Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Hidayah
Kartini V Sungai Harapan, Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
13 Syawal
1438.H / 7 Juli 2017.M
MASJID
ASING BAGI KAUM YANG
TIDAK
MENGERJAKAN SHALAT
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Syihabuddin
Ahmad bin Hajar al-Asqalani dalam karyanya Nashaihul ‘Ibad (hal 42)
mengutip sebuah hadis tentang keanehan yang akan menimpa umat Islam. Menurut
Rasulullah Shalallahu Alaiihi Wasallam jumlahnya
ada enam perkara.
"Enam perkara yang dirasakan ganjil apabila terletak
pada enam tempat yang tidak serasi
1.Masjid asing bagi kaum
yang tidak mengerjakan shalat
2.Kitab suci [Al Qur'an]
ganjil bila didapati di tengah kaum yang tidak suka membacanya.
3.Al Qur'an asing di
tengah-tengah orang yang fasiq
4.wanita yang baik-baik
ganjil bila berada di tangan laki-laki yang zhalim yang berakhlak jelek.
5.Lelaki yang baik ganjil
jika berada di lingkungan wanita yang bejat.
6.Orang alim ganjil bila
berada di lingkungan satu kaum yang tidak suka mendengarkan nasehatnya.
MASJID ASING BAGI KAUM
YANG TIDAK MENGERJAKAN SHALAT
Salah satu sarana untuk melaksanakan ibadah
khususnya shalat adalah masjid, bahkan laki-laki muslim diwajibkan untuk shalat
fardhu di masjid kecuali mereka ada uzur yang dapat dibenarkan, sedangkan bagi
wanita dibolehkan shalat ke masjid selama tidak mengundang fitnah. Betapa
banyak masjid berdiri sejak dari ujung desa sampai ke pusat kota, tapi sedikit
sekali yang mengerjakan shalat, padahal masjid fungsinya sangat urgen untuk
kepentingan ummat, Allah berfirman dalam surat At Taubah 9;18
"Hanya yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk"
Bagaimana
pendapat ulama tentang wajibnya shalat berjamaah di masjid ?
Memang ada ikhtilaf ulama
apakah Wajib Ain bagi laki-laki hukumnya shalat berjamaah di masjid atau
hukumnya sunnah saja. Akan tetapi pendapat terkuat hukumnya wajib. Dengan
beberapa alasan berikut:
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ
وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.”
(Al-Baqarah: 43)
Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,“makna firman Allah “ruku’lah
beserta orang-orang yang ruku’, faidahnya yaitu tidaklah dilakukan kecuali
bersama jamaah yang shalat dan bersama-sama.”
2. saat-saat perang berkecamuk, tetap
diperintahkan shalat berjamaah. Maka apalagi suasana aman dan tentram. Dan ini
perintah langsung dari Allah dalam al-Quran
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan apabila kamu berada di
tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat)
besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat
bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah
mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang
golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu.”
(An-Nisa’ 102)
Ibnu Mundzir rahimahullah
berkata,“pada perintah Allah untuk tetap menegakkan shalat jamaah ketika
takut (perang) adalah dalil bahwa shalat berjamaah ketika kondisi aman lebih
wajib lagi.”
Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan,“Ayat ini merupakan dalil
yang sangat jelas bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu ain bukan hanya sunnah
atau fardhu kifayah, Seandainya hukumnya sunnah tentu keadaan takut dari
musuh adalah udzur yang utama. Juga bukan fardhu kifayah karena Alloh
menggugurkan kewajiban berjamaah atas rombongan kedua dengan telah berjamaahnya
rombongan pertama… dan Allah tidak memberi keringanan bagi mereka untuk
meninggalkan shalat berjamaah dalam keadaan ketakutan (perang).“
3.Orang buta
yang tidak ada penuntut ke masjid tetap di perintahkan shalat berjamaah ke
masjid jika mendengar adzan, maka bagaimana yang matanya sehat?
Dari Abu Hurairah radhiallahu
anhu dia berkata,“Seorang buta pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan berujar, “Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang
akan menuntunku ke masjid.” Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah, maka beliaupun memberikan
keringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, beliau kembali
bertanya, “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (azan)?” laki-laki itu
menjawab, “Ia.” Beliau bersabda, “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah
shalat).”
Dalam hadits yang lain yaitu, Ibnu
Ummi Maktum (ia buta matanya). Dia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ
الْمَدِينَةَ كَثِيرَةُ الْهَوَامِّ وَالسِّبَاعِ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله
عليه وسلم- « أَتَسْمَعُ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ فَحَىَّ
هَلاَ ».
“Wahai
Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan
hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan
tersebut”.”
Sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ
يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ
“Barangsiapa yang mendengar
azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali
bila ada uzur.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى
الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا
فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلَاةِ
فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيُصَلِّيَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِي
بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لَا يَشْهَدُونَ الصَّلَاةَ
فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ
“Shalat
yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan
shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan
mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk
menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang
mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar
mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar
rumah-rumah mereka.”
Ibnu Mundzir rahimahullah
berkata,“keinginan beliau (membakar rumah) orang yang tidak ikut shalat
berjamaah di masjid merupakan dalil yang sangat jelas akan wajib ainnya shalat
berjamaah di masjid”
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu
anhu dia berkata:
وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا
يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ
الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي
الصَّفِّ
“Menurut
pendapat kami (para sahabat), tidaklah seseorang itu tidak hadir shalat
jamaah, melainkan dia seorang munafik yang sudah jelas kemunafikannya.
Sungguh dahulu seseorang dari kami harus dipapah di antara dua orang hingga
diberdirikan si shaff (barisan) shalat yang ada.”
7.shalat berjamaah
mendapat pahala lebih banyak
Dalam
satu riwayat 27 kali lebih banyak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ
مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah itu lebih
utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat.”
diriwayat
yang lain 25 kali lebih banyak: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَعْدِلُ
خَمْسًا وَعِشْرِينَ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ
“Shalat berjamaah itu lebih
utama daripada shalat sendirian dengan 25 derajat.”
Banyak
kompromi hadits mengenai perbedaan jumlah bilangan ini. Salah satunya adalah “mafhum
adad” yaitu penyebutan bilangan tidak membatasi.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ
كَانَ كَقِيَامِ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِي
جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ
“Barang
siapa shalat isya dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat setengah malam.
Barang siapa shalat isya dan subuh dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat
semalam penuh.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي
قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ
عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ
الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah
tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di
lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah
kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan
menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).”
10.amal
yang pertama kali dihisab adalah shalat, jika baik maka seluruh amal baik dan
sebaliknya, apakah kita pilih shalat yang sekedarnya saja atau meraih pahala
tinggi dengan shalat berjamaah?
Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ
بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلَاةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا
جَلَّ وَعَزَّ لِمَلَائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي
أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ
كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ
فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ
تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
“Sesungguhnya
yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat
adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada para
malaikat-Nya -padahal Dia lebih mengetahui, “Periksalah shalat
hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan
dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka Allah berfirman,
“Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?” Jikalau
terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan
yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya.” Selanjutnya
semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.”
Khusus bagi yang mengaku mazhab
Syafi’i (mayoritas di Indonesia), maka Imam Syafi’i mewajibkan shalat berjamaah
dan tidak memberi keringanan (rukshah).
Imam Asy Syafi’i rahimahullah
berkata,“Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi
seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.”
Namun bagi orang yang tidak shalat,
bagaimanapun megahnya sebuah masjid dan dekatnya masjid itu dari rumahnya dia
tidak akan menunaikan shalat, padahal seorang lelaki muslim selain wajib shalat
lima waktu maka dia wajib shalat lima waktu itu dengan berjamaah di masjid.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar