Jumat, 02 November 2012

53. Bertawakkal Kepada Allah


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Jihad
Jorong Batang Pamo Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 24 Februari 2012/2 Rabiul Akhir 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah. gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia’’[Al Anfal 8;2-4]

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Marilah kita menyanjungkan puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya, sejak dari bangun tidur tadi pagi hingga tidur lagi nanti malam, apalagi nikmat sejak kita lahir hingga wafat kelak, selayaknyalah kita sebagai 'abdan syakura, yaitu hamba yang bersyukur. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat manusia agar selamat hidupnya di dunia hingga akherat, semua itu beliau lakukan dengan mengorbankan seluruh potensi hidupnya tanpa kenal lelah, hingga layak bila Allah menjadikan beliau sebagai Nabi Pilihan untuk ummat ini.

Khatib mengajak kita semuanya, marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya taqwa, iman yang dibuktikan dengan amal shaleh sehari-hari yaitu iman yang bukan hanya dengan pernyataan tapi juga kenyataan

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah,
Manusia sebagai makhluk yang serba terbatas, hanya mampu berusaha dan berdo’a sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah Swt. Inilah yang dimaksud dengan tawakal artinya menyerahkan segala ikhtiar kepada ketentuan-Nya. Satu ketika datanglah seorang sahabat kepada Rasulullah, lalu beliau menanyakan prihal kedatangan sahabat tersebut. Dia datang dengan mengendarai ontanya dan onta itu dilepaskan demikian saja diluar tanpa diikat, katanya,”Saya tawakal kepada Allah”,mendengar jawaban demikian lalu Rasulullah menyatakan bahwa sikap demikian itu bukanlah tawakal,”ikat dahulu ontamu, lalu tawakallah”. Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;159

”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”

Dari Umar bin Khatthab, ”Saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,”Andaikata kamu benar-benar bertawakal kepada Allah,niscaya Allah akan memberi rezeki kepadamu, sebagaimana dia memberi rezeki kepada burung yang keluar diwaktu pagi dengan perut kosong dan kembali diwaktu sore dengan perut kenyang’[HR.Turmuzi].

Orang yang mau berusaha mencari rezeki disertai tawakal kepada Allah, maka Allah akan memberikan rezeki kepadanya, sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung-burung yang keluar pagi dengan perut lapar dan sore hari pulang dengan kenyang, intinya mau bekerja dengan niat mencari rezeki untuk kepentingan pribadi dan keluarga dalam bingkai ridha Allah.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah,
Dari Anas berkata,”Ada dua orang bersaudara pada masa nabi Saw, yang satunya selalu mendatangi majelis nabi Saw, sedang yang lainnya bekerja terus. Kemudian yang bekerja itu mengadukan saudaranya yang tidak bekerja kepada nabi Saw, maka beliau bersabda,”Kemungkinan sekali engkau diberi rezeki lantaran dia”.

Orang yang telah bekerja dan berusaha disertai tawakal kepada Allah, maka Allah akan menambah rezeki itu menurut banyaknya tanggungan. Yang penting manusia itu berusaha dan berdo’a, jangan cemas dengan rezeki yang telah disediakan Allah. Dapat diiibaratkan, bila kita mengundang orang untuk makan di rumah kita sebanyak 50 orang maka tentu persediaan makanan akan kita sediakan lebih banyak dari jumlah undangan, demikian pula bila Allah menentukan jumlah manusia di dunia ini sebanyak tiga milyar berarti persediaan makanan di dunia ini lebih banyak dari jumlah manusia untuk sekian masa dengan syarat mau untuk mengeksplorasi, bekerja yang diiringi dengan do’a, Allah menjelaskan dalam firman-Nya surat Jumu’ah 62 ;10

”Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”

Rasululah bersabda,”Sesungguhnya apabila seseorang diantara kamu semua itu mengambil tambangnya [tali] kemudian mencari kayu bakar dan diletakkan diatas punggungnya , hal itu adalah lebih baik daripada ia mendatangi seseorang yang telah dikarunia oleh Allah dari keutamaan-Nya, kemudian meminta kepada kawannya itu, adakalanya diberi dan adakalanya ditolak”[HR.Bukhari dan Muslim].

Walaupun meminta itu pekerjaan yang dibolehkan tapi posisi seseorang tadi ibarat tangan yang diatas sekaligus akan menurunkan izzah [harga diri] dimata temannya. Orang yang terbiasa menerima pemberian orang lain tidak punya keberanian untuk memberikan tausiyah [nasehat dan kritik] karena dia sudah terlanjur menerima budi baik seseorang, berhutang budilah jadinya, sehingga cendrung membela atau membiarkan temannya tadi dalam kesalahan.

Pada suatu ketika Rasulullah Saw sedang duduk-duduk dengan para sahabatnya, tiba-tiba nampaklah disana seorang yang masih muda yang amat kuat dan perkasa tubuhnya. Ia pagi-pagi itu telah bekerja dengan penuh semangat. Para sahabat itu berkata,”Kasihan sekali orang itu, andaikata kemudahan dan kekuatannya itu dipergunakan untuk sabilillah alangkah baiknya dia”, demi mendengar ucapan salah seorang sahabatnya, beliau lalu bersabda,”Jangan kamu semua mengatakan demikian, sebab orang itu kalau keluarnya dari rumah untuk bekerja guna mengusahakan kehidupan anaknya yang masih kecil maka ia telah berusaha sabilillah. Jikalau ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang lain, itupun fisabilillah. Tetapi apabila ia bekerja karena untuk pamer atau untuk bermegah-megahan, maka itulah fisabili syaithan atau karena mengikuti jalan syaitan”.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah,
Dalam seluruh asfek kehidupan, seorang muslim dituntut untuk bekerja seoptimal dan semaksimal mungkin dengan tidak melupakan do’a kepada Allah agar usahanya dapat menemukan keberhasilan, semua diserahkan kepada Allah, inilah yang dimaksud dengan tawakal.

Sebelum berangkat meninggalkan rumah, seluruh pintu, kunci, jendela dan tempat-tempat rawan pencurian telah diamankan, selain kita nyaman melakukan perjalanan, tidak was-was terhadap harta yang ditinggalkan juga telah melaksanakan sunnatullah yaitu ikhtiyar, bila terjadi juga pencurian di rumah kita inilah takdir namanya, semua itu diluar kemampuan kita.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Orang yang bertawakal kepada Allah hidupnya akan aman dan tentram sebab sandarannya hanya Allah dan Allah telah menetapkan segala sesuatu sejak awalnya tanpa diketahui oleh manusia, kita sebagai ummatnya hanya dituntut untuk menjalani hidup ini dengan baik, peran apapun yang kita lakonkan. Seorang bintang film dengan peran sebagai pembantu rumah tangga dan seorang yang berperan sebagai bos, bisa saja peran sebagai pembantu rumah tangga dapat meraih piala citra bila dia menghayati dan menjalankan perannya dengan baik sebagaimana tuntutan skenario, sementara peran bos gagal meraih penghargaan sebab dia tidak mampu memerankan dirinya selaku seorang bos.

Mutawakkilin atau orang-orang yang bertawakal adalah level keimanan manusia yang dicintai Allah sebagaimana ayat terdahulu menyatakan [3;159] yang perlu kita raih sehingga kehadiran kita di hadapan Allah termasuk kelompok hamba yang mendapat ”mahabbatullah” yaitu kecintaan Allh yang diawali dengan kerja dan do’a, perjuangan tanpa do’a adalah sombong, do’a tanpa berjuang adalah bohong [Mdr,2009]


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم



Tidak ada komentar:

Posting Komentar