Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Baitul Taqwa
Komplek
Perkantoran Bea Cukai
Kecamatan Batu Ampar Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
6 Muharam 1438.H/ 7 Oktober 2016.M
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
MAKNA HIJRAH
Tahun baru Hijriyah adalah
sistem penanggalan Islam yang didasarkan pada peristiwa hijrah yang dilakukan
oleh Nabi dan para sahabatnya. Peristiwa tersebut menjadi starting point
peradaban Islam menuju puncak kejayaan.
Dari peristiwa hijrah itu,
spirit iman menjadi nyata dalam kata dan perbuatan, sehingga tidak heran jika
setelah hijrah banyak sekali para sahabat yang memiliki kepribadian unggul nan
mengagumkan. Perubahan mindset benar-benar terjadi secara totalitas pada diri
seluruh umat Islam kala itu.
Secara bahasa, hijrah artinya
berpindah. Sementara itu dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan
perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama para sahabat dari Makkah
ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa
akidah dan syari’at Islam.
Mereka yang berhijrah kala itu
adalah Muslim yang tidak lagi memiliki tujuan apa-apa selain daripada rahmat
Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka
itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 218).
Pada ayat yang lain Allah tegaskan bahwa orang yang berhijrah
itulah orang yang terbukti benar keimanannya.
“Dan orang-orang yang
beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan
dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74).
Maka dari itu, mereka yang
berhijrah di jalan Allah adalah orang yang tinggi derajatnya dan termasuk orang
yang mendapat kemenangan besar.
“Orang-orang yang beriman
dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri
mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang
yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah [9]: 20).
Menafsirkan ayat tentang
hijrah pada QS. 9: 20 Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an
mengatakan bahwa, Sesungguhnya tidak ada wujud hakiki (dari keimanan seorang
Muslim) hanya semata-mata memeluk akidah, dan bukan pula dengan semata-mata
melaksanakan ibadah-ibadah ritual.
Agama ini adalah manhaj
kehidupan yang tidak tercermin wujud nyatanya kecuali dalam akumulasi gerakan,
dalam bentuk masyarakat yang bekerja sama bahu-membahu. Adapun keberadannya
dalam bentuk akidah hanyalah wujud hukmi
(secara hukum) saja, bukan wujud riil, kecuali bila tercermin dalam bentuk
gerakan nyata.
Dengan demikian makna hijrah
dapat dipahami sebagai suatu gerakan perpindahan secara totalitas, mulai dari
fikriyah hingga amaliyah, dari jahiliyah menuju Islamiyah dalam satu gerakan
yang rapi, sistemik dan keseluruhan, baik dalam konteks pribadi maupun sosial.
HIKMAH HIJRAH (HIKMAH 1 MUHARRAM)
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.QS Al Hasyr:18).
Munculnya
gagasan menjadikan “hijrah” sebagai permulaan tahun Islam muncul di zaman
pemerintahan khalifah Umar bin Khathab ra. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
perlunya menentukan perhitungan tahun Islam secara mandiri. Gagasan dilontarkan
oleh Ali bin Abi Thalib ra yang kemudian disepakati para sahabat.
Kemudian
Khalifah Umar pun menetapkan hijrah sebagai permulaan tahun Islam. Ia
menjadikan penanggalan itu sebagai jaman baru pengembangan Islam, karena
penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi
harganya bagi agama dan umat Islam, yaitu saat umat Islam meninggalkan Makkah
menuju Yatsrib (Madinah).
Hitungan
tahun hijriah didasarkan pada perhitungan awal pemunculan cahaya bulan atau
Qomariyah, hitungannya dimulai saat terbenamnya matahari pada akhir hari
sebelum 1 Muharam.
Nama-nama
bulan dalam satu tahun antara lain: Muharam (bulan yang disucikan), Safar
(bulan yang dikosongkan), Rabial-Awwal (musim semi pertama), Jumad Al-Sani
(musim semi kedua), Rajab (bulan pujian), Syaban (bulan pembagian), Ramadhan
(bulan yang amat panas), Syawal (bulan berburu), Zul-Qaidah (bulan
beristirahat), dan Zul Hijjah (bulan ziarah).
Sistem
penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’.
Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan
personifikasi, tetapi diambil dari peristiwa yang menjadi titik balik sejarah
perjuangan pada masa awal penyebaran agama Islam.
Hijrahnya
Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam adalah
bentuk optimisme dan hijrah mengandung nilai dan peradaban. Ketika Nabi hijrah menuju kota yang disebut Yastrib,
jelasnya, beliau lantas merubah nama kotanya menjadi Madinah, disitulah Nabi Shalallahu
Alaihi Wasallam memulai sebuah peradaban
baru dan nilai-nilai baru yang ditanamkan, yang kini populer kita kenal sebagai
masyarakat madani.
Sikap
optimisme yang ditunjukkan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam penting untuk dijadikan pembelajaran ketika
kita menghadapi krisis seperti yang terjadi saat ini. Disamping itu,
kebersamaan juga merupakan salah satu kunci keberhasilan mencapai perubahan.
Hal itu dibuktikan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam yang saat itu bersama Abu Bakar sedang dikejar-kejar kaum Qurais, lantas bersembunyi di dalam gua. kemudian, Abu Bakar merasa khawatir terhadap keselamatan Nabi, dan Nabi mengatakan,” Wahai, Abu Bakar janganlah takut karena Allah bersama kita.”
Berbeda ketika zaman Nabi Musa AS, yang saat itu juga sedang melaksanakan hijrah. Pada suatu saat dimana kaum Firaun mengejar-ngejar beliau dan kaumnya, Nabi Musa pun berkata,” Wahai kaumku, janganlah takut karena Tuhan Bersamaku.”. Itulah bentuk kebersamaan yang diajarkan Rasulullah terhadap umatnya dalam peristiwa hijrah.
Hal itu dibuktikan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam yang saat itu bersama Abu Bakar sedang dikejar-kejar kaum Qurais, lantas bersembunyi di dalam gua. kemudian, Abu Bakar merasa khawatir terhadap keselamatan Nabi, dan Nabi mengatakan,” Wahai, Abu Bakar janganlah takut karena Allah bersama kita.”
Berbeda ketika zaman Nabi Musa AS, yang saat itu juga sedang melaksanakan hijrah. Pada suatu saat dimana kaum Firaun mengejar-ngejar beliau dan kaumnya, Nabi Musa pun berkata,” Wahai kaumku, janganlah takut karena Tuhan Bersamaku.”. Itulah bentuk kebersamaan yang diajarkan Rasulullah terhadap umatnya dalam peristiwa hijrah.
Selain
itu, hijrah juga mengajarkan kepada kita tentang perlunya perencanaan yang
matang, kerja keras dan kebersamaan untuk mencapai sebuah tujuan. Sebagaimana
yang telah dilakukan kaum muslimin ketika hijrah ke madinah.
Peristiwa
hijrah Rasulullah memang telah berlalu selama 1431 tahun. Tetapi makna dan
spirit hijrah harus tetap tertanam dalam hati dan jiwa kaum muslimin. Kaum
muslimin harus “berhijrah” dengan meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah
menuju kepada ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:”Orang yang berhijrah adalah yang (meninggalkan) apa-apa yang
dilarang oleh Allah SWT”. (HR Bukhori).
GERAKAN
PERUBAHAN DIRI
Momentum
hijrah tahun ini hendaknya benar-benar kita maknai sebagai media perubahan diri
yang maksimal dalam penyempurnaan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala.
Sebab, jika tidak, boleh jadi kita merasa biasa saja dalam hidup ini. Seolah
telah menjadi baik, padahal belum.
Momentum hijrah ini adalah
media yang tepat untuk mendata secara mendetail siapa sebenarnya diri kita.
Apakah yang paling kita cintai dalam hidup ini, apakah yang paling sering kita
pikirkan dalam hidup ini, dan apa yang sebenarnya ingin kita raih dalam
kehidupan dunia ini.
Menghadirkan pertanyaan
semacam itu misalnya, akan sangat membantu setiap jiwa mengetahui siapa dirinya
dan kemudian menetapkan tujuan dan posisi sebagai seorang Muslim secara tepat.
Sebab, disadari atau tidak, kita evaluasi atau tidak diri kita, atau kita catat
atau tidak amal perbuatan kita, Allah melalui malaikat-Nya tak pernah lengah
mencatat amal kita sehari-hari.
“Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar Rad [13]:
11).
Menurut Ibn Katsir, setiap
manusia dikelilingi empat malaikat, empat di siang hari dan empat di malam hari
yang bertugas mengawasi setiap manusia secara bergiliran, dua sebagai penjaga
dan lainnya sebagai pencatat amal perbuatannya.
Mungkin selama ini kita lupa
tentan hal ini, maka di momentum hijrah ini kita harus benar-benar atur diri
kita untuk sebisa mungkin melakukan amalan sholeh sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Karena sesungguhnya, akan bagaimana
kita ke depan sangat ditentukan oleh bagaimana kita hari ini.
Artinya, semakin baik kita
dalam keseharian, itu berarti Malaikat tidak menghadap Allah kecuali melaporkan
kebaikan, insya Allah kebaikan di masa depan itu pasti menjadi kenyataan.
Karena ;
setiap kebaikan berbalas kebaikan (QS.Ar Rahman 55: 60
dan setiap kebaikan yang kita lakukan kembali pada kita sendiri (QS.Al A’raf 17: 7).
Di sinilah setiap Muslim harus
melakukan agenda perubahan. Dengan spirit hijrah, itu bukan suatu yang
mustahil. Sebab, Allah tidak akan pernah merubah suatu kaum (termasuk pribadi
kita) jika kita sendiri tidak mau merubahnya
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra’du 13: 11).
Jika Rasulullah dan sahabat
berhasil menjadi Muslim kaffah dengan berhijrah, mengapa kita tidak
meneladaninya dengan target dan tujuan yang sama sebagai wujud nyata bahwa kita
benar-benar ingin berubah?*
Dari
Berbagai Sumber
[Batam,
3 Oktober 2016]
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH
KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar