Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Darul Hikmah
Baloi Indah, Kampung Pelita
Kecamatan Lubuk Baja Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
10 Syawal 1437.H/ 15 Juli
2016.M
IDUL FITRI , HALAL BIL HALAL
DAN SILATURAHIM
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا
الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا
الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ
الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin, jamaah jum’at yang dirahmati
Allah
Pertama sekali kita sanjungkan
puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan
karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita masih dapat melaksanakan
ibadah puasa Ramadhan tahun ini, semoga ibadah puasa yang kita lakukan sekian
hari akan dibalas pahala disisi-Nya, dan kita juga diberi kemampuan untuk
menyelesaikan ibadah puasa selanjutnya. Semoga kita dapat menjadikan Ramadhan
ini manjadi tahun terakhir bagi kita agar kita memanfaatkannya dengan
sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang telah mengorbankan segala potensi
hidupnya untuk menyelamatkan ummat manusia di dunia ini, kita dituntut untuk
meneladani beliau dalam seluruh asfek kehidupan karena beliaulah teladan abadi
sepanjang sejarah kehidupan ini.
Kemudian dengan kerendahan hati
khatib mengajak kita semua, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa
kita kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taqwa yang diujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui
amaliah ibadah yang kita lakukan sebagai bekal memasuki kehidupan kekal abadi
yaitu kampung akherat.
Hadirin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Sumber hari raya dalam islam ada dua
yaitu yang berasal dari syariat adalah Idul Fithri dan Idul Adha, sedangkan
yang berasal dari sejarah dapat kita lihat seperti tahun baru Muharam, Maulid
Nabi, Isra’ Mi’raj dan Nuzulul Qur’an.
Pada bulan ini kita masih berada dalam suasana Idul Fithri setelah satu
bulan kita berjuang mengenyampingkan hawa nafsu dengan harapan ibadah puasa
kita membuahkan taqwa.
Idul Fithri menurut bahasa artinya
kembali, fithri yaitu kejadian atau kesuian, sedangkan menurut istilah artinya
kembali kepada sifat-sifat asli manusia pada waktu kejadian, sebagaimana sabda
Nabi yang artinya, tiap ada yang dilahirkan dalam keadaan fithrah/suci.
Tak hanya di kampung-kampung,
tradisi saling bermaaf-maafan ini juga menjadi tradisi rutin yang digelar
instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta.Para pemimpin instansi dan
perusahaan itu menjadikan momen halal bihalal sebagai medium bermaaf-maafan
kepada karyawan dan bawahannya.Begitu sebaliknya.
Di Indonesia, kata “halal bihalal”
sendiri memilki makna khusus. Maknanya lebih dekat dengan pengertian saling
memaafkan atas segala salah dan khilaf agar bisa kembali menjadi manusia suci
(fitr). Karena itu, pan perkataan yang biasa dilontarkan: Minal Aidin wal
Faizin, semoga termasuk orang-orang yang kembali dan beruntung.
Padahal, kata “halal” umumnya
terkait erat dengan konteks hukum berarti sesuatu yang diizinkan atau
dibolehkan.Maknanya meliputi sesuai yang boleh dimakan atau dilakukan. Lawan
katanya, “haram”, sesuatu yang dilarang dan bagian dari lima kriteria hukum
selain wajib, sunnah, makruh, dan mubah. Keempat kategori itu masuk dalam
kategori halal.
Intinya halal bil halal itu adalah
dalam rangka mempererat silaturahim antar sesama muslim yang merupakan ujud
dari berjalannya ukhuwah islamiyyah yang seharusnya silaturahim itu
diperbaharui bukan hanya saat idul fithri saja tapi kapan saja silaturahim
harus dipupuk, disambungkan terus dan jangan diputuskan.
Sesungguhnya silaturahmi merupakan amal shalih yang
penuh berkah, dan memberikan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat,
menjadikannya diberkahi di manapun ia berada, Allah swt memberikan berkah
kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang segera maupun yang
tertunda. Keutamaannya sangat banyak, profitnya melimpah, buahnya matang,
pohon-pohonnya baik yang memberikan makanannya di setiap waktu dengan izin
Rabb-nya.
Kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan
melupakannya.Sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal shalih
ini.
Larangan
memutus silaturahim
Silaturahim termasuk akhlak yang mulia.Dianjurkan dan diseru
oleh Islam.Diperingatkan untuk tidak memutuskannya. Allah Ta’ala telah menyeru
hambanya berkaitan dengan menyambung tali silaturahmi dalam sembilan belas ayat
di kitab-Nya yang mulia. Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya
denganlaknat dan adzab, diantara firmanNya:
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ?Mereka
itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya
penglihatan mereka.”(QS Muhammad 47 :22-23).
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(QS An Nisaa’ 4:1).
Silaturahmi merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya,
apa bila kita melaksanakan perintah tersebut disamping kita mendapatkan pahala
juga akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang sangat banyak sekali, diantara
keutamaan tersebut adalah :
Pertama, silaturahmi
merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan tanda-tandanya.
Dari Abu Hurairah ra oa berkata, Rasulullah saw
bersabda :"Barang siapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir maka
hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah I
dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi". (HR
Bukhori dan Muslim)
Kedua, silaturahmi adalah
penyebab bertambah umur dan luas rizqi.
Dari Abu Hurairah t ia berkata: Aku mendengar Rasulullah
saw bersabda: "Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan
dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi."
(HR Bukhori dan Muslim)
Ketiga,
silaturahmi menyebabkan adanya
hubungan Allah swt bagi orang yang menyambungnya.
"Sesungguhnya Allah swt menciptakan makhluk,
hingga apabila Dia swt selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya
berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan.'
Dia swt berfirman: 'Benar, apakah engkau ridha bahwa Aku menyambung orang yang
menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau? Ia menjawab,
'Bahkan.' Dia berfirman, 'Itulah
untukmu.'
Keempat,akan selalu
berhubungan dengan Allah.
Dari Aisyah ra berkata, Rosulullah saw bersabda,
"Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata:
"Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan
dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan
hubungan dengannya."(HR. Bukhari dan Muslim).
Kelima, silaturahmi
merupakan salah satu penyebab utama masuk surga dan jauh dari neraka.
Dari Abu Ayyub al-Anshari ra, sesungguhnya seorang
laki-laki berkata: “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang
memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka. Maka Nabi saw
bersabda : "Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan sesuatu
dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali
silaturahmi." (HR Bukhari dan Muslim).[Sambunglah dan Jangan Putus
Tali Silaturahmimu! Hidayatullah.comRabu, 01 Desember 2010].
Abdullah bin Salam berkata: ketika Nabi
Saw tiba di Madinah banyak masyarakat mengerumuninya dan dikatakan: Rasulullah
telah tiba, maka aku pun datang di tengah-tengah mereka untuk menatap
wajahnya.setelah terlihat jelas aku mengetahui bahwa wajahnya bukan wajah
pembohong. kalimat yang pertama aku dengan dari ucapannya adalah: "hai
sekalian manusia, sebarkanlah salam (keselamatan, kedamaian, kerukunan, do'a
selamat), berikan makanan, pelihara shilaturrahim dan lakukanlah shalat pada
saat manusia sedang tidur. niscaya kamusekalian masuk surga dengan salam. (HR.
Ibnu Majah).
Silaturahim termasuk dalam amal-amal
sunnah yang mulia disampaikan oleh Rasulullah kepada ummatnya sejak dahulu kala
dan banyak keutamaan yang diperoleh bagi orang-orang yang menjalinnya dan
termasuk akhlak tercela bagi siapa yang memutuskannya.
Hadirin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Halal bil halal adalah istilah khas
Indonesia dalam rangka saling menghalalkan dan memaafkan atas kekeliruan dan
kesalahan yang pernah terjadi, dalam surat Al Maidah 5;13 Allah berfirman
,”Maaf-maafkanlah
mereka dan leburkanlah segala kesalahannya sesungguhnya Allah amat sayang terhadap orang-orang yang berbuat baik”.
Demikian pula hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyatakan,”Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghubungkan kasih sayang”.
Ujud silaurahim ini dalam islam tampak pada
praktek ibadah yang dilakukan seperti;
- Mengucapkan salam di akhir shalat.
- Shalat yang dilakukan dengan berjamaah.
- Melaksanakan ibadah jum’at satu kali dalam seminggu.
- Shalat tarawih dan puasa di bulan Ramadhan.
- Membayarkan zakat, infaq dan sedekah.
- Mengucapkan salam ketika bertemu.
- Konfrensi besar umat islam dalam melaksanakan ibadah haji di Mekkah.
Manusia
sebagai hamba dan makhluk sosial mempunyai dua hubungan sekaligus, yaitu
hubungan mendatar dengan istilah horizontal yaitu hubungan manusia dengan
manusia dengan wujud silaturahim, hubungan vertikal yaitu keatas, hubungan
manusia dengan Allah melalui ibadah, baik ibadah khusus atau ibadah secara
umum.
Hadirin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Adapun
makna dari ucapan manusia melalui kalimat takbir, tahlil dan tahmid dalam rangka
memupuk hubungan secara vertikal menurut Dr.Muhammad
Al Bahy adalah;
- Manifestasi pengulangan ikrar yang pernah diucapkan.
- Pembulatan tekad, dengan konsistensi dan koksekwensi tidak ada yang layak dipuja selain dari Allah.
- Pengakuan atas kelemahan diri, hanya kepada Allah tempat meminta perolongan.
- Menguatkan ke-Esaan Allah sehingga dalam beramal dilakukan dengan ikhlas karenanya.
Ada
beberapa keterangan Allah dan Rasul-Nya yang berhubungan dengan silaturahim
atau halal bil halal yaitu;
- Surat Al A’raf ;199
”Sukalah memaafkan, anjurkanlah berbuat baik
dan berpalinglah dari orang-orang yang jahil”.
- Hadits Riwayat Abu Daud
”Dua orang muslim yang bertemu lalu keduanya saling berjabat tangan,
niscaya dosa keduanya diampni Allah sebelum mereka berpisah”. [Mdr, 2009]
BEBERAPA PELANGGARAN SYARIAT DALAM HALAL BI HALAL
Di
samping tidak memiliki landasan dalil, dalam halal bi halal juga sering
didapati beberapa pelanggaran syariat, di antaranya ;
1. Mengakhirkan permintaan maaf hingga datangnya Idul
Fithri. Ketika melakukan kesalahan atau kezhaliman pada orang lain, sebagian
orang menunggu Idul Fithri untuk meminta maaf, seperti disebutkan dalam
ungkapan yang terkenal ‘urusan maaf memaafkan adalah urusan hari lebaran’. Dan
jadilah “mohon maaf lahir dan batin” ucapa yang “wajib”.pada hari raya Idul
Fithri. Padahal belum tentu kita akan hidup sampai Idul Fithri dan kita
diperintahkan untuk segera menghalalkan kezhaliman yang kita lakukan, sebagaimana
keterangan hadits berikut
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa melakukan
kezhaliman kepada saudaranya, hendaklah meminta dihalalkan (dimaafkan) darinya
; karena di sana (akhirat) tidak ada lagi perhitungan dinar dan dirham, sebelum
kebaikannya diberikan kepada saudaranya, dan jika ia tidak punya kebaikan lagi,
maka keburukan saudaranya itu akan diambil dan diberikan kepadanya. [HR
al-Bukhari]
2.Ikhtilath
(campur baur lawan jenis) yang bisa membawa ke maksiat yang lain, seperti
pandangan haram dan zina. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarangnya, seperti dalam hadits Abu Usaid berikut.
Dari Abu Usaid al-ِAnshari
Radhiyallahu ‘anhu ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata saat keluar dari masjid dan kaum pria bercampur-baur dengan kaum wanita
di jalan. Maka beliau mengatakan kepada para wanita : “Mundurlah kalian, kalian
tidak berhak berjalan di tengah jalan, berjalanlah di pinggirnya”. Maka para
wanita melekat ke dinding, sehingga baju mereka menempel di dinding, lantaran
begitu mepetnya baju mereka dengan dinding” [HR Abu Dawud, dihukumi hasan oleh
al-Albani]
Berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Maksiat ini banyak diremehkan oleh banyak orang dalam cara halal bihalal atau
kehidupan sehari-hari, padahal keharamannya telah dijelaskan dalam hadist
berikut.
Dari Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh jika seorang di antara kalian ditusuk kepalanya dengan jarum dan besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. [HR ath-Thabrani, dihukumi shahih oleh al-Albani]
Dari Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh jika seorang di antara kalian ditusuk kepalanya dengan jarum dan besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. [HR ath-Thabrani, dihukumi shahih oleh al-Albani]
Syaikh al-Albani rahimahullah berkata : “Ancaman keras
bagi orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya yang terkandung dalam
hadits ini menunjukkan haramnya menjabat tangan wanita (yang bukan mahram, ed)
karena tidak diragukan lagi bahwa berjabat tangan termasuk menyentuh. Banyak
umat Islam yang jatuh dalam kesalahan ini, bahkan sebagian ulama” [Baloi Indah, Batam, 9 Syawal 1436.H/ 25 Juli
2015.M]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ
الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ
وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar