Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Ikhlas Pajak Pratama
Kecamatan
Batu Ampar
Kota Batam Kepuluan Riau
23 Muharam
1439.H / 13 Oktober 2017.M
HIKMAH
SILATURAHIM
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً،
وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Manusia adalah mahkluk sosial (civil socity), di mana antara
yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, serta saling mengisi dan
menutupi dalam hal kelebihan maupun kekurangan. Islam mengajarkan umatnya agar
selalu mempererat tali ukhuwah Islamiyah, agar umat ini menjadi umat yang
bersatu dan dapat menebarkan kebaikan kepada umat manusia pada umumnya.
Memelihara hubungan silaturahim merupakan perintah Allah dan
Rasul-Nya, serta wajib bagi kita untuk menjaganya dengan sebaik-baiknya.
Di antara hikmah dari memelihara hubungan silaturahim itu secara garis besar ada 2 (dua) hal penting. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw yang bersumber dari Abu Hurairah radhiallahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan
ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR.
Bukhari)
Dalam hadits tersebut di atas dijelaskan tentang hikmah
silaturahim, bahwa orang yang menyambung hubungan silaturahim maka Allah SWT
akan memberikan kepadanya pahala kebaikan di dunia ini (selain pahala di
akhirat), berupa keluasan rezki dan umur yang panjang. Semoga Allah SWT menjadikan kita umat yang
selalu menjaga hubungan tali silaturahim dengan sebaik-baiknya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala melengkapi perintah untuk
menyambung tali silaturahim dengan memberikan janji dan ancaman. Di antara
janji-janji tersebut adalah:
1. Surga adalah balasan bagi orang
yang menyambung tali silaturahim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengatakan:
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah
perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut
kepada hisab yang buruk.” (Ar-Ra’d: 21)
‘Allamatul Qashim Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu
menyatakan: Ini umum meliputi semua
perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
perintahkan untuk menyambungnya, baik berupa iman kepada-Nya dan kepada
Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mencintai-Nya dan mencintai
Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, taat beribadah kepada-Nya
semata dan taat kepada Rasul-Nya. Termasuk juga, menyambung kepada bapak dan
ibu dengan berbuat baik kepada mereka, dengan perkataan dan perbuatan, tidak
durhaka kepada mereka. Juga, menyambung karib kerabat, dengan berbuat baik
kepada mereka dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Juga menyambung dengan para
istri, teman, dan hamba sahaya, dengan memberikan hak mereka secara sempurna,
baik hak-hak duniawi ataupun agama.” (Tafsir As-Sa’di,)
Kemudian
dalam ayat 22-24 dari surat Ar-Ra’d ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan:
Dan orang-orang
yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi
atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang
itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),(yaitu)
syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat
masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil
mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum" Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
memberikan penjelasan yang sama sebagaimana dalam hadits dari Abu Ayyub Khalid
bin Zaid Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu:
“Seseorang berkata: ‘Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku
amalan yang akan memasukkan aku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak
menyekutukan sesuatu dengan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan
menyambung silaturahim’.” (HR. Al-Bukhari, 3/208-209, Muslim no.
13)
2. Shadaqah kepada kerabat berpahala
ganda.
Dari Salman bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, dari
Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “Shadaqah
kepada orang miskin itu satu shadaqah. Dan shadaqah kepada kerabat itu dua
shadaqah; shadaqah dan penyambung silaturahim.” (HR. At-Tirmidzi no.
685, Abu Dawud no. 2335, An-Nasa`I 5/92, Ibnu Majah no.
1844. At-Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan. Ibnu Hibban
menshahihkannya)
3. Orang yang menyambung tali
silaturahim akan dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan
dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahimnya.” (HR.
Al-Bukhari 10/348, Muslim no. 2558, Abu Dawud no. 1693)
Banyak orang yang mengakrabi saudaranya setelah saudaranya
mengakrabinya. Mengunjungi saudaranya setelah saudaranya mengunjunginya.
Memberikan hadiah setelah ia diberi hadiah, dan seterusnya. Dia hanya membalas
kebaikan saudaranya. Sedangkan kepada saudara yang tidak mengunjunginya
–misalnya– tidak mau dia berkunjung. Ini belum dikatakan menyambung tali
silaturahim yang sebenarnya. Yang disebut menyambung tali silaturahim
sebenarnya adalah orang yang menyambung kembali terhadap orang yang telah
memutuskan hubungan kekerabatannya. Hal ini dijelaskan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma,
dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَيْسَ
الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ
وَصَلَهَا
“Bukanlah penyambung adalah orang yang hanya membalas.
Tetapi penyambung adalah orang yang apabila diputus rahimnya, dia menyambungnya.”
{HR. Al-Bukhari, Kitabul Adab bab (15) Laisal Washil bil Mukafi,
no. 5991}
Ibnu Hajar rahimahullahu mengatakan: “Peniadaan
sambungan tidak pasti menunjukkan adanya pemutusan. Karena mereka ada tiga
tingkatan: (1) orang yang menyambung, (2) orang yang membalas, dan (3) orang
yang memutuskan. Orang yang menyambung adalah orang yang melakukan hal yang
lebih dan tidak diungguli oleh orang lain. Orang yang membalas adalah orang yang
tidak menambahi pemberian lebih dari apa yang dia dapatkan. Sedangkan orang
yang memutuskan adalah orang yang diberi dan tidak memberi. Sebagaimana terjadi
pembalasan dari kedua pihak, maka siapa yang mengawali berarti dialah yang
menyambung. Jikalau ia dibalas, maka orang yang membalas dinamakan mukafi`
(pembalas). Wallahu a’lam.” (Fathul Bari, 10/427, cet. Dar
Rayyan)
Orang yang terus berbuat baik kepada kerabat mereka meskipun
mereka berbuat jelek kepadanya, tidak akan rugi sedikit pun. Bahkan akan selalu
ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Justru kerabat yang tidak mau
membalas kebaikan itulah yang mendapat dosa yang besar akibat perbuatan mereka.
Seperti dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu: Ada seseorang
berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا
رَسُولَ اللهِ، إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ
إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلِمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ.
فَقَالَ: لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلاَ يَزَالُ
مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيٌر عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Wahai Rasulullah, aku mempunyai
kerabat dan aku sambung mereka, tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik
kepada mereka tetapi mereka berbuat jelek terhadapku. Aku bersabar terhadap mereka,
tetapi mereka selalu berbuat jahil kepadaku.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika engkau seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau melemparkan
abu panas ke wajah mereka dan pertolongan Allah tetap bersamamu menghadapi
mereka selama engkau seperti itu.”
(HR. Muslim, Kitabul Birr wash-Shilah, bab Silaturahim wa tahrimu
qathi’atiha, no. 6472)
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar