Minggu, 16 Maret 2014

116. Hijrah dari Pemimpin Khianat



Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Jihad
Jorong Batang Pamo Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 04 April 2014 / 3 Jumadil Akhir 1435.H



إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.




šJama’ahshalatjum’at yang berbahagia

Hijrah bukan sebatas perpindahan dari Mekkah menuju Madinah dalam rangka menyelamatkan da'wah islamiyyah tapi juga membentuk dan membina kader-kader ummat yang siap untuk memimpin dimasa yang akan datang, membentuk pemimpin yang amanat sehingga kepemimpinan itu mensejahterakan rakyat bukan menzhalimi, inilah pemimpin yang amanat, yaitu pemimpin yang mengartikan kepemimpinan bukan hadiah tapi adalah tanggungjawab kepada Allah dan kepada rakyatnya. Allah berfirman dalam surat Al Ahzab 33;72

"Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat  kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh".

Firman Allah dalam surat An Nisa 4;58

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat"

Secara pribadi seorang muslim dituntut untuk bersikap amanah dalam seluruh urusan kehidupan agar kehidupan itu berjalan dengan baik tanpa ada yang merasakan terzhalimi apalagi keberadaannya sebagai seorang pemimpin tentu lebih dari itu dia dituntut tampil sebagai orang yang amanah.

            Hasil hijrah yang dilakukan oleh ummat terdahulu bukan mustahil untuk bisa kita tiru sebagai ibrah sebagaimana kepemimpinan yang amanah itu sudah pernah tampil di panggung dunia ini, contoh figur Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Azis;

SepulangdaripembebasanYaman, tentara Muslim membawasejumlahghanimah (rampasanperang) keMadinahdanlangsungmenyerahkannyakepadaKhalifah Umar bin al-Khattab. Umar lalumembagikansehelaipakaianhasilrampasanperangitukepadasetiappendudukMadinah.

Setelahdibagi rata, Umar kebagiansehelaipakaian.Karenakekecilan, pakaianituhanyasampaimenutupipahanya.Iakemudianmemintaputranya, Abdullah, untukmemberikanpakaianjatahnya. Umar pun memermakkeduapakaianitu, hinggamenutup di atasmatakakinya.

Ialalunaikmimbar, "Wahai kalian semua, dengarlahapa yang akankusampaikan .…" Tiba-tiba, Salman al-Farisimenginterupsi, "WahaiAmirulMukminin, akutidakakanmendengardanmematuhi kata-katamu!"Umar bertanya, "Mengapabegitu?"

"Engkaumengenakanduahelaipakaian, sementara kami hanyasatupakaian; di manaletakkeadilan?Andatelahberlakuzalimkepadarakyatmu?" ujar Salman protes.Mendengarkritik Salman, Umar takmarah.Iahanyatersenyumsimpul. "Hai Abdullah, berdirilahdanjelaskandudukpersoalannyakepadamereka," ungkap Umar.

Abdullah laluberkata, "Posturtubuhayahkuitutinggi.Pakaianjatahnyatidakcukup, lalujatahkukuberikankepadanya.Ialalumenyambungkannya agar bisamenutupiauratnya."Semuasahabatterdiam.Salman kembaliberkata, "Kalaubegitu, sampaikanlahpesan-pesanmuwahaiAmirulMukminin, kami akanmendengarnya.Instruksimuakan kami laksanakan."

KisahtentangketeladananseorangpemimpinjugapernahdicontohkanKhalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatuketika, Umar bin Abdul Aziz berada di suatumajelis. Ketikatibasianghari, iagelisahdanmerasabosan. Ialaluberkatakepada yang hadir, "Kalian tetap di tempatsampaisayakembali."

Ialantasmasukkeperaduannyauntukberistirahat. Tiba-tibaanaknya, Abdul Malik, mengingatkannya, "WahaiAmirulMukminin, apa yang menyebabkanengkaumasukkamar?"Khalifahmenjawab, "Sayainginberistirahatsejenak."

Putranyakemudianbertanyalagi, "Yakinkahengkaubahwasetiapkematianakandatang, sedangkanrakyatmumenunggu di depanpintumu, sementaraengkautidakmelayanimereka?" Sang Khalifah pun terkejut."Engkaubenar, wahaianakku."Ialalubangundanmenemuirakyat yang sedangmenunggunya.

Kisahkepemimpinandua Umar di atastelahmembuktikankepadasejarahbahwapemimpin yang dicintairakyatnyaadalah yang mampumengesampingkanegoismepribadisertakelompoknya.Hatinuranirakyatdannuranidirilah yang menjadi "pengawal" kepemimpinannya.

Hanyapemimpinberhatinurani yang mau "mewakafkan" jiwadanraganyauntukberdedikasi demi kemajuan, keadilan, dankesejahteraanumatsertabangsanya.Pemimpinberhatinuranidantulusakanselalumemberilayanan prima bagirakyatnya. Nabi SAW pernahbersabda, "Mintalah fatwa kepadahatinuranimu." (HR Muslim). Termasuk, dalammemimpindanmengambilkebijakan. [Pemimpin yang DicintaiRakyatnya, Republica.co,id, Selasa, 23 November 2010, 09:48 WIB]

Bagiseorangmukminpundituntutbahwajabatanbukanlahsegala-galanyadalamperjuanganini, diamerupakanamanah, biladiadipercayamakaakandijalankansesuaidengankemampuan yang ada, daninipunhak Allah untukmemberikankepadahamba-Nya [3;26].
         “Katakanlah: "WahaiTuhan yang mempunyaikerajaan, Engkauberikankerajaankepada orang yang EngkaukehendakidanEngkaucabutkerajaandari orang yang Engkaukehendaki. Engkaumuliakan orang yang EngkaukehendakidanEngkauhinakan orang yang Engkaukehendaki.ditanganEngkaulahsegalakebajikan. SesungguhnyaEngkauMahaKuasaatassegalasesuatu. [Ali Imran 3;26].

Allah berhakmembeikankekuasaankepadasiapapun, baikkafirataupunmukmin, tapisemuaituakandipertanggungjawabkan di hadapanNya, kemuliaandankekuasaansemuanyaberada di tangan Allah;
“ Dankepunyaan Allah-lahapa yang di langitdan yang di bumi, dansungguh kami Telahmemerintahkankepada orang-orang yang diberiKitabsebelumkamudan (juga) kepadakamu; bertakwalahkepada Allah. tetapijikakamukafirMaka (ketahuilah), Sesungguhnyaapa yang di langitdanapa yang di bumihanyalahkepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya danMahaTerpuji.”[An Nisa’ 4;131]

Saat Allah menciptakanNabi Adam telahdiberikekuasaan yang kitakenaldengan “khalifah”, adapun kata penggantitersebutdimaksudkandenganduaartilagiyakni; pengganti Allah atauwakil-Nya di mukabumi

5
atausebagaipenggantidarijenismakhluk yang telahdatangterlebihdahuludari Adam. Kalaupunartinyaadalahpenggantijenismanusiasebelumnya, makadalamayat-ayat yang lain dijelaskanbahwa “khalifah” berartipengganti Allah di bumi, untukmengolahbumidanmengaturpelaksanaanhukum Allah [38;26, 6;165].

            Bagi seorang yang mendapat jabatan dan kekuasaan dari Allah ada beberapa kewajiban yang perlu ditunaikan diantaranya;


  1. Menghukum antara manusia dengan keadilan atau kebenaran.
  2. Jangan turut atau mengikuti hawa nafsu.
  3. Pangkat, jabatan, kekuasaan dan derajat itu adalah merupakan ujian dari Allah.
  4. Tugas untuk mengolah bumi dan memimpin manusia itu adalah sebagai ujian juga, sebagaimana orang-orang dahulu yang dijadikan berkuasa di bumi juga dicoba Allah. Maka para penguasa itu mengikuti jejak orang-orang durhaka zaman dahulu ataupun mengikuti para penguasa  yang  shaleh.
  5. Para penguasa itu hendaklah tetap menyembah Allah dan jangan mempersekutukan Allah dengan lainnya.
  6. Jangan pula para penguasa itu durhaka kepada Allah, sebab kalau  durhaka resiko ditanggung sendiri, yakni akibat dari kedurhakaannya itu akan mereka terima berupa siksa Allah.
  7. Orang-orang yang beriman dan berbuat hal-hal yang baik akan dijadikan khalifah Allah di muka bumi.

Demikian besarnya tanggungjawab seorang pemimpin, pemangku jabatan dan penguasa pada level apapun. Salah satu makna “Laa Ilaaha Illalah” adalah “Laa amru illallah” artinya tidak ada Penguasa, Pengatur dan Pemerinah kecuali hanya Allah. Segala kekuasaan dan jabatan yang ada di dunia yang diemban oleh manusia adalah pendistribusian kekuasaan-Nya di dunia ini yang wajib ditunaikan bukan diselewengkan. Itulah makanya para sahabat Nabi, shalafus shaleh tidak begitu ambisius terhadap jabatan, tapi bila jabatan itu diberikan kepadanya maka mereka tunaikan dengan baik. Umar bin Abdul Azis, dikala mendapat jabatan maka ucapan pertama kali bukanlah rasa syukur tapi ucapan seorang yang ditimpa musibah “Innalillahi wainna ilaihi raji’un”.

Tidak sedikit orang ketika sebelum mendapat jabatan siap untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, tapi setelah jabatan itu di tangannya maka dia lupa dengan janji-janji kampanyenya dahulu, maksudnya akan menghauskan KKN [Korupsi, Kolusi dan Nepotisme] tapi sebaliknya malah kengtal sekali KKN-nya sehingga wibawanya di hati ummat tidak lagi dihargai, idealisme yang dahulu dia perjuangkan luntur dan lentur dengan materi dan fasilitas yang tersedia, Rasulullah bersabda:

“Akan dijumpai kelak di tengah-tengah kamu, para pembesar yang cukup mengetahui apa yang semestinya menjadi kewajiban mereka tetapi sayang, mereka itu melakukan kejahatan-kejahatan dan kerusakan-kerusakan.jika para pembesar itu melakkan perbuatan yang baik, mereka sendirilah yang akan menerima pembalasannya, dan kamu haruslah menunjukkan rasa syukur. Tetapi bila pembesar-pembesar itu melakukan kejahatan-kejahatan, maka bencanalah yang akan ditimpakan atas pundak mereka sendiri, sedangkan kamu semua haruslah bersikap tabah dan sabar”[HR.Muslim].

Kepemimpinan Rasulullah tergambar dalam surat dibawah ini;
" Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin." [ At Taubah 9;128]

Ciri kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang  baik dengan kriteria; beliau hadir dari kalangan kaumnya  sendiri sehingga keberadaannya diterima oleh masyarakatnya. Beliau sama-sama merasakan penderitaan masyarakatnya, sesakit dan sesenang bahkan Muhammad adalah orang yang dikala ummatnya menderita beliaulah orang yang pertama merasakan penderitaan itu tapi dikala mendapat kesenangan maka beliaulah orang yang terakhir merasakan kesenangan tadi. Beliau adalah orang yang menginginkan keselamatan untuk rakyatnya sehingga dikala ajal akan menjemput nabi selalu menyebut-nyebut ummatnmya dan beliau adalah orang yang mempunyai kasih sayang terhadap yang dipimpinnya.

Hijrah mengajak kita untuk memilih pemimpin yang amanat dengan meninggalkan pemimpin yang khianat, untuk itu berhati-hatilah dikala diberi kesempatan untuk memilih pemimpin pada level apa saja, baik pemimpin pada level Kabupaten dan Kota yaitu memilih Bupati dan Wali Kota maka pilihlah yang amanah, pada level Provinsi maka pilihlah Gubernur yang amanah, untuk memilih Presiden juga pilih yang amanah memilih Anggota DPR,DPRD dan DPD juga yang amanah sehingga pada semua jajaran kita punya pemimpin yang amanah dan secara otomatis pemimpin yang khianat tidak laku laku dalam kehidupan kita karena pemimpin khianat akan menyengsarakan rakyatnya saja, wallahu a'lam [Cubadak Solok, 26 Muharam 1432.H/ 2 Januari  2011.M].

Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3.HaditsArbainAnNawawi, SofyanEfendi, HaditsWeb 3.0,
4.Pemimpin yang DicintaiRakyatnya, Republica.co,id, 2010
  
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم









Tidak ada komentar:

Posting Komentar