Rabu, 14 Februari 2018

233. Unsur Bahagia; Tempat tinggal yang luas




Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Huda
Tanjung Riau/ Madrasah
Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
30 Jumadil Awal  1439.H / 16 Februari  2018.M


UNSUR BAHAGIA; TEMPAT TINGGAL YANG LUAS

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
 اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،

أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.


Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ؛ وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاءِ: الْجَارُ السُّوْءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ
“Empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang:
1.     istri yang shalihah,
2.     tempat tinggal yang luas,
3.     tetangga yang baik, dan
4.     kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang termasuk kesengsaraan seseorang: tetangga yang jelek, istri yang jelek, kendaraan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya)

TEMPAT TINGGAL YANG LUAS
Dengan rumah yang luas, hati kita menjadi lebih lapang. Akan banyak muncul inspirasi untuk lebih membahagiakan keluarga dan berbuat untuk umat. Anak-anak bisa leluasa bermain atau belajar tanpa saling mengganggu. Berbeda dengan rumah yang sempit, dengan penghuni yang berdesak-desakan, akan lebih banyak membuat hati menjadi sempit.Belum lagi jika ada sanak atau kerabat bertandang, maka amalan untuk memuliakan tamu menjadi tidak bisa dioptimalkan. Kalaupun bisa, maka biasanya akan kurang menjaga adab pergaulan dan pandangan seorang muslim.  

Selain itu, rumah yang lapang akan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan publik yang bermanfaat. Dari mulai taman baca, tempat pengajian, posyandu, atau rapat-rapat rutin yang menambah ukhuwah dan kedekatan antar warga. Bukankah seorang muslim terbaik adalah yang paling luas kemanfaataannya. Maka semestinya semakin luasnya rumah dan ditambah lapangnya hati, semakin menambah keberkahan dan kemanfaatannya.

GAMBARAN RUMAH RASULULLAH
Rumah tempat tinggal Nabi Muhammad  di Madinah terletak di pojokan Masjid Nabawi, tepatnya di tempat yang sekarang dijadikan makam Nabi SAW.

Dirumah itulah Nabi Muhammad hidup dalam kesederhanaan. Hanya beralaskan tanah, berdiding tanah liat, beratapn pelepah kurma dan hanya memiliki sedikit perabotan.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim dijelaskan:" Bahwa suatu hari sayyidina Umar bin Al Khattab pernah menemui baginda Nabi Muhammad. saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma. dengan berbantalkan kulit kasar yang berisi serabut ijuk kurma. melihat keadaan Nabi Muhammad yang seperti itu sayyidina Umar pun menangis" ." Kemudian Nabi Muhammad pun bertanya: Mengapa engkau menangis?" 

Sayyidina Umar Radhiallah anhu menjawab: " Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah, Utusan Allah. kekayaanmu hanya seperti ini. sedangkan kisra dan raja-raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan" " Nabi Muhammad  menjawab: apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti?"

Jawaban Nabi Muhammad menjelaskan kesederhanaannya. Dan rumah yang berukuran panjang tidak lebih dari 5 meter, lebar hanya 3 meter, dengan tinggi atap sekitar 2.5 meter menjadi gambaran bahwa Nabi Muhammad tidaklah hidup dalam kemewahan dunia.

Dalam kitab shohih adabul mufrodkarya Imam Bukhori menyebutkan bahwa Daud Bin Qais berkata:" Saya melihat kamar Rasulullah saw atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut, saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta (1 hasta sama dengan 0,45 meter), saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8, saya berdiri dipintu aisyah saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Marocco)" .
Muhammad merupakan salah seorang tokoh paling berpengaruh di dunia. Bahkan, Michael H. Hart menempatkan beliau sebagai tokoh nomor 1 paling berpengaruh sejagad raya dari dahulu hingga sekarang.
                                             
Beliau adalah seorang Nabi, pembawa ajaran agama, juga sekaligus pemimpin negara, panutan bagi seluruh ummat manusia.

Namun, sisi kehidupan pribadi beliau adalah kehidupan yang penuh kebersahajaan dan kesederhanaan. Beliau amat jauh dari kata mewah dan kemegahan dunia sebagaimana halnya para raja dan penguasa.

Salah satu hal yang menandakan kebersahajaan tersebut dapat kita lihat dari penggambaran rumah tempat tinggal beliau yang amat  sederhana. Meski pemimpin sebuah negara, beliau tidak tinggal di  istana yang difasilitasi dengan barang-barang mewah dan dikelilingi para pelayan. 

Dalam sebuah video ditunjukkan, seorang ulama memperlihatkan gambaran 3 dimensi rumah Rasulullah Saw yang patut untuk menjadi renungan bagi kita bersama.

Ya, rumah Rasulullah Saw terbuat dari tanah sebagaimana kebiasaan rumah-rumah bangsa Arab kala itu. Lalu dirangkai dengan pelepah-pelepah kurma sebagai pelindung bagian atas.

Rumah tersebut diberi pintu yang juga terbuat dari rangkaian pelepah kurma guna memagari bagian halaman atau beranda. Pada bagian beranda itu juta terdapat pintu yang langsung mengarah ke arah Masjid Nabawi, dari situ lah beliau sehari-hari berjalan menuju masjid. Dan saat ini, bagian ini sudah termasuk ke dalam bangunan masjid yang kemudian disebut dengan Raudhah.

Pada bagian halaman itu juga, terdapat pintu lain yang langsung mengarah ke arah jalan.

Lantas, berapakah ukuran rumah Rasulullah Saw sang penghulu sekalian alam itu? Subhanallah, ukuran rumah beliau hanya seluas 5 x 4 ditambah beranda 3 x 4 sehingga luas total 8 x 4 m (24 meter persegi)!.

Sungguh, di rumah ini lah beliau menghabiskan kehidupan beliau hingga akhir usia. Hingga diceritakan, ketika beliau melaksanakan sholat malam, beliau terpaksa bersempit-sempit dengan istri beliau Aisyah yang tengah tertidur!

Lantas bagaimana pula dengan perabotannya? Sebagaimana diceritakan oleh Aisya r.a istri beliau, di rumah itu awalnya hanya terdapat sebuah ranjang  kasar tempat tidur mereka bersama, lalu

kemudian beliau dikaruniai satu ranjang lagi (jangan bayangkan semewah ranjang sekarang). Di rumah itu tidak ada lampu...!

Ketika pemuka suku Tha'i, Uday bin Hatim al-Tha'i datang ke rumah Rasulullah Saw, yang mana waktu ia masih beragama nashrani dan selalu memakai kalung salib emas di dadanya, Rasulullah Saw menyambut tamunya tersebut dan mempersilahkannya duduk di atas alas duduk (semacam bantal) satu-satunya yang ada di rumah beliau, sementara beliau sendiri duduk di atas lantai tanah!


Sungguh kehidupan yang penuh dengan kesahajaan! Tidak ada makanan mewah, bahkan Aisyah r.a pernah bercerita bahwa mereka pernah tidak memiliki makanan selama 3 bulan sabit (tiga bulan) selain dari buah kurma kering dan air!


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar