Jumat, 06 Juli 2012

34. Lidah dan ukhuwah Islamiyyah


Khutbah Jum'at Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 8 April 2011

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، دَعَا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ فَاسْتَجَابَ لِدَعْوَتِهِ الرَّاشِدُوْنَ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،

”Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik [benar]. Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia” [Al Isra’;53]

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Selayaknya kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada kita sehingga kalau kita hitung-hitung nikmat tersebut sungguh tidak terkira jumlahnya, bila nikmat itu kita syukuri maka akan ditambah-tambah oleh Allah dengan nikmat yang lain dan sebaliknya bila diingkari maka azab Allah akan diberikan, dari sekian nikmat-Nya adalah nikmat iman dan islam sehingga kita masih merasakan bagaimana indahnya hidup dalam dekapan hidayah-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat tersebut.

Shalawat dan salam kita sampaikan pula kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang telah menuntun ummatnya ke jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang dahulu yang diberi nikmat oleh Allah bukan jalan orang-orang yang dimurkai apalagi jalan orang yang sesat, dengan banyak membaca shalawat semoga kita mendapat syafaatnya kelak dengan izin Allah, kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah yang diaplikasikan melalui amal ibadah sehari-hari sebagai bekal menuju akherat.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Sebuah pepatah sering kita dengar, “Mulutmu harimaumu yang akan menerkam dirimu sendiri”. Maksudnya dengan lisannya sendiri seseorang akan binasa bila tidak berhati-hati dalam mengendalikannya.

Bila perkataan benar dan bermanfaat, tentu ia akan selamat didunia akherat, namun bila ucapannya itu menyesatkan atau tidak ada faedahnya, ia akan terseret pada kenistaan disebabkan ucapannya itu.

1. Abu Hurairah, seorang sahabat Rasululah Saw suatu hari menjumpai seorang laki-laki pecandu minuman keras tengah teler [mabuk]. Abu Hurairah menangkap pemuda itu, kemudian membawanya kepada Nabi agar dihukum. Sahabat-sahabat Rasulullah yang berkumpul di sekitar Nabi merasa geram dengan pria pemabuk itu. Diantara mereka ada yang mengatakan, ”Saya akan memukulnya dengan tangan saya sendiri”, ”Saya akan tempeleng dia dengan sandal”, ”saya akan hantam dia dengan baju”. Ketika lelaki itu berpaling ke arah sahabat, salah seorang diantara mereka berkata lagi, ”Semoga Allah menghinakanmu...”

Mendengar berbagai ucapan ini Rasulullah bersabda, ”Janganlah kalian mengatakan demikian, janganlah kalian meminta bantuan syaitan dalam menghadapinya”. Ucapan makian, kendati terhadap orang yang bersalah, memang tidak akan mendatangkan kebaikan, ”Ia hanya akan menimbulkan perselisihan yang lebih tajam atau dendam kesumat yang tidak berkesudahan, Allah berfirman;
”Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik [benar]. Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia” [Al Isra’;53]

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
2. Ketika Rasulullah sedang duduk-duduk dengan para sahabat memberikan beberapa tausiyah sebagai bekal dalam hidup. Lalu Rasulullah berkata dengan sabda, ”Sebentar lagi akan lewat seorang manusia yang telah ditentukan Allah sebagai ahli syurga kelak”. Semua sahabat sama-sama menantikan kedatangan orang yang dimaksud, Abu Zar Al Ghifari sangat penasaran setelah diberitahukan orang yang lewat di hadapan mereka.

Dengan keberanian Abu Zar Al Ghifari mendatangi rumah orang itu dan bermalam disana hingga tiga malam,tapi dia tidak melihat ibadah yang istimewa yang dilakukan orang itu. Karena menurut pengamatannya lelaki itu biasa-biasa saja, tapi kenapa dikatakan sebagai calon penghuni syurga oleh Rasulullah, sebelum pamit Abu Zar bertanya tentang kelebihan lelaki itu, dia mengatakan, ”Saya mampu menahan lidah, tidak sembarangan berucap yang mengakibatkan orang lain tersinggung,tidak mengobral janji dan tidak mudah menggunjingkan orang”.

3. Rasulullah memberi nasehat kepada sahabatnya Muadz bin Jabbal, bahwa kunci yang paling pokok dalam akhlak adalah memelihara lidah, ”Maukah kuberitahukan tentang tiang penyangga semua itu ?” kata Rasulullah kepada Muadz ,”Tentu wahai Rasulullah” jawab Muadz, maka beliau berkata, ”Peliharalah ini olehmu”, sambil menunjukkan lidahnya. Muadz bertanya ”Wahai Rasulullah, apakah kami akan disiksa dengan sebab perkataan kami?” Rasul menjawab,”Ibumu kehilangan kamu wahai Muadz, adalah orang yang tersungkur dalam neraka di atas wajah-wajah mereka tidak lain karena akibat lisan mereka” [HR. Turmuzi].

4. Karena peringatan ini, para shalafus shaleh sangat berhati-hati ketika berbicara. Umar bin Khattab menjelaskan makna nasehat Rasulullah kepada Muadz ini dengan ungkapan yang tepat, ”Barangsiapa yang banyak bicara, banyaklah terpelesetnya, dan barangsiapa banyak terpelesetnya, banyaklah dosanya,dan barangsiapa yang banyak dosanya nerakalah yang paling patut baginya”.

5. Ibrahim bin Abdullah bin Hatib berkata,”Jangan kalian memperbanyak ucapan selain zikrullah. Karena banyak omong itu menjadikan kesatnya hati. Dan bahwa manusia yang paling jauh dari Allah adalah manusia yang berhati kesat dan kasar”.

”Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan suatu perkataan yang diridhai Allah, sementara ia tak menyangka sedikitpun bahwa perkataannya itu akan membawa akibat yang sedemikian jauh, yakni Allah menetapkan baginya dengan perkataannya itu keridhaan-Nya sampai hari kiamat. Dan ada pula seseorang yang berbicara dengan suatu perkataan yang dimurkai Allah, sementara ia tak menyangka sedikitpun bahwa perkataannya itu akan membawa akibat sedemikian jauh, yakni Allah menetapkan baginya dengan perkataan itu kemurkaan-Nya sampai hari kiamat” [HR. Turmuzi].

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
6. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang dapat menjamin kepadaku pemeliharaan yang ada diantara dua buah janggutnya [mulut] dan pemeliharaan apa yang diantara dua kakinya [kemaluan] maka aku jamin ia kepada Allah dengan syurga” [HR. Bukhari]. Dalam sebuah komentarnya Umar bin Khatab berujar, ”Barangsiapa yang banyak bergurau, maka ia akan diremehkan karena gurauannya. Barang siapa banyak melakukan sesuatu, maka ia akan dikawal orang dengan sesuatu itu. Barangsiapa banyak berbicara maka ia akan banyak pula salahnya. Barangsiapa sedikit rasa malunya maka akan sedikit wara’nya [sikap hati-hati dari dosa]. Dan barangsiapa yang sedikit wara’nya, maka akan matilah hatinya”.

Wanita memiliki dua ciri khas, intuisi yang halus dan tajam serta subyektifitas yang lebih besar dibandingkan lelaki. Ciri khas yang halus bukan saja dalam lemah gemulainya perilaku. Tak hanya cara berjalan dengan bentuk tubuh, tapi jenis suara dan gaya bicarapun mencerminkan erotis, syahdu dan merdu. Karena itu, Islam mengharamkan ”desahan nafas” perempuan dengan menyatakan adanya keharusan hijab [tirai]

Lebih jauh untuk merajut ukhuwah islamiyah maka lisan memang harus dikekang jangan sampai merobek-robek ukhuwah dengan mengolok-olok, mencela, memberi gelar yang tidak baik sebagaimana peringatan Allah dalam surat Al Hujurat 49;11,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”

Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kemudian maka berkatalah yang baik, bila tidak mampu lebih baik diam”.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Lidah adalah senjata manusia untuk berbicara menyampaikan maksud dalam bentuk bahasa, dengan kemahiran lisah seseorang dapat terangkat derajatnya di masyarakat, karena mampu menyalurkan maksud serta jeritan hati umat, dengan lidah da’wah dapat dilakukan sampai kepada propaganda dan obral barang di pasar. Efek positif memang banyak, tetapi banyak pula segi negatifnya, karena lidah ada orang terlempar jauh dari masyarakat sampai terbenam ke penjara.

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,”Orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta, tidak ada faedahnya ia menahan diri dari makan dan minum”.

Puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan yang tidak baik, tidak ada manfaat puasanya. Hadits lainpun menyebutkan, ”Puasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menahan diri dari kata-kata yang sia-sia dan kata-kata yang tidak sopan”.

Demikian pula halnya ibadah Haji, sewaktu mengerjakan ibadah haji orang tidak boleh mengeluarkan ucapan tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidak baik dan tidak boleh bertengkar,

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Dalam ibadah lainpun seperti shalat, yang salah satu asfek harus dicapai ialah melepaskan diri dari perbuatan keji dan mungkar, siapa yang tidak melepaskan diri dari perbuatan keji dan mungkar yang termasuk di dalamnya melepaskan perkataan yang tidak berfaedah, bahkan memfungsikan lidah untuk menggunjing maka amalan shalat, puasa dan hajinya tidak dipandang suatu amalan yang baik, Rasulullah bersabda, ”Shalat yang tidak menjauhkan pelakunya dari kelakuan tidak senonoh dan perbuatan jahil bukanlah shalat”.

Allah melarang hamba-Nya memberikanh sedekah yang diiringi dengan caci maki dan mengungkit-ungkit segala pemberian tersebut. Lebih jauh dalam surat Ibrahim ayat 24-26 Allah memberikan suatu perumpamaan tentang kata-kata yang baik dan keji,
”Tidakkah engkau lihat Allah mengumpamakan kata baik dengan pohon yang subur yang akarnya kokoh, cabangnya meninggi ke langit dan senantiasa menghasilkan buah dengan izin Allah. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan kepda manusia semoga mereka ingat. Dan kata keji serupa dengan pohon busuk yang tercabut diatas bumi dan tidak mempunyai dasar”.

Rasulullah memberikan teladan, beliau tidak pernah memberikan panggilan yang jelek kepada para sahabatnya, selalu dengan panggilan yang menyenangkan dan menyejukkan hati seperti As Siddik kepada Abu Bakar, Al Faruq kepada Umar bin Khattab, Saifullah kepada Hamzah dan Khumairah kepada isterinya Siti Aisyah serta lainnya yang mengangkat derajat manusia dimata manusia lainnya meskipun melalui panggilan.

Bukan sebaliknya yang sering kita dengar di masyarakat dengan panggilan si Buncit, si Pincang, si Picek hal ini ditujukan kepada manusia yang dalam kekurangan. Betapa sakitnya orang yang dalam kekurangan dipanggil pula dengan panggilan yang tidak menyenangkan.

Dan sebaliknya diapun dapat melepaskan manusia ke lembah hina sampai jurang yang sangat dalam yaitu neraka, benar kata petuah orangtua dahulu, ”Mulutmu harimaumu yang akan menerkam dirimu sendiri”. Semua ibadah yang dilakukan tanpa dapat mengendalikan lidah, akan hilang sirna segala ibadahnya seperti debu diatas batu licin lalu diguyur hujan lebat, maka hilanglah semuanya tanpa meninggalkan bekas [Mdr, 2009].

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar