Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Ikhlas
Komplek Pajak Pratama Batam
Kecamatan Batu Ampar
Kota Batam Kepuluan Riau
21 Jumadil Akhir 1439.H / 09 Maret
2018.M
MEMPERBAIKI NIAT
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ibadah dalam arti
khusus seperti shalat, puasa, zakat dan haji, sedangkan secara umum ialah ”seluruh aktivitas seseorang hamba yang
dilakukan tidak bertentangan dengan aturan Allah dan semata-mata mengharapkan
ridha-Nya”. Ibnu Taimiyah mengatakan, ibadah ialah semua kebaikan yang
disenangi Allah. Dalam pengabdian kepada Allah banyak manusia yang memperoleh
hanya haus dan laparnya saja dikala puasa, capeknya saja dari rukuk dan sujud
dikala shalat. Ibadahnya sia-sia karena tidak disandarkan kepada tujuan yang
ikhlas, ulama Salaf berpendapat, ”Kerapkali
amal yang kecil menjadi besar karena
niatnya, dan sering pula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya”.
Dengan kata lain, ikhlas adalah memusatkan pandangan [perhatian]
manusia senantiasa berkonsentrasi kepada Allah. Setiap mukmin senantiasa
melakukan ibadah dengan ikhlas kepada Rabbnya sebagaimana sering kita baca
beberapa ayat ini dalam shalatnya, ”Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan
cendrung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
menyekutukan Allah”.
Dr.
Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw,
menyatakan tentang Memperbaiki Niat ;
Agama-agama lama, terutama agama
Kristen, membagi kehidupan manusia menjadi dua sisi; dunia dan akherat. Mereka
membagi planet bumi ini menjadi dua blok, blok agamawan dan blok orang yang
sibuk dengan dunia.
Anugerah terbesar dari diutusnya
Nabi Muhammad saw, adalah seruan beliau yang menggema di seluruh penjuru bahwa
landasan perbuatan dan etika adalah niat. Umar bin Khattab berkata dari atas
mimbar bahwa Rasulullah saw, pernah bersabda,” Amal-amal manusia itu tergantung
kepada niatnya. Setiap orang mendapatkan pahala sesuai dengan
niatnya.Barangsiapa hijrahnya karena ingin mendapatkan dunia atau menikahi
seorang wanita, maka hijrahnya adalah kepada tujuannya berhijrah.’’[HR.
Bukhari].
Seorang
mukmin dikendalikan oleh iman kepada Allah dan penyerahan diri kepada perintah-perintah-Nya.Hal
itu meliputi seluruh asfek kehidupan dan seluruh bentuk perbuatan.Syaratnya
adalah ada keikhlasan, niatnya benar, dan sesuai dengan manhaj benar yang
dibawa oleh para nabi. [Gema Insani, 2007, hal 35].
Dalam sebuah
hadits Rasulullah menggambarkan ada tiga kelompok manusia yang telah berbuat
banyak di atas dunia, mereka adalah pejuang yang akhirnya syahid dalam
perjuangannya, ilmuwan yang waktunya habis untuk menuntut ilmu dan mengajarkan
ilmunya kepada masyarakat luas, dan kelompok dermawan yang mengorbankan
hartanya untuk jalan Allah, tetapi akhirnya mereka dijebloskan ke dalam neraka
lantaran pejuang berbuat untuk mendapatkan julukan pejuang, sang ilmuwan agar
mendapat gelar cendikiawan begitu juga dengan dermawan agar mereka mendapat
popularitas.
Amal yang mereka perbuat di dunia dikira akan mendapat
pahala tetapi malah sebaliknya, ibarat fatamorgana bagi musafir di padang pasir yang luas, rasa haus dan
letihnya membayangi sebuah oase yang penuh dengan air tapi ketika didekati oase tadi hilang tak berujud,
atau seperti debu yang menempel di batu hitam yang licin, ketika hujan datang
maka debu-debu tadi luntur ke bumi tanpa meninggalkan bekas, ini ibarat bagi
orang-orang yang tidak ikhlas dalam berbuat;
”Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Rabbnya dipagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya” [Al Kahfi 18;28].
Rasulullah bersabda, ”Berhati-hatilah
terhadap amal yang kecil, siapa tahu ketika engkau melakukan amal kecil itu
lansung dicatat sebagai penghuni syurga selama-lamanya”. Amal kecil yang
ikhlas lebih baik dan menjaminnya untuk diterima Allah daripada yang besar tapi tidak ikhlas,
idealnya adalah amal besar tetapi ikhlas.
Dengan kata
lain, ikhlas adalah memusatkan pandangan [perhatian] manusia senantiasa
berkonsentrasi kepada Allah. Setiap mukmin senantiasa melakukan ibadah dengan
ikhlas kepada Rabbnya sebagaimana sering kita baca beberapa ayat ini dalam
shalatnya,
”Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang
menciptakan langit dan bumi dengan cendrung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah”.
Dari sekian derma yang dikeluarkan di jalan Allah, maka
tidaklah seluruhnya akan diterima Allah; bila berderma bukan karena mengharapkan
ridha Allah, berniat bukan karena Allah maka sia-sialah seluruh pemberian tadi.
Ada beberapa hal yang harus dillakukan dan diperhatikan oleh seseorang bila
akan menyalurkan nilai lebih yang terdapat pada dirinya sehingga pemberian
tersebut mempunyai makna, disamping dihitung juga diperhitungkan Allah sebagai
pahala , diantaranya;
1.
Merahasiakan derma
itu, dalam ayat Allah berfirman, ”Apabila
kamu merahasiakan derma kamu dan kamu berikan kepada fakir miskin, maka itu
lebih baik bagimu”. Orang dahulu bila berderma mereka rahasiakan dengan
jalan berderma dengan orang buta sehingga tanpa diketahui oleh orang yang
menerimanya.
2.
Jangan menyakiti
dengan mengungkit derma yang sudah diberikan. Firman Allah dalam surat Al
Baqarah 2;264, ”Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu membatalkan derma kamu
dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti hati, seperti orang yang berderma supaya
dilihat orang”.
3.
Memberi dengan muka
yang bersih. Bagaimanapun baik dan banyaknya pemberian bila diberikan dengan
muka masam, muka merah atau caci maki, maka sangatlah menusuk hati yang
menerimanya. Pemberian yang sedikit lebih baik bila diiringi dengan senyum dan
muka yang tulus.
4.
Dermakan barang
yang paling baik dan yang masih disukai sebagaimana firman Allah dalam surat
Ali Imran 3;93. Pemberian yang baik, disamping barang yang halal juga masih
bermanfaat dan masih kita senangi dengan ukuran bila kita menerima barang
tersebut dari orang lain kitapun merasa senang.
5.
Memberikan derma
kepada sasaran yang tepat. Dalam sebuah firman-Nya dikatakan bahwa derma
itu ditujukan kepada tempat dan sasaran yang tepat untuk
menerimanya seperti panti asuhan, pembangunan madrasah atau membantu anak-anak
yang terlantar pendidikannya.
Niat yang baik atau ikhlas dalam beramal sangat
penting sekali agar ibadah yang dilakukan itu mendapat balasan dari Allah,
bukan amal yang sia-sia, orang yang iman dan niatnya tidak baik maka ibadah
atau kebaikan yang dilakukannya tidak mendapatkan pahala dari Allah,
sebagaimana Khutbah Jum’at yang disampaikan olehHartono
Ahmad Jaiz;
Ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadits-hadits Nabi Muhammad saw banyak yang menegaskan tidak adanya pahala bagi
orang kafir, musyrik, munafiq, tidak beriman, dan bahkan orang Islam yang
berbuat baiknya bukan karena Allah swt tetapi karena riya’, yaitu pamer
kebaikan untuk dilihat orang lain
Bukan ikhlas karena Allah swt.
Sehingga dari ayat-ayat dan hadits Nabi saw telah jelas bahwa orang kafir, baik
mereka itu dari Ahli Kitab (Yahudi dan
Nasrani) yang tidak masuk Islam, maupun orang-orang kafir musyrik (bukan Ahli
Kitab, beragama apapun) maka tidak ada pahala bagi mereka, dan kelak di akherat
kekal di neraka. Itu jelas dalam Al-Qur’an Surat Al-Bayyinah ayat 6.Selain
orang kafir, orang yang mengaku Islam tetapi sebenarnya kafir (yaitu munafiq), mereka
juga tidak ada pahala apa-apa di akherat.
Orang kafir dan munafiq (menampakkan
dirinya Islam tetapi hatinya kafir) itu agamanya sama, yaitu agama kekafiran.
Orang kafir itu sendiri agamanya berbeda-beda, hanya saja di dalam istilah
Islam sudah dikategorikan bahwa al-kufru millah waahidah, kekafiran itu adalah
agama yang satu. Berbeda-beda agamanya (yakni selain Islam) tetapi sama
kafirnya. Itu semua mereka tidak berpahala, dan di akherat kelak tempatnya di
neraka selama-lamanya. Itu jelas dalam Al-Qur’an:
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli
Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di
dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS
Al-Bayyinah/ 98: 6).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar