Kamis, 28 Juli 2016

169. Ikhlas dalam Beramal





Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Syiah Kuala
 Eks. Pasar Tanjung Uma
Kecamatan Lubuk Baja  Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
24 Syawal 1437.H/ 29 Juli  2016.M


IKHLAS DALAM BERAMAL
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
أَمَّابَعْدُ؛؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Selayaknya kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada kita sehingga kalau kita hitung-hitung nikmat tersebut sungguh tidak terkira jumlahnya, bila nikmat itu kita syukuri maka akan ditambah-tambah oleh Allah dengan nikmat yang lain dan sebaliknya bila diingkari maka azab Allah akan diberikan, dari sekian nikmat-Nya adalah nikmat iman dan islam sehingga kita masih merasakan bagaimana indahnya hidup dalam dekapan hidayah-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat tersebut.

Shalawat dan salam kita sampaikan pula kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang telah menuntun ummatnya ke jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang dahulu yang diberi nikmat oleh Allah.

Khatib mengajak kita semua untuk meningkatkan iman dan taqwa sebagai bekal untuk memasuki kehidupan yang pasti dan abadi yaitu kampung akherat.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
            Dalam  Hadits  Arbai’in yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi  dengan judul Ikhlas disebutkan;
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
ArtiHadits / ترجمة الحديث :
Dari AmirulMu’minin, AbiHafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda :Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dianiatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dianiatkan.
 (Riwaya tdua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhoridan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .
Catatan :
Hadits  ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata :Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata :Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata :Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “MuhajirUmmi Qais” (Orang yang hijrah  karena Ummu Qais).

Pembahasan
Dalam melaksanakan ajaran Islam diantaranya masalah ibadah, secara luas atau ibadah yang sempit, diharapkan ialah ketulusan dalam melaksanakannya. Amal yang dilaksanakan dengan ikhlas, semata-mata mengharapkan ridha Allah, tetapi walaupun amal tersebut besar belum tentu membuahkan hasil yang besar karena bukan didorong oleh niat yang ikhlas.

            Ulama Salaf [ulama pada masa dahulu] pernah memberikan suatu pendapat yang berhubungan dengan niat dalam beramal, ”Kerapkali amal yang kecil menjadi besar karena niatnya, dan seringpula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya”.

            Berhijrah dari Mekkah ke Madinah pada masa Rasulullah merupakan amal yang besar, tiada balasannya selain syurga, nilainya akan kecil bila dilaksanakan bukan karena Allah, dia pergi hanya mengikuti seorang wanita yang akan dinikahinya. Sahabat menanyakan kepada Rasul bagaimana pahalanya, kemudian Rasul menjawab, ”Sesungguhnya amal itu terletak pada niatnya, barangsiapa yang berhijrah karena dunia maka dia akan memperoleh dunia itu dan barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka dia akan memperoleh pahala yang baik dari Allah”.

            Ibadah yang ikhlas akan tertanam pada setiap jiwa mereka yang beriman bila mereka telah mampu mengkaji dan menghayati kerangka ajaran Islam yang kesatu yaitu Aqidah. Bila aqidah seseorang telah mapan dan kuat, maka jangankan ikhlas dalam beribadah bahkan mengorbankan apa saja yang dituntut agama dengan senang hati akan dilaksanakannya. Jangankan mengorbankan waktu shalat yang hanya sekian menit, bahkan harta serta jiwanya dia rela memberikan kepada Allah.

            Lukmanul Hakim seorang pendidik yang namannya terangkum indah dalam Al Qur’an, tidak buru-buru mengajarkan shalat kepada anaknya. Dia lebih mengutamakan penanaman aqidah, setelah keimanan ini mantap barulah meletakkan fungsi ibadah pada urutan berikutnya, jelasnya kalau iman seseorang sudah mantap maka masalah ibadah, masalah shalat, berbuat baik kepada orangtua tidak perlu lagi dipaksakan.

            ikhlas adalah memusatkan pandangan [perhatian]  manusia agar senantiasa berkonsentrasi kepada Allah. Setiap mukmin senantiasa berkonsentrasi kepada Allah. Setiap mukmin senantiasa melakukan perjanjian ikhlas dengan Rabb-nya, sebagaimana sering kita baca beberapa ayat di dalam shalat, 
’”Sesungguhnhya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cendrung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menserikatkan Allah” [Al An’am 6;79]

            Ibadah yang ikhlaslah yang diperhitungkan Allah walaupun sedikit serta tidak disaksikan orang lain;
 ”Sekiranya kamu terangkan apa yang ada di hatikmu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah akan memperhitungkan kamu juga”[Al Baqarah 2;284]. 

            Tidak ada artinya bila ibadah tersebut disandarkan kepada yang lain, disamping beribadah kepada Allah juga kepada makhluk, masih mencari tandingan-tandingan selain Allah, seperti yang dilakukan ummat islam di lapisan masyarakat, mendatangi kuburan dan dan dukun-dukun untuk memohon do’a dan berkah, percaya dengan batu-batu dan keris dengan segala keramatnya.

Puasa dilaksanakan dengan baik ketika mertua ada di rumah, tentang amalan yang dikerjakan dengan riya’, Allah berfirman;
”Jika kamu mensekutukan Allah niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”[Az Zumar 39;65].

            ”Dan janganlah kamu hinakan aku dihari mereka dibangkitkan, yaitu ketika harta dan anak-anak tiada berguna, kecuali mereka yang menghadap kepada Allah dengan hati yang bersih”[Asy Syu’ara 26;87,89].

            Keikhlasan hati tidak akan tercermin kecuali pada orang yang amat dalam mahabbah [kecintaannya] kepada Allah, dan perhatiannya lebih terfokus pada akherat, tanpa tertempel di hatinya tujuan dunia. Orang seperti ini bila ia makan, minum, bekerja, bahkan buang hajat sekalipun akan tetap ikhlas. Sedangkan orang yang tidak mencintai Allah dan meyakini akherat maka pintu ikhlas tertutup baginya.

Fudhail bin Iyadh merumuskan amal yaitu,” Meninggalkan amal karena manusia disebut ria, beramal karena manusia disebut syirik”.

            Dalam sebuah hadits, seorang lelaki datang kepada Rasul tentang melakukan amal secara sembunyi-sembunyi karena ikhlas kemudian orang lain melihatnya, orang yang melihat tadi mencontohnya, Nabi menerangkan,”Orang yang beramal itu mendapat dua pahala, pahala karena disembunyikan [bukan pamer] dan pahala karena terbuka [agar dicontoh orang].

            Pada hari kiamat nanti akan dihadapkan dalam suatu persidangan Maha Adil yaitu tiga orang tokoh yaitu; pejuang, cendikiawan dan hartawan. Kelompok ini ditanya tentang perbuatannya oleh Allah dengan segala kebenarab sesuai dengan niat dan hati nurani masing-masing;

            Kaum pejuang berkata bahwa mereka berjuang dan bertempur  pada jalan Allah sehingga tewas di medan jihad, Allah menghardik mereka dan memasukkan ke neraka karena mereka berjuang bukan karena Allah dengan mempertahankan agama tapi hanya mengharapkan supaya disebut pahlawan,diberi bintang jasa dan dimakamkan di pekuburan para pahlawan.

            Kaum cendikiawan dihadapkan pula di pengadilan dengan pengakuan bahwa dia menuntut ilmu lalu mengajarkan ilmunya kepada orang lain dan tidak lupa membaca dan mempelajari Al Qur’an, semua itu dilakukan mencari ridha Allah. Tapi Allah tidak menerima amalnya , sebab dia belajar dan mengajar agar disebut dan digelari orang pintar, selalu membaca AlQur’an agar disebut sebagai qari dan qari’ah, maka tempat merekapun dalam neraka.

            Kelompok ketiga yaitu hartawan juga ditempatkan ke neraka karena memanfkahkan hartanya supaya disebut dermawan padahal habis sudah dana yang dia kumpulkan, tapi sia-sia karena berbuat tidak ikhlas.

            Sungguh  sangat kasihan orang yang berbuat demikian, ibarat fatamorgana, disangka pahala yang telah banyak dikumpulkan tapi kosong hasilnya, atau seperti debu yang menempel pada batu licin yang hitam, saat dihembus angin gugur semua  nya, disangka pahala sudah banyak padahal hangus ditelan oleh hati yang tidak suci, disangka telah berbuat kebajikan yang banyak padahal membawa ke neraka, untuk itulah niat, hati harus suci dari segala karat yang dapat mendatangkan kerugian.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُم


Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
 عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar