Senin, 17 Juli 2017

212. Khutbah Idul Fitri 1438.H/ 2017.M





KHUTBAH IDUL FITHRI
1 SYAWAL 1438.H / 2017.M
Drs. St. MUKHLIS DENROS
1 Syawal 1438.H / 25 Juni 2017.M
Di Masjid Babussalam Bengkong Indah,
Kecamatan Bengkong Kota Batam

           
RENUNGAN  PASCA RAMADHAN

Allahu Akbar 9 x
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ..


Hadirin, jama’ah Idul Fitri yang dirahmati Allah
            Kembali kita hadir di rumah Allah ini untuk menyampaikan puji syukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita sebagai bekal hidup dengan segala fasilitasnya, syukur tersebut dibuktikan dengan amaliah ibadah sehari-hari, salah satunya adalah melaksanakan shalat jum'at pada hari ini, yang kemudian diiringi dengan ibadah-ibadah lainnya sepanjang hari.

 Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, beliaulah  pejuang kehidupan dan hak-hak azasi di dunia ini hingga kebenarannya diikuti oleh pengikutnya hingga akhir zaman.

Suatu kewajiban bagi kita untuk meningkatkan iman hingga mencapai derajat taqwa dan menambah ibadah sehari-hari  sehingga aktivitas yang dilakukan selalu berorientasi mencari ridha Allah  Subhanahu Wa Ta’ala.
Hadirin, jama’ah Idul Fitri yang dirahmati Allah
Bulan ini dalam penanggalan atau Kalender Hijriah islam, adalah bulan ke-10. Arti kata syawal adalah naik, ringan, atau membawa (mengandung). Disebut demikian karena dahulu, ketika bulan-bulan hijriyah masih ‘disesuaikan’ dengan musim (praktek interkalasi), suhu meningkat karena berada pada musim panas seperti halnya Ramadhan. Selain itu, biasanya orang Arab mengamati bahwa pada bulan inilah unta-unta mengandung atau menaikkan ekornya sebagai tanda tidak mau dikawini. Karenanya, orang Arab juga memiliki kepercayaan bahwa bulan ini ‘tidak baik’ dan melihat pernikahan di bulan Syawal akan berakhir sial. Kepercayaan ini dihapus oleh islam dengan peristiwa pernikahan Nabi Muhammad saw. di bulan tersebut .
Hadirin, jama’ah Idul Fitri yang dirahmati Allah
1.Puasa 6 hari di bulan Syawal
Hari pertama di bulan Syawal, tentu saja merupakan Hari Raya Idul  Fitri bagi umat islam setelah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Pada 1 Syawal, kaum muslimin keluar rumah untuk melaksanakan shalat Idul Fitri. Hari-hari berikutnya di bulan Syawal merupakan kesempatan untuk ‘menyempurnakan’ puasa ramadhan dengan Puasa Enam Hari di bulan Syawal. Dengan tambahan puasa enam hari ini, kaum muslimin bisa memperoleh pahala setara dengan puasa satu tahun. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rosululloh bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Romadhon kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).

2.Peristiwa Sejarah di Bulan Syawal
·            27 Syawal, Perjalanan Nabi saw. ke Thaif, tahun ke-10 kenabian.
·            13 Syawal, kelahiran ahli hadits Imam Bukhari
·            Syawal 1 H, Perang Bani Qainuqa
·            17 Syawal 3 H, Perang Uhud
·            Kelahiran Siti Aisyah dan pernikahannya dengan Nabi Muhammad saw. terjadi di bulan Syawal.
·            29 Syawal, pernikahan Fatimah dengan Ali ra.
·            Syawal 4 H, Pernikahan Nabi saw. dengan Ummu Salamah
·            Syawal 4 H, Kelahiran cucu Nabi saw., Hussain.
·            18 Syawal 5 H, Perang Khandaq (Ahzab, Parit)
·            6 Syawal 8 H, Perang Hunain.

Hadirin, jama’ah Idul Fitri yang dirahmati Allah
3.Apa Yang Kita Peroleh di Bulan Ramadhan?
Seorang muslim hendaknya selalu menghisab diri dengan teliti. Sudahkah kita mendapatkan manfaat dari puasa, sholat serta seluruh amalan di bulan Ramadhan? Bertambah kuatkah iman kita setelah Romadhon? Dan benarkah kita mendapatkan ketakwaan yang merupakan tujuan utama puasa Ramadhan? Banyak sekali pertanyaan bagi jiwa yang benar-benar tulus mengharap ridho Allah semata.

Bukankah dia bulan taubat dan kesabaran? Namun kenapa perilaku kita tak mencerminkan sikap orang yang bersabar dan  bertakwa setelah keluar dari Romadhon? Dan kenapa kita masih saja tenggelam dalam dosa serta acuh memperhatikan akhirat kita?

Bukankah Allah berfirman:



Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Hasyr [59]: 18)

Aduhai sungguh beruntunglah bagi mereka yang keluar dari bulan Ramadhan dengan taubat dan ampunan. Lautan kebahagiaan bagi siapa saja yang meraih mahkota takwa dalam jiwa mereka di bulan mulia. Mereka itulah yang mendapatkan manfaat di bulan Romadhon. Karena ia seolah hadir kembali di dunia ini dengan lembaran baru yang berharga dalam perjalanan hidup sejatinya menuju Allah.

4.Janganlah Mengurai Benang yang Telah Dipintal
Jika kita termasuk orang yang mendapatkan manfaat dari puasa, sholat dan segala amalan kita di bulan Ramadhan, maka selalu bersyukurlah memuji Allah. Sekali-kali jangan pernah melirik untuk kembali lagj pada jurang kemaksiatan. Sangat di sayangkan jika mahkota takwa yang tersemat indah di jiwa kita tergantikan dengan corengan dosa dan kemaksiatan.

Jagalah ikatan-ikatan iman yang telah terjalin kuat di dalam dada kita dengan selalu menambah ilmu dan keimanan. Betapa banyak orang ketika Ramadhan membangun istana ketakwaan, namun setelah  berlalu Ramadhan kembali lagi kepada tipu daya setan.

Masjid yang tadinya ramai mulai sepi kembali dari sholat berjama’ah. Tempat maksiat yang semula ditutup kini kembali ramai diisi jiwa-jiwa yang awalnya mengabdi. Sungguh sebuah fenomena yang mengiris hati dan mencabik-cabik nurani.

Oleh karena itu, janganlah kita seperti yang difirmankan Allah.

 Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali… (QS. An-Nahl [16]: 92)

5.Apakah Diterima Amalan Kita?
Sesungguhnya orang yang berhasil di bulan Ramadhan adalah mereka yang ketika Ramadhan mempergunakan detik-detik waktunya untuk ketaatan. Ia lalui siang hari bulan Ramadhan dengan puasa dan menjaga adab-adabnya.
Dan di malam harinya ia gunakan waktunya untuk sholat dan membaca al-Qur’an. Mulutnya senantiasa basah dengan dzikir ke pada Allah. Bahkan linangan air mata taubatnya senantiasa mengalir di sepertiga malam terakhir. Bukan sekedar itu, ia senantiasa berusaha istiqomah menjaga amalannya di luar Ramadhan. Selalu meningkatkan ketakwaan dengan memperdalam keilmuan.

Dan ia tidak ridho jika -jalinan iman yang ia rajut susah payah cerai-berai dengan perginya bulan Ramadhan. Namun demikian ia tetap takut jika amalannya tidak diterima. Begitu juga selalu khawatir jikalau amalan-nya tidak ikhlas karena Allah.

Berkata Ali bin Abi Tholib: “Jadilah engkau orang-orang yang lebih memikirkan bagaimana diterimanya suatu amalan dari pada memikirkan untuk beramal itu sendiri. Tidakkah engkau mendengar Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah hanya menerima suatu amalan dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Ma’idah [5]: 27).”

Dahulu para salafus sholih pun senantiasa berdoa selama setengah tahun (setelah Ramadhan) agar diterima amal ibadahnya, dan setengah tahun berikutnya berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya. Semoga semua amalan kita di terima di sisi Allah.

Hadirin, jama’ah Idul Fitri yang dirahmati Allah

6.Jangan Menjadi Hamba Ramadhan!
Membahagiakan sekali ketika di bulan Ramadhan kaum Muslimin berlomba-lomba melakukan kebaikan. Tempat-tempat maksiat ditutup. Masjid dan mushola pun membludak dibanjiri orang yang sholat berjama’ah.
Indah sekali memang nuansa imani di bulan Ramadhan. Sampai para artis yang tadinya selalu buka aurat tiba-tiba tampil berjilbab dengan hadirnya bulan Ramadhan (walaupun jilbab mereka masih jauh dari tuntunan Islam). Yang jelas kedatangan Ramadhan benar-benar membawa berkah bagi semua.
Namun ironis sekali. Begitu Ramadhan berlalu tampak redup dan padam pula nuansa keimanan itu. Tempat-tempat maksiat mulai dibuka lagi besar-besaran. Masjid dan mushola mulai ditinggalkan menuju tempat hiburan. Seringkali kita dapati seorang yang rajin sekali sholat malam dan membaca al-Qur’an ketika Ramadhan.
Namun sayang sekali ia tinggalkan amalannya dengan bergulirnya bulan Ramadhan. Di bulan puasa banyak sekali orang taubat dari rokok, tabarruj dan zina. Akan tetapi ia kembali lagi berbuat dosa bahkan lebih parah dari sebelumnya yaitu berbuat syirik pada Allah.
Iman apakah seperti ini?! Islam apakah seperti ini?! Tidak lain semua ini adalah bermain-main dengan agama Allah. Begitu juga merupakan kedustaan dan kenifakan terhadap agama Allah. Bukankah Rabb yang kita ibadahi di bulan Ramadhan Dialah Rabb yang kita sembah di luar Ramadhan pula?
Kita adalah hamba Allah, bukan hamba Ramadhan. Ya, hamba Alloh yang memerintahkan agar kita senantiasa (tsabat) dan (istiqomah) di setiap amalan kita baik Ramadhan ataupun di luar Ramadhan.
Bukankah Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia.



Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekalikah kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 102).

Hadirin, jama’ah Idul Fitri yang dirahmati Allah

7.Persiapankan diri sejak dini

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هَرَمِكَ قَبْلَ شَبَابَكَ خَمْساً قَبْلَ خَمْسٍ اغْتَنِمْ
سُقْمِكَ قَبْلَ صِحَّتَكَ وَ
فَقْرِكَ قَبْلَ غِنَاكَ وَ
شُغُلِكَ قَبْلَ فَرَاغَكَ  وَ
مَوْتِكَ قَبْلَ حَيَاتَكَ وَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim ]
Ada lima hal yang dipesankan oleh Rasulullah Saw dalam hadis ini tentang perlunya menggunakan masa hidup ini dengan hal-hal yang penuh manfaat. Kalimat yang disampaikan dalam hadis ini juga cukup sederhana namun memiliki makna yang sangat mendalam. Lima hal yang harus diraih sebelum datang  lima hal yang dapat membuat manusia menyesal.
1. Masa muda sebelum masa tua (syabâbaka qabla haramika)
            Masa muda merupakan masa yang paling indah karena masa inilah merupakan puncak kesuksesan seseorang apabila dia mampu menggunakannya dalam hal-hal yang bermanfaat. Masa muda masa yang paling baik untuk menuntut ilmu. Imam Syafi’I mengatakan bahwa : hayátul fatá fîl ‘ilmi wattuqâ  (kehidupan seorang pemuda itu haruslah dipenuhi dengan kegiatan menuntut ilmu dan bertaqwa).  Kegiatan menuntut ilmu harus menjadi prioritas dalam mengisi masa muda. Sebagaimana pepatah Arab : “ at-ta’allum fi shiġār kannaqsyi ‘alal hajar  (belajar diwaktu muda seperti mengukir di atas batu), artinya menuntut ilmu di waktu muda memberikan kesan kuatnya ingatan.


2. Masa Sehat Sebelum Datang Masa Sakit (shihhatuka qabla saqamika)
Ada ungkapan yang menyatakan “ Kesehatan itu harganya sangat mahal”, artinya orang sanggup menghabiskan uang berjuta-juta hanya untuk membuat dirinya sehat, bahkan rela menjual harta bendanya hanya untuk mendapatkan kondisi sehat. Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk soal kesehatan.
Apabila tuntunan Islam tentang kesehatan dilakukan maka penyakit akan menjauh dari tubuh kita. Seringkali ketika dalam kondisi sehat kita tidak teringat untuk melangkahkan kaki ke mesjid ataupun menggerakkan lidah untuk membaca Alquran, namun ketika diuji dengan penyakit maka hati ini ingin ke mesjid begitu juga dengan lidah yang rindu membaca Alquran. Ketika sehat selalu melupakan Allah, namun ketika sakit dalam berbagai kondisi duduk, berbaring maupun berdiri ingat kepada Allah.

3. Masa Kaya Sebelum Datang Masa Fakir (ghinâ’uka qabla faqrika)
Ketika diberi kelapangan rezeki kita diingatkan dengan rezeki tersebut apakah mengandung keberkahan atau tidak. Ketika diberi kelapangan rezeki ini dianjurkan untuk bersedekah dan menginfakkan harta yang direzekikan. Dalam surat At-Thalāq (65:7) Allah mengingatkan orang-orang yang memiliki kelapangan harta :  Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya; dan sesiapa yang disempitkan rezekinya, maka hendaklah ia memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah kepadanya (sekadar yang mampu); Allah tidak memberati seseorang  melainkan (sekadar kemampuan) yang diberikan Allah kepadanya. (Orang-orang yang dalam kesempitan hendaklah ingat (bahwa) Allah akan memberikan kesenangan sesudah berlakunya kesusahan.”
Dalam hal ini Rasulullah Saw juga mengingatkan umatnya untuk tidak bersikap boros dan menganjurkan hidup hemat.
Kebanyakan manusia akan sukses ketika diuji dengan kesempitan namun ketika diuji dengan kelapangan seringkali gagal dan putus asa. Manakala diuji dengan kelapangan rezeki manusia sering melupakan saudaranya yang membutuhkan bantuan, namun setelah diuji dengan kefakiran hati selalu tergerak untuk membantu bahkan memasang niat berupa nazar kalau diberi kekayaan akan bersedekah. Harta adalah milik Allah , maka Allah berkehendak memberi kelapangan bagi seseorang dan bahkan mengambilnya kembali.

4. Masa Lapangmu Sebelum Masa Sempitmu (Farāglika Qabla Syuglika)
Masa lapang maksudnya adalah ketika memiliki kesempatan yang luas, maka kesempatan itu harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Karena masa sibuk akan segera menggantikan masa lapang tersebut. Pekerjaan yang dikerjakan harus dilakukan dengan segera tanpa menunda-nundanya.
Hal yang terpenting adalah apabila pekerjaan yang dilakukan mengandung nilai tambah dan dapat diselesaikan dalam waktu yang sama dengan pekerjaan yang sama tanpa nilai tambah. Sebagai contoh sholat jama’ah lebih dianjurkan daripada sholat sendirian karena waktu yang digunakan untuk kedua sholat tersebut sama bahkan tidak berbeda jauh namun nilai tambah berupa pahala jauh lebih tinggi yaitu 27 : 1.

5. Masa Hidupmu Sebelum Kematianmu (Hayâtika Qabla Mautika)
Kehidupan merupakan sarana percobaan bagi manusia untuk melihat diantara manusia tersebut yang terbaik amalannya. (QS. Al-Mulk 67: 2).

Bagi manusia yang menyadari bahwa dunia merupakan ladang amal yang hasil panennya akan dituai di akhirat kelak pasti melakukan hal-hal yang bermanfat bagi kehidupan.  Manusia yang terlanjur mencintai dunia secara berlebihan (hubban jamman) selalu lupa dengan kematian. Sebaliknya manusia yang putus asa selalu ingin cepat mengakhiri hidupnya di dunia. Padahal kematian itu pasti akan datang dan kedatangannya pun tidak dapat ditangguhkan maupun dipercepat. 
Dalam surat Al-Munāfiqūn (63 : 10) Alquran menjelaskan  tentang  sifat manusia yang meminta agar dikembalikan ke dunia  supaya mereka dapat berbuat baik  dan beramal sholeh walaupun hanya sebentar,
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" [Al-Munāfiqūn (63 : 10)
Namun permintaan ini dijawab Allah dengan ayat selanjutnya(63: 11) bahwa ketika ajal telah ditentukan maka manusia itu tidak dapat menunda-nunda ataupun memperlambatnya.

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. [Al-Munāfiqūn (63 : 11)

Hadirin, Jamaah Idul Fitri yang dirahmati Allah

Mumpung masih ada waktu,kita persiapkan diri kita dengan iman dan taqwa, kita jaga ibadah kita dengan sebaik-baiknya, jangan hanya di bulan Ramadhan saja, hasil Ramadhan itu harus nampak di luar Ramadhan hingga datangnya Ramadhan berikutnya.




بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم


KHUTBAH KEDUA
Allahu Akbar 7x

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
 عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Literatur:
1.      Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI
2.      Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah Praktis, 2009. 
3.      Bulan Syawal – /www.pustakasekolah.com
4.      Renungan Pasca Ramadhan Buletin Dakwah Hasmi E.33 – 16 September 2011

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar