Jumat, 02 November 2012

50. Memperkokoh Hubungan Dengan Allah


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Huda
Jorong Balai Pandan Nagari Cupak
Kecamatan Gunung Talang
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 13 Januari 2012/19 Shafar 1433.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

”Sesungguhnya didalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berfikir. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah ketika mereka berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, serta mereka berfikir tentang penciptaan langit dan bumi, kemudian berkata,”Ya Rabb kami, tiadalah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka hindarkan kami dari siksa azab neraka” [Ali Imran 3;190-191].

Hadirin, sidang jum’at yang mulia,
Kembali kita hadir di rumah Allah ini untuk menyampaikan puji syukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita sebagai bekal hidup dengan segala fasilitasnya, syukur tersebut dibuktikan dengan amaliah ibadah sehari-hari, salah satunya adalah melaksanakan shalat jum'at pada hari ini, yang kemudian diiringi dengan ibadah-ibadah lainnya sepanjang hari. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, beliaulah pejuang kehidupan dan hak-hak azasi di dunia ini hingga kebenarannya diikuti oleh pengikutnya hingga akhir zaman. Suatu kewajiban bagi kita untuk meningkatkan iman hingga mencapai derajat taqwa dan menambah ibadah sehari-hari sehingga aktivitas yang dilakukan selalu berorientasi mencari ridha Allah Swt.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah,
Sejak awal kejadian manusia sudah menjalin suatu hubungan atau ikatan dengan Khaliqnya, sebagai tuhan yang layak disembah dan bersaksi, ”Jangan ada lagi Tuhan selain Allah”, ikatan itu terukir dalam surat Al A’raf 7;172

”Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berkata, ”Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, ”Betul, engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan yang demikian iu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan,”Sesungguhnya kami [Bani Adam] adalah orang-orang yang lengah terhadap ini”.

Manusia tidak akan dapat menjalin hubungan dengan Allah bila ia tidak kenal dengan Allah, suatu hal musahil, kenalpun tidak lalu terjalin hubungan, apalagi untuk taraf cinta harus melalui proses.

Tak ada sesuatupun yang lebih berharga bagi seorang manusia selain pengenalan terhadap pencipta dirinya. Orang yang tidak mengenal Allah bagaikan seonggok batu yang tidak bermanfaat, sungguh aneh makhluk yang tidak mengenal pencipta dirinya.

Mengenal Allah adalah syarat utama untuk meraih kebahagiaan. Cinta dan kasih sayang Allah hanya diberikan kepada orang-orang yang mengenal Allah. Mengenal Allah adalah ilmu yang paling utama dan menjadi sumber dari segala ilmu pengetahuan.Az Zumar 39;67,

”Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggamannya pada hari kiamat dan langit di gulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan”.

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Abu Bakar Ash Shiddiq mengungkapkan, ”Aku mengenal Rabbku melalui perantara Rabbku, seandainya Rabbku tidak mengenalkan diri-Nya padaku maka aku tidak akan mengenal Rabbku”.

Dengan keimanan terhadap wahyu Allah, seorang mukmin terbimbing untuk mengenal Allah melalui dua fenomena yang Allah berikan yaitu;
Pertama, ayat-ayat kauniyah yang terdapat di alam semesta. Semua bentuk penciptaan alam maupun aktivitasnya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang menggunakan akal.

Kedua, ayat-ayat qauliyah yang merupakan penjelasan Allah tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia dan hakekat alam semesta. Ayat ini telah terhimpun dalam bentuk Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, Allah berfirman,

”Sesungguhnya didalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berfikir. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah ketika mereka berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, serta mereka berfikir tentang penciptaan langit dan bumi, kemudian berkata,”Ya Rabb kami, tiadalah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka hindarkan kami dari siksa azab neraka” [Ali Imran 3;190-191].

Hubungan dengan Allah dapat pula diibaratkan seperti gardu dengan pusat listrik. Manakala gardu mendapat suplai energi listrik yang besar maka ia akan membagi listriknya ke rumah-rumah dengan baik. Namun bila hubungannya dengan pusat listrik lemah atau byarpet, maka gardu tersebut tidak bermanfaat menerangi rumah-rumah di sekitarnya, firman Allah,
”Dan barangsiapa yang tidak mendapat cahaya Allah, maka tidak ada cahaya baginya” [An Nur 24;35].

Untuk memperkuat hubungan dengan Allah;
1. Rasulullah sendiri diwajibkan untuk melakukan qiyamullail setiap malam [Al Mudatsir 74;1-4].
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan Tuhanmu agungkanlah!
4. dan pakaianmu bersihkanlah,

2. Rasulullahpun menempa sahabat-sahabatnya melalui qiyamullail dan tilawah qur’an dalam shalat. [Al A’raf 17;109].
“dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.

3. Selalu Berzikir kepada Allah, Al qur’an menggambarkan betapa qillatudzikir [sedikit berzikir] akan menimbulkan quswatul qalbu [kekerasan hati] Al Hadid 57;16.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah bersabda, ”Iman mempunyai 77 cabang, yang pertama ialah mengucapkan Laa Ilaaha illallah dan yang paling rendah ialah menyingkirkan suatu barang yang mungkin berbahaya di jalan dan malu mengerjakan kejahaan juga salah satu cabang dari rangka iman” [Muslim].

Berangkat dari hadits tersebut dapat diambil tiga point yang merupakan cermin dari keimanan seseorang yaitu;

Pertama, iman yang tinggi; syarat seseorang dikatakan muslim bila dia telah mengucapkan dua kalimah syahadat sebagai persaksian bahwa dia siap berada dalam pangkuan islam.

Bila sekedar ucapan saja belumlah iman yang tinggi tapi masih disebut sebagai muslim. Karena itu, ketika orang-orang Arab yang baru kalah perang itu menyatakan telah beriman, karena ia telah menyatakan dua kalimah syahadat, sontak disangkal oleh Rasulullah Saw, ”Kalian sebenarnya belum beriman, tetapi kalian baru menyatakan muslim sebab iman belum meresap ke dalam jiwa kalian”.

Allah berfirman,
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.[Al Hujurat 49;15].

Kedua, iman yang rendah; sikap yang diperbuat oleh seorang muslim menunjukkan cetusan imannya yang digerakkan oleh hati nurani tanpa mengharapkan pamrih dari orang lain walaupun amal itu kecil.

Membuang sesuatu rintangan yang ada di jalan,entah berupa kerikil, duri atau sebangsanya demi keselamatan dan kelancaran lalu lintas menunjukkan suatu gerak keimanan. Bukti iman bukan hanya memberikan derma atau sedekah sekian banyak tapi kebaikan sedikitpun merupakan derma disamping menambah tabungan pahala juga gerak hati sebagai orang yang beriman.

Ketika Rasululah Saw mengeluarkan fatwa untuk mendermakan harta di jalan Allah, terdapat seorang sahabat yang sanga papa, jangankan untuk sedekah, sedangkan untuk diri sendiri dia tidak punya, sahabat itu berkata, ”Ya Rasulullah, bolehlah Abu Bakar, Umar atau Usman bersenanghati untuk berderma di jalan Allah, tapi ini ya Rasulullah, orang miskin, apa yang harus kami berikan?”

Kemudian Rasulullah memberikan kabar gembira bahwa sedekah bukan sebatas harta yang dimiliki, salah satu sabda beliau yang diriwayatkan oleh Ahmad, setiap diri diwajibkan sedekah setiap hari tiap terbitnya matahari, diantaranya, ”Jika ia mendamaikan diantara dua orang yang bermusuhan dengan adil itulah sedekah, bila ia menolong seseorang untuk menaiki binatang tunggangannya, berarti sedekah, menyingkirkan rintangan dari jalan adalah sedekah, ucapan baik kepada orang lain dan keluarga adalah sedekah,dan setiap langkah yang dilangkahkan seseorang untuk mendirikan shalat adalah sedekah, senyummu di depan saudaramu adalah sedekah”.Disamping hadits tersebut, juga terdapat sabda nabi yang mengatakan, ”Setiap tasbih, setiap tahmid, setiap tahlil dan setiap takbir adalah sedekah”.

Keimanan seseorang kualitasnya berbeda satu sama lain, jangankan menunjukkan keimanan yang tinggi sedangkan bukti keimanan yang rendah saja tidak mampu ditunjukkan.
”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnhya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, bilakah datangnya pertolongan Allah ? ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” [Al Baqarah 2;214].

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
Ketiga, malu sebagian dari iman. Yang dimaksud dengan malu disini yaitu malu berbuat kejahatan, kenistaan dan perbuatan lainnya yang merendahkan eksistensi iman seseorang, bila seseorang mengaku beriman sementara kejahatan dan prilaku tidak baik dilakukan juga baik melalui tindakan atau lisan maka keimanan orang ini tidak dapat dijadikan sebagai ukuran. Abu Hasan Al Mawardi membagi malu menjadi tiga macam yaitu;

1. Al Haya Minallah, yaitu malu kepada Allah, bila seorang muslim malu kepada Allah maka ujud malu itu dibuktikan dengan mengikuti perintah Allah dan menahan diri dari larangan-Nya.

2. Al Haya minannas, malu kepada manusia, sikap hidup ini yaitu menjauhkan diri dari sikap yang dibenci orang lain sehingga disenangi dan menimbulkan rasa simpati dan tidak bangga dengan sikap yang tidak terpuji.

3. Al Haya menannafsi, malu kepada diri sendiri yang mendorong seseorang berbuat yang terbaik untuk dirinya tanpa mengorbankan orang lain, ia selalu berusaha menjaga diri dari berbuat jahat.

Agar keimanan seorang muslim tetap tertanam lalu sedikit demi sedikit kokoh mengakar dalam jiwa maka harus dipupuk, dibina dari shalat ke shalat, dari jum’at ke jum’at, dari Ramadhan ke Ramadhan dan dari detik ke detik.

Tumpukan lumpur yang tidak berarti di tengah laut, dari waktu ke waktu diterpa angin dan badai, gulungan ombak, panas dingin cuaca silih berganti. Lama kelamaan menjadi batu karang yang kokoh tertancap dengan gagahnya demikian pula dengan iman.

Rasul menggambarkan bahwa iman itu mengalami fluktuasi, yaitu naik dan turun, bukti iman kita naik banyak ibadah yang dapat dikerjakan, sedangkan bukti iman sedang turun yaitu banyak maksiat yang kita gelar. [Mdr, 2009].


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم


Tidak ada komentar:

Posting Komentar