Jumat, 02 November 2012

63. Ramadhan bulan Tazkiatunnafs


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 10 Agustus 2012/21 Ramadhan 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلىَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة: 183)

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Pertama sekali kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dalam menjalankan kehidupan ini selalu dalam bimbingan-Nya, Amin. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini kehidupan yang penuh arti melalui iman dan pengabdian hanya kepada Allah semata.

Kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi yaitu kampung akherat. Taqwa yang sungguh-sungguh itulah kelak akan mendapat tempat yang dijanjikan Allah yaitu syurga jannatunnaim sesuai dengan janji-Nya.

Secara bahasa, istilah tazkiyah an-nafs merupakan gabungan dari dua kata, yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakkâ-yuzzaki-tazkiyah, yang maknanya sama dengan tathhîr (dari kata thahhara-yuthahhiru-tathhîr[ah]), yang berarti penyucian, pembersihan, atau pemurnian. Dalam sebagian kamus bahasa Arab, kata nafs sering diterjemahkan dengan diri, jasad, jiwa, nafsu, ruh, atau kalbu

Di dalam Alquran, ada beberapa pengertian dari tazkiyah an-nafs. Di antaranya adalah:

Pertama, menyucikan diri dari kemusyrikan dan kekufuran:

“Dialah Yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka… (TQS al-Jumuah [62]: 2).
Menurut Imam ath-Thabari, maksud frase yuzakkîhim (menyucikan mereka) dalam ayat di atas adalah menyucikan mereka dari kekufuran (QS ath-Thabari, 28/93).
Frase yuzakkîhim, menurut Imam al-Qurthubi, juga bisa bermakna menjadikan kalbu-kalbu mereka suci dengan keimanan.

Kedua, menyucikan diri dari keburukan-keburukan amal perbuatan dengan melakukan amal-amal shalih. Pengertian ini antara lain dikemukakan oleh Abi as-Sa'ud ketika menafsirkan ayat di atas.

Ketiga, menjalankan ketaatan kepada Allah:

“ Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu… (TQS asy-Syam [91]: 9).

Menurut Imam al-Qurthubi dan Imam Ibn Katsir, frase man zakkâha maksudnya adalah siapa yang disucikan jiwa oleh Allah dengan ketaatan kepada-Nya.

Keempat, tidak memiliki dosa atau bertobat dari dosa-dosa:

Musa berkata, "Mengapa kamu membunuh jiwa yang suci?" (TQS al-Kahfi [18]: 74).

Mengutip Abu Amr, Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa kata zakiyyah dalam ayat di atas adalah orang yang tidak berdosa sedikit pun, tetapi bisa juga orang yang berdosa kemudian ia bertobat dari dosanya.

Kelima, totalitas keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT: Itu adalah balasan bagi orang yang menyucikan diri. (TQS Thaha [20] 76).

“(yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu adalah Balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).

Ibn Katsir menyatakan, man tazakkâ pada ayat di atas maknanya adalah yang menyucikan dirinya dari dosa, keburukan dan syirik; hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dan senantiasa mengikuti segala perbuatan baik sebagaimana yang dicontohkan oleh para rasul.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Bulan Ramadhan adalah sarana yang tepat untuk Tazkiatunnafs yaitu pembersihan jiwa bagi mukmin yang mau menemui Allah tanpa bergelimang dosa, noda dan maksiat, firman Allah dalam surat Asy Syam 91;9-10 menerangkan;”Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
Manusia secara fithrah adalah suci tapi karena pengaruh lingkungan dan pendidikan terseret kepada kemaksiatan dandosa, tidak ada manusia yang suci seratus persen dalam hidupnya karena memang dia adalah tempat alfa, lalai dan lupa, namun demikian manusia tadi tidak mau berlama-lama dalam jalan yang rusak, tidak betah hidupnya bila jiwanya dalam keadaan kotor, dia berupaya untuk membersihkan dirinya dari segala dosa dan kesalahan melalui beberapa wasilah yang diteladankan oleh Rasulullah melalui pengajaran Ilahi.

Tazkiatunnafs dapat dilakukan dengan jalan menemui Allah dengan pintu ibadah yang ikhlas, seluruh amalnya termotivasi karena Allah semata, surat An Nur 24;21 tercantum firman Allah;”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Niat itu berasal dari hati nurani, pembersihan hati dari motivasi selain ikhlas akan merusak seluruh amal walaupun jumlahnya banyak, Allah tidaklah melihat kuantitas amal seseorang tapi kualitasnya, idealnya memang amal yang banyak tapi dilakukan dengan ikhlas daripada sedikit akan tetapi riya pula, dalam surat Al Baiyyinah 98;5 ditegaskan Allah;”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Jalan kedua untuk pembersihan jiwa adalah memperbanyak ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Surat Al Mulk 67;2 menjelaskan;”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”,

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Ujian bukanlah ”aksaru amala” [banyaknya amal] tapi ”ahsanu amala” [baikny amal], banyak orang yang mampu beramal dengan jumlah besar tapi sedikit sekali yang dapat beramal dengan sebaik-baiknya, mungkin saja amal tidak sesuai dengan tuntunan syariat, dihiasi dengan bid’ah, kurafat dan tahyul, ” Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Maka apabila engkau menyembelih maka perbaguslah cara penyembelihannya, dan hendaklah salah seorang diantara kamu mempertajam pisau dan memperlancar penyembelihannya”[HR.Muslim].

Tazkiatunnafs dapat terujud bila seorang mukmin siap menerima Al Qur’an selain sebagai Al Kitab juga sebagai undang-undang yang wajib ditegakkan. Jiwa akan bersih bila kita sebagai hamba Allah selalu memprogram diri untuk membaca, menghafal, mentadabburi, memahami, tetap berdiri pada makna-maknanya dan mengambil i’tibar dari kisah-kisahnhya. Orang yang melecehkan Al Qur’an dengan cara tidak mau membaca, enggan mengkaji dan ogah mengamalkannya maka jiwanya gersang, ”Berkatalah Rasul ,”Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan” [Al Furqan 25;30].

Ibnu Taimiyah menyatakan,”Barangsiapa yang tidak membaca Al Qur’an berarti dia telah mencampakkannya, siapa yang membaca tapi tidak mengkaji isinya berarti dia mencampakkannya, dan siapa yang membaca, mengkaji serta tidak mengamalkannya berarti mencampakkannya”.

Kebersihan jiwa seorang mukmin dapat terujud bila dia mau mempelajari sirah nabi dan mengikuti petunjuknya dalam seluruh asfek kehidupan sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab 33;21”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Melalui teladan Rasul dapat kita lihat kehidupan beliau yang jauh dari hura-hura, senantiasa terbimbing oleh kebenaran, berusaha meninggalkan maksiat dan dosa bahkan beliau adalah orang yang terjaga dari dosa atau maksum. Figur mana lagi yang dapat kita jadikan sebagai teladan; bintang film, pemain bola dan tokoh-tokoh fasiq serta kafir lainnya, sungguh tidak layak bila mereka kita jadikan sebagai figur kita yang sebagian mereka adalah penyebar AIDS, terlibat narkoba dengan sekian dosanya.

Tazkiatunnafs atau pembersihan jiwa dapat dilakukan pula dengan zikir kepada Allah dalam setiap waktu baik dengan lisan, hat ataupun amal-amal lainnya, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;190-191”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk melakukan itu semua, situasinya sangat kondusif untuk terciptanya jiwa yang bersih dari dosa, maksiat dan kesalahan,”Barangsiapa yang berpuasa dengan iman dan perhitungan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”[Hadits].

Dari shalat satu ke shalat lainnya, dari zikir satu ke zikir lainnya, dari jum’at satu ke jumat lainnya dan dari Ramadhan satu ke Ramadhan lainnya ada peluang untuk membersihkan jiwa, mensucikan hati sehingga nilai-nilai fithrah dapat terujud pada pribadi mukmin, untuk itulah jangan sia-siakan sisa bulan Ramadhan ini.



أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم



Tidak ada komentar:

Posting Komentar