Berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar