Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Nurul
Yakin
Jorong Cubadak
Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 11
April 2014/ 11 Jumadil Akhir 1435.H
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ،
وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin siding jum’at
Rahimakumullah
Puja dan Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita
sangat banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung nikmat-nikmat
itu. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah Swt tidak memerintahkan kita untuk
menghitung tapi mensyukurinya.
Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat
dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.
Suatu
ketika Nabi Muhammad SAW berdialoq dengan para sahabatnya di Masjid Madinah,
Rasulullah bersabda;
"Bagaimana
kamu jadinya nanti, apabila golongan wanitamu telah durhaka, pemuda-pemuda
telah berbuat fasik dan kamu tidak mau lagi berjihad",
sahabat
bertanya,"Apakah yang demikian akan terjadi ya Rasulullah?".
Rasulullah menjawab,"Demi Allah yang diriku dalam genggamannya, bahkan
yang lebih dari itu akan terjadi",
sahabat
bertanya,"Apakah yang lebih dari itu ya Rasulullah?" Rasulullah
menjawab,"Bagaimana jadinya kamu, kalau kamu tidak lagi mengajak kepada
yang ma'ruf dan tidak lagi melarang perbuatan mungkar?".
Sahabat
bertanya,"Apakah yang demikian akan terjadi ya Rasulullah?"Nabi
menjawab," Demi Allah yang diriku dalam genggamannya, bahkan yang lebih
dari itu akan terjadi",
sahabat
bertanya,"Apakah yang lebih dari itu ya Rasulullah?" Rasulullah
menjawab,"Bagaimanakah kamu, kalau yang ma'ruf sudah kamu lihat sebagai
kemungkaran dan sebaliknya yang mungkar telah terlihat oleh kamu sebagai
sesuatu yang ma'ruf?"
Sahabat
bertanya,"Apakah yang demikian akan terjadi ya Rasulullah?"Nabi
menjawab," Demi Allah yang diriku dalam genggamannya, bahkan yang lebih
dari itu akan terjadi",
sahabat bertanya,"Apakah yang lebih dari
itu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab,"Bagaimanakah jadinya kamu,
apabila kamu telah memerintah orang untuk berbuat mungkar dan sebaliknya kamu
larang orang berbuat ma'ruf?"
Sahabat
bertanya,"Apakah yang demikian akan terjadi ya Rasulullah?"Nabi
menjawab," Demi Allah yang diriku dalam genggamannya, bahkan yang lebih
dari itu akan terjadi",
sahabat bertanya,"Apakah yang lebih dari
itu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab,"Kelak Allah akan
berfirman,"Demi diri-Ku, Aku bersumpah, sungguh-sungguh akan Aku timpakan
kepada mereka bermacam fitnah berupa berbagai bencana, sehingga orang yang
paling lembut hatinya akan resah gelisah, menjadi terbengong-bengong".
Dari
hadits tersebut dapat diambil beberapa pelajaran sebagai bahan kita untuk
mewaspadai datangnya kemurkaan Allah;
1.Wanita telah durhaka
Nabi
Besar Muhammad Saw memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada wanita yang
dapat memberikan ketenangan kepada suaminya, perhatikanlah hadits berikut; ”Sesungguhnya nabi ketika ditanya tentang
perempuan manakah yang terbaik, beliau menjawab, ialah yang menyenangkan bila
dilihat suaminya, diikutinya suruhan suaminya dan tidak diselewengkannya
dirinya dan harta suaminya ke jalan yang tidak disukainya”.
Isteri yang shalehah berarti seorang wanita yang tahu
kewajibannya terhadap Tuhannya dan terhadap suaminya, sehingga si suami
betul-betul merasa yakin bahwa isterinya hanyalah buat dirinya sendiri saja.
Segala yang dilakukannya adalah untuk memberikan kesenangan dan ketenangan
suaminya. Badan yang lelah pulang kerja dapat dikuatkan di dalam rumah tangga
oleh isteri yang shalehah. Rumah tangga yang rapi, makan yang teratur dan
sesuai dengan selera. Ia tidak akan berpakaian yang mencolok di hadapan laki-laki lain yang bukan
suaminya, sehingga menjadi teransang olehnya. Tingkah lakunya, cara ia
berbicara, tidak akan menggoda laki-laki lain. Muhammad Saw bersabda, ” Wanita adalah tiang negara, bila ia baik
maka baiklah negara dan bila ia rusak maka rusaklah negara”. Dan sejarah
kehidupan bangsa-bangsa memperlihatkan kebenaran sabda Nabi Muhammad Saw ini.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir" [Ar Ruum
30;21]
Itulah
keadaan muslimah seharusnya, tapi bila wanitanya telah menjadi orang yang
durhaka kepada Allah dan suaminya maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi
ketika itu, murka Allah akan datang dengan berbagai bencana yang mengerikan.
2.Pemuda-pemuda telah
berbuat fasik
Dalam sebuah hadits, Rasulullah menggambarkan bahwa nanti
ketika di Padang Mashar, seluruh manusia dikumpulkan sejak dari manusia pertama
hingga yang terakhir, waktu itu banyak manusia yang merasa kepanasan yang luar
biasa hingga keringatnya sampai keubun-ubun bahkan berenang dengan keringatnya
tersebut sebab matahari jaraknya se jengkal saja dengan kepala manusia, akan
tetapi terdapat beberapa orang yang tidak merasakan panas, diantara mereka
adalah ”remaja yang hatinya selalu
terpaut di masjid” dan ”pemuda yang
ada peluang untuk berbuat maksiat tapi dia mampu menghindarinya” sungguh
bahagia orang-orang ini dikemudian hari.
Kita
mengharapkan akan muncul tokoh-tokoh muda yang punya tanggungjawab terhadap
ummatnya sebagaimana generasi terdahulu, tokoh muda yang kita maksud adalah
seperti tampilnya Yahya-Yahya baru diabad ini yang memiliki komitmen yang
tinggi terhadap agama, Allah menggambarkan pribadi Yahya sebagaimana firman-Nya
dalam surat Maryam 19;12-14;
”Hai
Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan
kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang
mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang
bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia
orang yang sombong lagi durhaka’’.
Tapi apa jadinya bila pemuda yang tampil adalah pemuda-pemuda yang fasiq, mereka mengerti dengan islam tapi enggan untuk mengerjakannya bahkan cendrung kepada budaya yang dapat merusak, hal ini akan mendatangkan murka dan bencana dikemudian hari.
3.Tidak mau lagi berjihad
Jihad
merupakan tuntutan dari keimanan dalam rangka mempertaruhkan kalimat tauhid
yang diucapkan seseorang ketika mengaku sebagai muslim dengan klasifikasi yang
beragam, baik melalui ilmu, harta, tenaga, politik, ekonomi hingga menyerahkan
jiwa raga demi tegaknya syariat Allah di bumi ini;
’’Sesungguhnya Allah Telah
membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga
untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan
Itulah kemenangan yang besar” [At Taubah 9;111]
Berjihad fisabilillah itu termasuk amal yang
utama,disamping mengerjakan shalat tepat pada waktunya, dan berbakti kepada
kedua orangtua, demikian inti sari hadits dibawah ini;
”Dari Abu
Aburrahman Abdullah bin Mas’ud ra, berkata,”Saya bertanya kepada nabi Saw,”Amal
apakah yang lebih disenangi Allah?” beliau menjawab,”Mengerjakan shalat tepat
pada waktunya” kataku ”Kemudian apa lagi?” sabda nabi,”berbakti kepada kedua
orangtua”, aku bertanya lagi,”Kemudian apa?” sabda nabi,”Berjihad di jalan
Allah”[HR.Bukhari dan Muslim]
Adapun hadits-hadits lain tentang berjihad dan
keutamaannya antara lain adalah,”Berpagi-pagi
di dalam berjuang di jalan Allah atau senja hari adalah lebih baik daripada
mendapatkan keuntungan dunia dan seisinya”[HR.Bukhari dan Muslim]
Keuntungan dunia dengan segala isinya yang diraih manusia
tidaklah seberapa dibandingkan balasan yang akan diterima bagi mujahid di
akherat nanti, dunia hanya sementara, kesenangan yang dirasakanpun semua tiada
abadi, bila kita mampu meraih segala kesenangan dan kenikmatan dunia, paling
lama hanya enampuluh tahun demikian pula halnya kesengsaraan di dunia dirasakan
hanya sebatas usia manusia.
”Menjaga garis
depan dalam berjihad di jalan Allah sehari semalam, adalah lebih baik daripada
puasa dan bangun malam sebulan penuh, dan jika mati ketika itu, amal yang biasa
dilakukan itu dilanjutkan dan diberi pahala dan rezeki serta aman dari fitnah
kubur” [HR.Muslim].
Demikian agungnya jihad bahkan digambarkan oleh
Sayid Qutb bahwa tegaknya islam karena jihad dan runtuhnya islam karena
meninggalkan jihad, bila ummat ini tidak mau lagi berjihad selain kemunduran
islam juga akan didatangkan bencana oleh Allah.
4.Meninggalkan Da'wah
Allah
memberi tugas berat kepada siapa saja yang telah menyandang predikat muslim dan
da’i untuk meluruskan pandangan ummat agar berberak bersama islam dan berjalan
menuju jalan Allah, dalam surat An Nahl 16;125 diterangkan;
”Ajaklah manusia itu ke jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta beragumentasilah dengan mereka
dengan cara yang baik pula”.
Rasulullah
menegaskan kepada ummatnya, ”Sampaikanlah
apa yang telah anda terima dariku meskipun hanya satu ayat”. Ini menunjukkan
betapa pentingnya da’wah demi keselamatan hidup manusia di dunia hingga
akherat. Bahkan seorang syaikh bernama Dr. Musthafa Mashur menyatakan, ”Nahnu Du’at qabla kulli syai’” artinya kami
adalah da’i sebelum menjadi sesuatu apapun.
Target
da’wah secara umum yaitu terciptanya fardhul muslim, pribadi-pribadi yang komit
dengan nilai-nilai islam serta siap untuk memperjuangkan kebenaran ini. Mereka
adalah pribadi yang ”Salamatul fikrah”
yaitu pemikiran yang tidak
terkontaminasi oleh isme yang jahiliyyah. ”Shahihul
ibadah” yaitu ibadah yang hanya mengacu kepada sunnah Rasulullah, ”Salimul Aqidah” artinya aqidah yang
bersih dari syirik, nifaq dan fasiq, dan ”Mathinul
Khuluq” yaitu akhlak yang solid yang menjadikan Rasulullah sebagai
teladannya.
Apa jadinya kelak bila Tidak lagi orang
yang mengajak kepada yang ma'ruf dan tidak lagi melarang perbuatan mungkar,
otomatis da'wah telah ditinggalkan maka kecelakaan dan kehancuran akan terjadi
seiring dengan bencana yang datangnya secara tiba-tiba.
5.Persepsi yang salah
Media masa sangat mempengaruhi persepsi
manusia dalam kehidupannya sehingga yang salah bisa dianggap benar dan
sebaliknya, bahkan untuk merusak ummat
islam orang-orang yang tidak suka kepada agama ini mereka merekayasa
kesalahan, kebatilan dan kemungkaran menjadi yang benar melalui media masa
dengan ungkapan "kesalahan itu bila dilakukan berulang-ulang lama-kelamaan
akan terlihat sebagai sebuah kebenaran", apalagi kesalahan itu dikerjakan
oleh orang-orang terkenal yang dikemas sebaik mungkin sehingga menjadi sebuah
komunitas kebatilan.
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah).[Al An'am 6;116]
Kalau yang ma'ruf sudah dilihat sebagai
kemungkaran dan sebaliknya yang mungkar telah terlihat sebagai sesuatu yang ma'ruf maka akan datang
kehancuran dan malapetaka yang menyengsarakan kehidupan manusia di dunia hingga
di akherat.
6.Apabila telah memerintah
orang untuk berbuat mungkar dan sebaliknya kamu larang orang berbuat ma'ruf?
Memerintahkan kepada kebaikan tidak hanya di mimbar saja tapi di manapun dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan
da'wah tersebut sehingga kehadiran kita di tempat itu bermanfaat bagi orang
lain;
"Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). [Lukman 31;17]
Dimanapun sering terjadi ketidaknyamanan bahkan
kemungkaranpun bisa terjadi sehingga
kita berkewajiban untuk menyingkirkan kemungkaran itu;.
"Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung" [Ali Imran 3;104]
Rasulullah bersabda; "Barangsiapa yang
melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, dan juga tidak mampu maka rubahlah dengan hatinya,
namun yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman"
Bila yang terjadi malah sebaliknya yaitu mengajak kepada
yang mungkar dan melarang kepada yang ma'ruf maka ummat ini tidak ada artinya
lagi hadir di dunia, tinggal menunggu azab Allah semata.
Itulah
gambaran yang disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya sebagai
pelajaran bagi kita untuk tidak terjadi apa yang khawatirkan tersebut, bila hal
itu terjadi maka akan ditimpakan kepada mereka bermacam fitnah berupa berbagai
bencana, sebagai isyarat sebenarnya bencana itu sudah datang silah berganti;
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa
disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan
batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur,
dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka
ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak Menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.[Al
Ankabut 29;40].
tapi kadangkala kita tidak arif menyikapi
bencana itu, apakah sebagai gejala alam saja, sebagai ujian, sebagai peringatan
atau sebagai azab karena kita telah keluar dari komitmen kemusliman kita, wallahu
a'lam. [Cubadak Solok, 04042010]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar