Selasa, 10 Juli 2012

39. Kriteria Akal Yang Sehat


Khutbah Jum'at Drs. St. Mukhlis Denros
Masjid Nurul Huda
Jorong Balai Pandan Nagari Cupak
Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 8 Juli 2011

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.”[Ali Imran 3;190-191]

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kembali kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sebagai bekal hidup kita mengarungi dunia ini agar selamat di dunia dan di akherat, semoga kita mampu mengujudkan syukur itu dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, sebagai nabi dan rasul penutup risalah ini.

Kemudian marilah kita selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah dengan melaksanakan ibadah rutin dari shalat satu ke shalat berikutnya, dari jum’at satu ke jum’at berikutnya dari ramadhan tahun lalu menuju ramadhan berikutnya, yang semua itu sebagai bekal hidup dan sebaik-baik bekal hidup di dunia ini adalah taqwa.

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Ada dua kata yang hampir sama tapi berbeda hakekatnya yaitu kata “pintar” dan “cerdas”, begitu pula lain substansialnya antara “fikiran” dan “akal”.
Yang dimaksud dengan pintar adalah kemampuan rasio seseorang untuk menganalisa permasalahan melalui pembelajaran sedangkan cerdas adalah kemampuan rasio tanpa melalui pembelajaran tapi anugerah dari Allah yang disebut dengan fithrah atau bawaan dari lahir.
Fikiran adalah rasio sedangkan akal adalah jalinan antara rasio dan rasa, setiap orang yang berakal pasti dia berfikir dan berasa, tapi orang yang berfikir belum tentu punya rasa.

Itulah makanya terlalu banyak kata-kata yang muncul dalam Al Qur’an menyebutkan “akal” dari pada fikir serta membingkai kecerdasan akal itu dengan nilai-nilai Ilahiyyah agar tidak disalahgunakan bagi kepentingan hawa nafsu dan bisikan syaitan.

Akal yang cerdas memiliki kriteria dengan acuan Al Qur’an serta Hadits Rasulullah yaitu;

Pertama, akal dikatakan cerdas bila digunakan untuk mentadabbur, merenungi kandungan Al Qur’an untuk kepentingan kualitas iman dan pengabdian kepada-Nya, Allah menjelaskan;
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”[An Nisa’ 4;82]

Kecerdasan akal harus tunduk kepada kebenaran yang didatangkan Allah berupa wahyu-Nya. Akal yang tunduk menjauhkan dirinya dari sombong atas kemampuan yang dimiliki, padahal akal tersebut harus dimanfaatkan sesuai kepentingan Allah yang menjadikannya.

Tidak sedikit hasil akal yang cerdas yang tanpa dibingkai oleh nilai-nilai Ilahi dapat menghancurkan manusia serta merusak tatanan alam ini. Akal yang tidak memperhatikan wahyu Allah walaupun menghasilkan karya-karya gemilang berarti hati orang yang punya akal tersebut telah terkunci sehingga tidak mau menerima kebenaran apalagi untuk memperjuangkannya, Allah berfirman dalam surat Muhammad 47;24
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kedua, akal yang cerdas tersebut adalah akal yang digunakan untuk tafakkur yaitu memikirkan alam ini sebagai kajian yang hasilnya membuat akal tersebut semakin kagum dengan kekuasaan Allah bukan malah merendahkannya. Banyak orang yang punya akal yang digunakan untuk mempelajari alam raya ini akhirnya tunduk dan patuh kepada kebenaran sehingga merubah posisinya dari non muslim siap menyerahkan diri sebagai seorang muslim, dari muslim yang maksiat menjadi orang yang taat [Ali Imran 3;190-191]
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Ketiga, akal yang cerdas adalah akal yang senantiasa zikrul maut yaitu mengingat kematian, suatu hari kepastian untuk menghisab manusia dan mempertanggungjawabkan segala kerjanya di dunia ini.

Ada beberapa hadits yang menjelaskan keutamaan mengingat perihal kematian itu, diantaranya adalah;
“Perbanyaklah mengingat-ngingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan [kematian]” [HR.Turmuzi].
“Perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang sedemikian itu akan menghapuskan dosa dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia”.
“Secerdik-cerdik manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baqa dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akherat”[HR.Ibnu Majah].

Bila orang hanya memikirkan dunia dan kehidupannya saja tanpa memikirkan apa setelah kehidupan ini tidak layak dikatakan berakal sebab dunia ini hanya sementara, ibarat perjalanan dia hanya sebagai tempat singgah bagi seorang musafir. Bagaimanapun juga untuk lari dari kematian itu maka pasti akan ditemui juga sebagaimana firman Allah dalam surat Al Jumu’ah 62 ;8
“’Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan".

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Keempat , orang yang memiliki akal yang cerdas adalah orang yang disamping zikrul maut juga memikirkan akibat dari maut tersebut, Rasulullah bersabda,”Orang-orang yang cerdas itu adalah yang beramal untuk setelah mati”.

Bahkan jiwa raganya akan bangkit untuk melakukan amal-amal shaleh guna mempersiapkan bekal untuk hari yang dijanjikan [kiamat]. Ia akan diberi karunia oleh Allah bersama para nabi, para siddiqin, para syuhada’ dan para shalihin, dan mereka itulah sebaik-baik teman;
“Saya mendengar Rasulullah bersabda,”Di hari kiamat nanti matahari akan mendekati manusia, sehingga jaraknya hanya satu mil. Manusia akan berada dalam keringatnya masing-masing sesuai dengan amal perbuatannya. Ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai setengah badan dan ada yang tenggelam sampai mulutnya…”

Demikianlah situasi hidup sesudah mati dan kampung akherat bagi orang yang tidak takut kepada Allah, tempat mereka tidaklah menyenangkan, kecuali orang-orang yang menggunakan waktunya di dunia dengan baik untuk beribadah, beramal shaleh dan meningkatkan kualitas iman sebagai bekal dia di akherat maka bagi mereka adalah syurga.

Akal yang cerdas adalah akal yang terbimbing oleh wahyu dan terbingkai dengan nilai-nilai Ilahiyyah yaitu dienul islam, fikiran dan perasaannya jauh dari kontaminasi dan dominasi fikiran sekuer dan orientalis yang dikenal dengan “Salamatul Fikrah” adalah fikiran dan perasaan yang selamat.

Seorang Profesor di Thailan meneliti Al Qur’an, dia menemukan ayat yang mengabarkan bahwa setiap manusia yang masuk neraka akan dibakar sampai hangus lalu diganti dengan kulit baru dan demikian selanjutnya, dia berfikir, kenapa kulit dan tidak daging yang dibakar sampai hangus. Dalam penelitiannya dia menemukan bahwa manusia merasakan sakit bila dicubit atau dibakar lantaran adanya syaraf kulit bagian luar, ini yang merasakan sakit, bila saraf kulit bagian luar ini diangkat,walaupun manusia tadi dihantam dan dicincang maka tidak akan merasakan sakit. Sehubungan dengan ayat Allah dan pengetahuannya akhirnya dia menyatakan diri masuk islam.

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kita sebagai muslim sering disebut dengan cendikiawan muslim atau ulul albab yaitu orang yang mampu mempotensikan fikiran dan perasaannya untuk pengembangan dirinya sehingga perangkat fikir tersebut jadi akal yang cerdas, demikian pula halnya ada organisasi yang menampung orang-orang yang cerdas akalnya. Bila tidak sesuai dengan kriteria diatas, layaklah dikatakan memiliki akal yang cerdas, cendikiawan atau ulul albab ?, wallahu a’lam.[Mdr, 2009]

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ




Tidak ada komentar:

Posting Komentar