Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Kautsar
Dekat Jembatan, Tiban Lama Kec. Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
28
Ramadhan 1438.H / 23 Juni 2017.M
URGENSI PUASA
SYAWAL
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ibadah rutin yang dilakukan ummat islam selama bulan
Ramadhan diantaranya puasa, shalat malam [tarawih], shalat berjamaah, membaca
Al Qur’an, sedekah, pengajian-pengajian dan lain-lainnya. Kegiatan tersebut bila terbukti pula diluar bulan Ramadhan berarti
pengkaderan selama satu bulan berhasil dan sebaliknya bahkan ketika Ramadhan
berakhir kondisi ummat islam dalam keadaan senormal-normalnya artinya tidak ada
pengaruhnya pendidikan yang berlansung selama bulan Ramadhan.
Puasa
yang dilakukan selama bulan Ramadhan dapat diselesaikan dengan baik, menahan
lapar dan dahaga, serta menjauhkan segala yang membatalkan puasa, hal ini biasa
dilakukan karena bulan puasa, bila tidak nampak dilakukan diluar bulan Ramadhan
dengan puas nazar, puasa sunnat dan puasa qadhanya tidak terujud kader yang baik. Untuk itulah
makanya ada follow up segala kegiatan itu agar ada kesinambungan amal pada
bulan berikutnya, apalagi Syawal dimaknai dengan bulan peningkatan. Peluang
besar setelah Ramadhan berakhir, dalam bulan Syawal adalah melaksanakan ibadah
puasa sunnah Syawal selama enam hari, bisa dikerjakan secara terus menerus atau
dilakukan secara berselang seling selama masih berada di bulan Syawal. Banyak
pahala yang dapat diambil pada bulan Syawal ini sebagaimana yang diungkapkan
oleh hadits-hadits Rasulullah.
Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu
meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa
berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di
bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun. (HR.
Muslim).
Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari
Tsauban, Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam bersabda : "Puasa Ramadhan
(ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari
(di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah
bagaikan berpuasa selama setahun penuh." ( Hadits riwayat Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)
Dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa berpuasa
Ramadhan lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan
telah berpuasa selama setahun." (HR. Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata:
"Salah satu sanad yang befiau miliki adalah shahih.")
Pahala puasa Ramadhan yang
dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu
tahun penuh, karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki
banyak manfaat, di antaranya :
1. Puasa
enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna
pahala dari puasa setahun penuh.
2. Puasa
Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai
penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan
fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah.
Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di
berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki
kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang
menutupi dan menyempurnakannya.
3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan
menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima
amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik
setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: "Pahala amal kebaikan
adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa
mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu
merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.
Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu
diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.
4. Puasa
Ramadhan sebagaimana disebutkan di muka dapat mendatangkan maghfirah atas
dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya
pada hari Raya'ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka
membiasakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat
ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.
Oleh karena itu termasuk
sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan dan ampunan yang
telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi
jika ia malah menggantinya dengan perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok
orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat pada saat
melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak akan
terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas
menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman : "Dan janganlah kamu
seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan
kuat menjadi cerai berai kembali." (An-Nahl: 92)
5. Dan
di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal yang
dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan
Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.
Orang yang setelah Ramadhan
berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang
yang baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak
sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa
berat, jenuh dan lama berpuasa Ramadhan.
Barangsiapa merasa demikian
maka sulit baginya untuk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang
yang bersegera kembali melaksanakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti
kecintaannya terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosam dan berat apalagi
benci.
Seorang Ulama salaf ditanya
tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi
jika Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar :
"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar kecuali
di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan
sungguh-sunggguh di sepanjang tahun."
Oleh karena itu sebaiknya
orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal,
karena hal itu mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya.
Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah
melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.
Ketahuilah, amal perbuatan
seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga maut menjemputnya. Allah Ta'ala
berfirman : "Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini
(ajal)." (Al-Hijr: 99)
Dan perlu diingat pula bahwa
shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah yang dipergunakan seorang
hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah
disyari'atkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam
manfaat, di antaranya; ia sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada
fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan)
Allah kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab
dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.
Karena demikian
besarnya pahala dan keutamaan puasa enam hari pada bulan Syawal sehingga
sedikit sekali yang mau dan mampu untuk melakukannya karena demikian berat dan
sulitnya berpuasa di tengah-tengah orang yang tidak berpuasa, kalau Ramadhan
kita mampu menyelesaikan puasa satu bulan penuh tanpa banyak keluhan karena
semua orang berpuasa sehingga ada kebersamaan di dalam Ramadhan tapi puasa di
bulan Syawal cendrung sendiri dan hanya dengan beberapa orang saja.
Demikian pula halnya godaan yang dihadapi juga tidak sedikit, ketika kita tidak
berpuasa jarang bahkan tidak ada undangan makan bersama, tidak ada orang yang
menawarkan dan mengajak makan minum, tapi ketika kita puasa sunnah, ada- ada
saja undangan, tawaran dan ajakan untuk menyantap makanan.
Mulai
kini, niatkan dalam hati untuk puasa sunnah di bulan Syawal, pancangkan tekad
untuk meraup pahala puasa Ramadhan setahun penuh dengan menambahnya enam hari
pada bulan Syawal, wallahu a'lam.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar