Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 22 November 2013/ 18 Muharam 1435.H
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
وَأَسْتَغْفِرُهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، دَعَا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ فَاسْتَجَابَ لِدَعْوَتِهِ
الرَّاشِدُوْنَ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ
تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،
“ Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi
derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”[At Taubah 9;20].
Hadirin, jama’ah jum’at yang dirahmati
Allah
Marilah kita persembahkan puja puji syukur kepada Allah
Swt yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga
masih dalam lindungan, taufiq dan
hidayah-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur kepada-Nya dengan
menunjukkan sikap syukur itu melalui pengabdian yang sempurna.
Shalawat
dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad Saw yang telah berjasa
memperbaiki kehidupan manusia dari kejahiliyahan kepada nilia-nilai yang islami
sebagaimana yang kita rasakan pada hari ini.
Selaras dengan dinamika kehidupan yang kita lalui pada
masa ini yang nyaris mengantarkan kita kembali kepada kehidupan jahiliyah, maka
selayaknya membentengi diri dengan peningkatan kualitas iman dan taqwa diiringi
dengan amal shaleh yang dapat diaplikasi pada semua sektor kehidupan, iman yang
bukan pernyataan saja tapi juga kenyataan, iman yang tidak sebatas ucapan bibir
tapi teriring dengan aktivitas positif dalam kehidupan sehari-hari.
Hadirin, jama’ah
jumat yang mulia, Allah berfirman;
“ Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi
derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”[At Taubah 9;20].
Hijrah
yang dialami oleh Rasulullah dengan para sahabatnya telah berlalu tapi konsep
hijrah tetap berlansung hingga akhir zaman yaitu hijrah secara maknawi, salah
satu hijrah maknawi itu adalah hijrah dari Kufur kepada Iman.
Salah satu sebab Rasul dan
para sahabatnya serta ummat islam secara keseluruhan harus mencari peluang
untuk hijrah ke Thaif, Habsyi dan ke Madinah karena untuk menjaga iman yang
sudah mulai tumbuh, banyak gangguan yang harus dihadapi bila tetap bertahan di
Mekkah, konsep hijrah inilah sebagai warisan dari Rasulullah yang mengajak
ummat islam untuk meninggalkan kekafiran kepada keimanan walaupun tidak pergi
ke Madinah.
Allah tidak memaksa manusia untuk beriman
kepada-Nya. Karena itu memang hak azasi dan Allah memberi kebebasan kepada
manusia sampai dimana usahanya untuk mencari dan berusaha menemui hidayah. Iman
itu bukanlah hadiah atau warisan dari seorang bapak kepada keturunannya,
apalagi keimanan yang sebenarnya iman, harus diraih dengan ikhtiar yang
maksimal melalui kajian dan penghayatan terhadap keberadaan Allah dengan segala
asfeknya.
Keimanan
seseorang tidaklah punya pengaruh terhadap eksistensi-Nya, sebagaimana
Rasulullah menyatakan dalam hadits bahwa seandainya seluruh malaikat, jin dan
manusia beriman kepada Allah maka tidak akan meninggikan derajat Allah. Sebaliknya bila seluruh malaikat, jin dan
manusia ingkar, kafir dan menentang Allah, tidak akan merendahkan derajat
Allah. Bahkan lebih tegas dikatakan; mau beriman silahkan daningin kafir tidak
masalah. Sayid Qutb pernah menyatakan kepada orang-orang manafiq yang tidak
terang-terangan memusuhi Islam dan ummatnya,”Masuk Islam keseluruhan atau
tinggalkan Islam keseluruhan”.
Pengingkaran ummat terdahulu kepada
Allahpun menghiasi perjalajan kehidupan para Nabi dan Rasul, lantaran penyampai
da’wah adalah seorang nabi yang bukan dari kalangan mereka, atau nabi itu
mereka pandang rendah status sosialnya bahkan faktor gengsi lainnya membuat
mereka tidak segan-segan menolak kebenaran yang diwahyukan itu. Banyak faktor
memang yang menjadikan seorang kafir dan tidak sedikit pula faktor yang membuat
orang beriman, membela kebenaran Islam dengan seluruh potensi hidupnya.
Suatu ketika kafir Quraisy menyatakan
maksudnya kepada Rasulullah untuk beriman kepada kebenaran ajaran Islam dengan
syarat kalau beliau dapat menggeser bukit-bukit yang menghalangi mereka
sehingga kota Mekkah lapang. Mendengar itu Rasulullah diberikan wahyu oleh
Allah, bahwa sekiranya permintaan itu dikabulkan maka mereka tetap tidak akan
beriman, itu hanya alasan saja untuk meramaikan perdebatan yang akhirnya
merekapun mengolok-olok dan semakin jauh saja kesesatannya.
"Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati hati
dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa
yang amat berat.[Al Baqarah 2;6-7]
Demikian pula halnya ummat Nabi Musa yang meragukan eksitensi Allah sehingga
mereka meminta kepada Musa agar diperlihatkan Allah secara nyata agar keimanan
mereka bertambah. Ini alasan yang mereka lontarkan, apakah dengan mereka dapat
melihat Allah secara nyata lalu keimanan mereka akan bertambah ? belum tentu,
”Dan ingatlah ketika kamu berkata;
”Hai Musa, kami tidak akan beriman kepada kamu sebelum kami melihat Allah
dengan terang” karena itu kamu disambar halilintar, sedangkan kamu
menyaksikan...”[Al Baqarah 2;55].
Suatu argumentasi yang tidak masuk
akal yaitu mengukur keimanan dengan sandaran panca indra. Padahal kemampuan
panca indra manusia itu terbatas. Jangankan tentang wujud Allah, sedangkan rahasia
kejadian manusia saja belum terungkap.
Ketika Musa menyediakan dirinya
untuk mengabulkan permintaan dari pengikutnya itu, mereka ingin melihat Allah
dengan transparan, tetapi karena keterbatasan manusia akhirnya belum mampu
memenuhi keinginan mereka. Justru yang terjadi musibah datang dengan hancurnya
sebuah gunung, karena tidak sanggupnya menyaksikan eksistensi Allah. Walaupun
demikian kekafiran masih kental di hati mereka. Bahkan saat Musa datang menemui
kaumnya yang ditinggalkan bersama Nabi Harun,
bukan main gusarnya sebab ummat yang telah beriman, sepeninggal Musa mereka
kafir kembali. Mereka menyembah anak sapi yang terbuat dari emas yang dapat
mengeluarkan suara.
Orang kafir adalah musuh Allah dan
musuhnya orang-orang beriman. Orang kafir dibungkus oleh berbagai idiologi
seperti komunis, sosialis dan isme-isme lain yang hakekatnya bentuk kekafiran
dengan baju kemodernan atau kepalsuan yang dibungkus adat istiadat dengan
praktek syirik, bid’ah, kurafat dan tahyul. Segala bentuk ajaran yang tidak
mengacu kepada ajaran Islam yang asholah [asli] adalah kekafiran baik diakui
atau tidak.
Maka langkah terbaik dari segala
kekufuran itu adalah menghijrahkan diri ini kepada keimanan yang baik yaitu
keimanan yang tidak dicederai oleh kekufuran, karena iman itu harus diujudkan
dalam tiga hal yaitu terhunjam di hati, terucapkan melalui lisan dan dibuktikan
melalui amal perbuatan.
Iman yang ada pada hati manusia bila diibaratkan kepada bangunan bagaikan
pondasi yang menghunjam ke bumi sehingga bangunan itu kokoh dan kuat. Bila
diibaratkan kepada pohon dia adalah akar yang kuat yang terkubur di tanah.
Tanpa itu semua bangunan dan pohon tadi akan mudah rubuh, tumbang dan tidak
berdaya. Demikian pula manusia, tanpa iman dan taqwa akan goncang dalam percaturan
kehidupan ini.
Rasulullah menyatakan dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Thabrani, ”Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan
dengan lisan dan pengamalan dengan anggota”.
Bahwa iman itu adalah pengakuan
dengan hati, pengucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota, dia
bukanlah angan-angan tapi harus disertai dengan amal perbuatan sebagaimana
dengan yang difirmankan Allah dalam dua surat berikut ini;
-Surat Al Baqarah ayat 25,;
”Berilah
kabar gembira pada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa bagi
mereka adalah penghuni syurga”.
-Surat Maryam ayat 96;
”Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh bahwa mereka itu akan memperoleh syurga”.
Iman adalah sarana untuk mengokohkan ibadah, tanpa iman dan taqwa, ibadah
yang kita lakukan gersang dan tidak bermakna, dia akan bercampur dengan syirik,
bid’ah, kurafat dan tahyul sehingga ibadah itu sia-sia belaka. Justru itu
Lukman Al Hakim mengajarkan dan menamamkan iman kepada anaknya sebelum
menunaikan ibadah lebih dahulu. Ini digambarkan Allah dalam firman-Nya di surat
Lukman [31] ayat 13,
”Hai anakku jangan berbuat syirik karena
syirik itu adalah kezhaliman yang besar”.
Demikian pula halnya firman Allah dalam surat Al Baqarah [2] ayat 21,
”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menjadikanmu dan orang-orang sebelummu
agar kamu bertaqwa”.
Iman berperan dalam rangka menangkal datangnya penyakit wahnun. Rasul
pernah meramalkan bahwa nanti ummat Islam itu seperti hidangan yang terletak di
meja yang akan diserbu dan dibinasakan oleh seluruh manusia. Bahkan ummat Islam
itu nanti seperti buih yang ada di laut, akan hancur berantakan dikala diterpa
oleh angin dan ombak.
Ketika itu para sahabat bertanya, ”Ya
Rasulullah, apakah saat itu ummatmu
jumlahnya sedikit?” maka Rasul menjawab, ”Tidak, bahkan waktu itu jumlah
ummatku banyak sekali, mayoritas, tapi mereka diserang suatu penyakit yang
dinamakan dengan wahnun”, sahabatpun bertanya, ”Apakah wahnun itu ya
Rasulullah?”. Rasul menjelaskan, ”Dia adalah penyakit ’hubbuddunya
wakarahiyatul maut’ yaitu penyakit terlalu cinta kepada dunia dan terlalu takut
dengan kematian”. Ini semua terjadi karena iman dan taqwa yang dimiliki ummat
Islam sangat tipis. wallahu a'lam [Cubadak Solok, 22 Muharam
1432.H/ 29 Desember 2010.M].
Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3.HM.As'ad
El Hafidy, Kangker Tauhid, leh Media Da'wah Jakarta, 1990
4.Hadits Arbain An Nawawi, Sofyan Efendi, HaditsWeb 3.0,
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar