Kamis, 04 Agustus 2016

170. Dampak Beramal Ikhlas










Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid At Taqwa
 Kompleks SMKN 2 Batam
Kecamatan Batam Center  Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
2 Zulqaidah 1437.H/ 5 Agustus  2016.M



DAMPAK BERAMAL IKHLAS
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
أَمَّابَعْدُ؛؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Selayaknya kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada kita sehingga kalau kita hitung-hitung nikmat tersebut sungguh tidak terkira jumlahnya, bila nikmat itu kita syukuri maka akan ditambah-tambah oleh Allah dengan nikmat yang lain dan sebaliknya bila diingkari maka azab Allah akan diberikan, dari sekian nikmat-Nya adalah nikmat iman dan islam sehingga kita masih merasakan bagaimana indahnya hidup dalam dekapan hidayah-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat tersebut.

Shalawat dan salam kita sampaikan pula kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang telah menuntun ummatnya ke jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang dahulu yang diberi nikmat oleh Allah.

Khatib mengajak kita semua untuk meningkatkan iman dan taqwa sebagai bekal untuk memasuki kehidupan yang pasti dan abadi yaitu kampung akherat.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
            Dalam  Hadits  Arbai’in yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi  dengan judul Ikhlas disebutkan;
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
ArtiHadits / ترجمة الحديث :
Dari AmirulMu’minin, AbiHafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda :Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dianiatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dianiatkan.
 (Riwaya tdua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhoridan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .
            Ibadah yang ikhlas akan tertanam pada setiap jiwa mereka yang beriman bila mereka telah mampu mengkaji dan menghayati kerangka ajaran Islam yang kesatu yaitu Aqidah. Bila aqidah seseorang telah mapan dan kuat, maka jangankan ikhlas dalam beribadah bahkan mengorbankan apa saja yang dituntut agama dengan senang hati akan dilaksanakannya. Jangankan mengorbankan waktu shalat yang hanya sekian menit, bahkan harta serta jiwanya dia rela memberikan kepada Allah.

            Lukmanul Hakim seorang pendidik yang namannya terangkum indah dalam Al Qur’an, tidak buru-buru mengajarkan shalat kepada anaknya. Dia lebih mengutamakan penanaman aqidah, setelah keimanan ini mantap barulah meletakkan fungsi ibadah pada urutan berikutnya, jelasnya kalau iman seseorang sudah mantap maka masalah ibadah, masalah shalat, berbuat baik kepada orangtua tidak perlu lagi dipaksakan.
           
            Dalam sebuah hadits, seorang lelaki datang kepada Rasul tentang melakukan amal secara sembunyi-sembunyi karena ikhlas kemudian orang lain melihatnya, orang yang melihat tadi mencontohnya, Nabi menerangkan,”Orang yang beramal itu mendapat dua pahala, pahala karena disembunyikan [bukan pamer] dan pahala karena terbuka [agar dicontoh orang].

           
”Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya dipagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya” [Al Kahfi 18;28].

            Rasulullah bersabda, ”Berhati-hatilah terhadap amal yang kecil, siapa tahu ketika engkau melakukan amal kecil itu lansung dicatat sebagai penghuni syurga selama-lamanya”. Amal kecil yang ikhlas lebih baik dan menjaminnya untuk diterima  Allah daripada yang besar tapi tidak ikhlas, idealnya adalah amal besar tetapi ikhlas.
                       
            Salah satu sebab Allah tidak mau memandang manusia pada hari kiamat ialah mereka yang beramal, berbuat kebaikan kemudian kebaikan tersebut diungkit-ungkit kembali. Kalau dia tulus berbuat baik kepada manusia maka dia tidak akan mengungkit – ungkit kebaikan apa yang pernah diberikannya kepada orang lain, walaupun tidak diungkit-ungkit maka kebaikan itu akan tetap terkenang oleh penerimanya. Kebaikan akan gugur dan sia-sia karena diungkit kembali baik dengan  ucapan maupun tindakan seperti, ”Anda tidak akan sejaya ini kalau tidak karena bantuan yang saya berikan, kamu tidak akan jadi kaya kalau bukan karena saya, dia itu sukses karena sumbangan dan bantuan baik kita” dan lain sebagainya ucapan yang dilontarkan.

Semua amal apa saja yang kita lakukan, kecil apalagi besar membutuhkan konsentrasi keikhlasan, semua kerjaan harus disandarkan kepada Allah, seperti kita dianjurkan membela negara dari segala bentuk penjajahan tapi semua itu dimotivasi karena Allah.

            Mengangkat martabat dan harkat bangsa di mata dunia apalagi dari tindasan penjajah bangsa lain, baik penjajah fisik, ekonomi, politik, budaya dan penjajahan idiologi merupakan kewajiban setiap warga negara, perbuatan ini disebut dengan jihad fisabilillah, kalau perjuangan membela bangsa dan negara dilandasi ridha Allah, Allah berfirman dalam surat An Nisa’ 4;76,
”Orang-orang yang beriman, berperang dijalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang dijalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaithan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”.

            Jika seseorang menginfaqkan rezeki yang diperolehnya, ia mengharapkan timbal baliknya, baik dari segi kehormatan atau materi di alam fana, maka hal itu bukan ”Fisabilillah” namun bila anda berbuat kebaikan terhadap fakir miskin dengan mengharapkan keridhaan Allah, jangan disangsikan lagi pekerjaan anda itu mesti akan bernilai fisabilillah. Dengan demikian fisabilillah adalah setiap pekerjaan dan cita-cita anak manusia yang ikhlas dijalankan demi keselamatan dan kesejahteraan sosial dengan mengharapkan ridha Allah tanpa disertai oleh rasa hawa nafsu dan syahwat.

            Silahkan membela kepentingan bangsa dan untuk menegakkan negara berdaulat dengan segala  kekuatan dan daya upaya melalui profesi, prestasi tapi semata-mata karena Allah, tidak dibungkus dengan maksud lain. Cinta kepada negara dan bangsa wajar dan boleh saja tapi terlalu cinta kepada bangsa dan negara tidak dibenarkan dalam islam, karena bagi ummat Islam tanah ummat Islam bukan Arab atau Indonesia saja, dimana ada ummat Islam maka disanalah negeri Islam.


Tentu maju dan mundurnya menjadi tanggungjawab seluruh ummat Islam yang ada di dunia ini. Tanah Islam jauh membentang, penderitaan yang dialami  ummat Islam Moro, Afghanistan, Chechnya, Bosnia, Kasymir, Dagestan, Ambon, Aceh sejak dari Maroko sampai Merauke, dari India sampai Palestina merupakan masalah ummat Islam, walaupun terletak dalam negeri suatu bangsa, tetapi tanggungjawabnya meliputi seluruh ummat Islam, Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang tidak memperhatikan ummat Islam berarti dia bukanlah ummatku”.

            Tentang perjuangan membela negara dan bangsa sesuai kemampuan yang ada dilandasi dari mencari ridha Allah agar kalimat Allah tegak di negara itu, untuk itu semua perlu adanya pembinaan pribadi sebagaimana kata Ustadz Musythafa Mashur, ”Tegakkanlah Islam itu di  dirimu niscaya dia akan tegak di negaramu”.

            Seorang sahabat bertanya kepada Rasul, bagaimana bila ada orang yang berjuang dan membela agama Allah karena kegagahannya, mengharapkan ghanimah ? maka Rasulullah mengatakan bahwa pahalanya tidak akan diperoleh, tapi seluruh aktivitas apa saja dalam rangka mencari ridha Allah, sesuai dengan ghayah [tujuan], manhaj [sistim] yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya maka dia akan bernilai ibadah dan mendapat pahala dari-Nya. Jabatan diraih dengan KKN jelas sebuah kecurangan, walaupun akhirnya diperoleh dan jaya juga maka dihadapan Allah tidak bernilai, senantiasalah kita meraih segala kejayaan dengan cara yang dituntunkan sistim Islam.

            Satu ketika Khalifah Umar bin Khattab mengirim pasukan dibawah pimpinan komandan perang bernama Khalid bin Walid, peperangan berlansung dengan dahsyatnya, banyak pasukan yang tewas di ujung pedang pasukan muslim sehingga mengkhatirkan sang Khalifah, maka Umar mengirim secarik surat untuk sang Komandan Perang yaitu Khalid bin Walid. Diantara kecamuk perang Khalid menerima dan membaca surat itu, dia paham benar maksud sang Khalifah, surat dia simpan lalu peperangan tetap berlanjut hingga tiba saatnya istirahat.

            Khalid bin Walid menyerahkan surat itu dan kepemimpinan kepada sahabat yang sudah ditunjuk oleh Umar bin Khattab, sahabat yang ditunjuk sebagai penggantinya merasa tidak enak sehingga dia menolak, tapi ini sebuah perintah dari pimpinan, maka dengan berat hati dia terima jabatan itu. Kembali peperangan dimulai, kini sang komandan perang masuk ke kancah peperangan sebagai pasukan biasa, disela-sela peperangan itu, seeorang sahabat menghampiri Khalid dan bertanya, ”Wahai saudaraku, maaf kalau ada mengusikmu, aku mau bertanya, bagaimana perasaanmu ikut berjihad sebagai komandan perang dan kini kau hanya seorang prajurit biasa”. Dengan dengan Khalid bin Walid menjawa,”Aku berjihad karena Allah bukan karena Umar, apakah sebagai komandan perang atau sebagai prajurit bagiku tidak jadi soal, amanat itu akan ku jalankan dengan baik”.

Aqidah atau keyakinan Islam memberi pengaruh kepada hidup pemiliknya. Demikian pula sikap ikhlas yang bersemayam di hati mukmin memberi manfaat bagi dirinya dalam mengarungi lautan kehidupan. Manfaat ikhlas itu antara lain:

            1. Ikhlas adalah syarat utama diterimanya amal seseorang muslim di hadapan Allah, tanpa ikhlas maka amal akan ditolah dan sia-sia. Seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan berkata, ”Bagaimana pendapat tuan akan seorang laki-laki yang tampil ke medan laga untuk berperang mencari harta rampasan dan karena popularitasnya ? Rasulullah menjawab, ”Ia tidak memperoleh apa-apa” laki-laki itupun penasaran dan bertanya sampai tiga kali, Rasul tetap menjawab, ”Ia tidak memperoleh apa-apa” kemudian beliau bersabda, ”Allah tidak menerima suatu amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas demi mencari keridhaan-Nya semata’ [HR. Abu Daud].

            2. Ikhlas itu salah satu syarat seseorang untuk terjauh dari godaan syaitan, surat Al Hijr 15;39-40 Allah berfirman,
”Iblis berkata, ”Ya Rabbku, sebab Engkau telah memutuskan aku sesat, pasti aku akan jadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba Engkau yang Mukhlis [ikhlas] diantara mereka”.

            3. Dengan sikap ikhlas seorang muslim akan merasa tentram di dunia, tanpa keraguan dan mencapai kebahagiaan hakiki, dalam surat Al An’am ayat  82 Allah berfirman,
 ”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman [syirik] mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.

            4. Mereka yang hidupnya dipenuhi dengan keikhlasan akan diselamatkan dari neraka jahanam dan akan menghuni syurga jannatun na’im, sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat berikut,
 ”Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya di jalan Allah untuk membersihkannya, padahal tidak seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi dia memberikan itu semata-mata karena mencari keridhaan Rabbnya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” [Al Lail 92;17-21].

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُم


Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
 عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ




Tidak ada komentar:

Posting Komentar