Selasa, 10 Juli 2012

45. Doa hamba kepada Khaliqnya


Khutbah Jum'at Drs.St.Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 14 Oktober 2011

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a kepada-Ku…” [Al Baqarah 2;186]

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Marilah kita bersyukur kepada Allah Swt, yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dapat menghadiri panggilan Allah pada siang ini yaitu melaksanakan shalat jum’at yang merupakan sebagian kecil kewajiban yang harus kita lakukan, shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw bin Abdullah, penutup para rasul dan yang mengakhiri kenabian, semoga dengan banyak membaca shalawat maka Allah akan memberikan shafaat-Nya kelak kepada kita, amin.

Kemudian khatib mengajak kita semua untuk selalu meningkatkan kualitas iman taqwa kita kepada Allah yang diiringi amal shaleh pada seluruh sektor kehidupan, hanya iman dan amal shaleh inilah yang akan kita hadapkan kepada Allah kelak sebagai hamba-Nya.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
1. Do’a menurut bahasa adalah minta pertolongan, memanggil, memuji, memohon, sedangkan dari segi istilah yaitu permohonan hamba kepada Allah sebagai Khaliq [Pencipta]. Do’a selain berbentuk permohonan kepada Allah juga akan berujud ibadah sebagaimana Rasulullah bersabda, “Do’a adalah sumber ibadah”.

2. Selain do’a itu perintah dari Rasul dia juga perintah Allah, bukankah Allah telah menyebutkan bahwa orang yang tidak mau berdo’a termasuk orang yang sombong, orang yang sombong terhalang baginya untuk masuk syurga,

“Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan do’amu, orang yang menyombongkan diri hingga tak hendak beribadah kepada-Ku sungguh mereka itu akan masuk neraka dalam keadaan hina dina” [Al Mukmin; 60]

3. Manusia diperintahkan berdo’a karena adanya dua unsur yaitu, unsur manusiawi; manusia dalam berusaha memiliki kemampuan yang terbatas, tidak semua rencana manusia dapat berhasil dengan sukses, jadi harus sabar dan tabah menunggu hasil dengan mengharapkan bantuan Allah. Unsur Ilahi; Allah memiliki segala ketentuan walaupun manusia telah merancang dan merencanakannya, akan tetapi banyak menemukan kegagalan, keberhasilan manusia disamping dilakukan dengan kerja keras dan rencana yang matang juga berkat rahmat dan mau’izhah Allah.

4. Dalam kajian-kajian psikologis [ilmu jiwa] do’a dipandang sebagai obat bagi orang yang mengalami tekanan jiwa, stress, putus asa, keterbelakangan dan lain-lain. Oleh karena itu Dr. Zakiah Darajat sampai pada satu kesimpulan bahwa do’a yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat memberikan makna penyembuhan bagi stress dan gangguan kejiwaan. Do’a juga mengandung manfaat bagi pembinaan atau dengan kata lain do’a mempunyai kreatif, preventif dan konstruktif bagi kesehatan jiwa.

5. Dalam berdo’a Allah menggambarkan tabiat manusia, yaitu manusia
yang lupa dengan karunia Allah,
”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan” [Yunus; 12].

6. Orang yang demikian, do’anya hanya sebagai pelarian saja, bila berhasil dia lupa, seolah-olah keberhasilan itu tanpa bantuan Allah, Allah menegaskan,
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila dia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a “ [Fusshilat; 51].

7. Sedangkan sikap pribadi mukmin ialah; dia akan berdo’a dikala lapang apalagi dikala sempit, dia akan berdo’a dikala sedang dan susah dan bila berhasil usahanya maka semakin tunduk kepada-Nya, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang ingin supaya dikabulkan do’anya diwaktu mendapat kesusahan, maka hendaklah dia banyak berdo’a diwaktu lapang” [HR. Turmuzi].

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah

Ada beberapa hal keutamaan do’a yaitu:
1. Mendapat penghargaan Allah
Diriwayatkan oleh Turmuzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tidak satupun yang lebih dihargai oleh Allah daripada do’a”.

2. Menjauhi Murka Allah
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang tidak memohonkan kepada Allah, maka Allah akan murka kepada-Nya”

3. Menangkal Taqdir Buruk
Diterima dari Aisyah, bersabda Rasulullah Saw, “Tidak mempan sikap berhati-hati terhadap taqdr, sedangkan dia itu akan memberi manfaat, baik terhadap hal-hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Dan sungguh, bala atau malapetaka itu turun, lalu disambut oleh do’a, maka bergulatlah kedua mereka itu sampai hari kiamat” [HR. Bazzar, Turmuzi dan Hakim].

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Dalam berdo’a ada beberapa tata tertib yang harus dipatuhi bagi seorang muslim yaitu;

1. Mencari Yang Halal
Rasulullah bersabda kepada Saad bin Abi Waqqas, “Hai Saad, jagalah soal makananmu, tentu engkau akan menjadi orang yang makbul do’anya. Demi Allah yang nyawa Muhammad di tangan-Nya, jika seseorang memasukkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima do’anya selama 40 hari. Dan siapa juga hamba yang dagingnya tumbuh dari makanan haram atau riba, maka nerakalah lebih layak untuk melayaninya”.

2. Memperhatikan Saat Yang Tepat
Ada do’a yang dikabulkan Allah dikala berdo’a pada waktu-waktu dan tempat tertentu seperti pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum’at, sepertiga terakhir dari malam hari, waktu sahur, ketika turun hujan, antara adzan dan iqamat, ketika sedang sujud [diluar shalat], saat memulai pertempuran, ketika dalam ketakutan atau berhiba hati.

3. Merendahkan Diri
Allah berfirman,

“Bermohonlah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan tidak mengeraskan suara, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melewati batas” [Al A’raf;55]. Menurut Ibnu Jarir, tadarru’ maksudnya ialah merendahkan diri dan pasrah mentaati-Nya. Sedangkan khufyah ialah dengan hati yang khusyu’ dan keyakinan yang sangat mengenal ke Esaan dan ke Tuhanan-Nya dalam hubungan antara kita dengan-Nya, jadi bukan dengan suara keras dan riya’.

4. Hal lain yang merupakan syarat dan tata tertib dalam berdo’a ialah; menghadap kiblat jika dapat, mengangkat kedua tangan setentang kedua bahu, memulainya dengan memuji Allah dan shalawat Nabi, do’a yang tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahim, dengan keinginan yang pasti agar dikabulkan, memohon doa yang lebih baik, menghindari yang tidak baik terhadap diri dan keluarga, mengulangi do’a sampai tiga kali, memulai dari diri pribadi bila berdoa untuk orang lain, dan tidak menganggapnya lambat akan dikabulkan Allah, Rasulullah bersabda, ”Tentu do’a seseorang akan dikabulkan Allah selama orang tidak gegabah mengatakan, ”Saya telah berdo’a, tetapi do’a itu tidak juga dikabulkan Allah”.

“Dari Abi Sa’id Al Khudri, sesungguhnya Nabi Saw bersabda,”Tidak seorang muslimpun yang berdo’a dengan satu do’a yang didalam do’anya itu tidak terdapat unsur dosa, dan memutuskan kekerabatan, melainkan Allah akan memberinya dengan salah satu dari tiga kemungkinan ini;
1. mungkin akan dikabulkan do’anya itu di dunia ini,
2. mungkin akan dikabulkan di akherat nanti,
3. mungkin dia akan terhindar dari kejelekan yang serupa.
Para sahabat kemudian berkata,”Kalau begitu kami akan memperbanyak do’a”, maka jawab Nabi,”Allah lebih banyak pemberian-Nya”[HR.Ahmad]

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Imam Al Gazali menuntun kita tentang tata cara memanjatkan do’a dengan sepuluh macam adab yaitu;

1. Hendaknya menunggu-nunggu dan meneliti waktu-waktu yang mulia untuk memanjatkan do’a itu, seperti pada hari Arafah, bulan Ramadan, hari Jum’at dan di tengah malam.

2. Hendaklah jangan menyia-nyiakan waktu-waktu dalam keadaan-keadaan yang dianggap mulia seperti disaat berkecamuk peperangan; setelah shalat fardhu, antara azan dan iqamat.

3. Hendaklah seseorang yang berdo’a itu dengan menghadap kiblat sambil mengangkat tangan.

4. Hendaklah memperlahankan suaranya yaitu diantara berbisik dan keras.

5. Jangan memaksa-maksa diri untuk membuat sajak [cara berpantun] dalam berdo’a itu.

6. Hendaklah dalam berdo’a itu disertai rasa rendah diri, khusu’, penuh harapan dan keinginan serta takut.

7. Supaya mempunyai ketetapan hati dalam berdo’a itu dan yakin bahwa pasti akan dikabulkan permohonannya. Oleh sebab itu, hendaklah besar pengharapannya bahwa do’anya itu akan terkabul.

8. Hendaklah bersungguh-sungguh atau memohonlah dengan sangat agar dikabulkan do’anya itu. Untuk itu baiklah diulangi sampai tiga kali dan jangan ingin diperlambat terkabulnya itu.

9. Mulailah berdo’a itu dengan mengucapkan zikir kepada Allah lebih dahulu dan jangan tergesa-gesa mengutarakan apa yang menjadi pemohonannya.

10. Mengerjakan adab bathiniah dan inilah yang merupakan pokok untuk dikabulkan. Caranya ialah dengan bertaubat, menghentikan kezhaliman, benar-benar menghadapkan hati dan jiwa kepada Allah.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar