Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Aqsha
Perumahan Mutiara View Tiban, Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
17 Rajab 1438.H / 14 April 2017.M
SEDIKIT
TERTAWA
SALAH SATU DARI LIMA KEBAIKAN MUSLIM
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin
jama'ah jum'at rahimakumullah!
Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
يَا
أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ
أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا
وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ
كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Wahai Abu Hurairah ;
1.
jadilah engkau
orang yang wara’ maka engkau menjadi orang yang paling beribaddah
2.
dan
jadilah orang yang qanaah (menerima) maka engkau menjadi orang yang paling
bersyukur.
3.
Cintailah untuk manusia apa yang engkau cintai
untuk dirimu maka kamu menjadi mukmin,
4.
berbuat
baiklah kepada tetanggamu maka kamu menjadi muslim
5.
dan
sedikitkan tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.
SEDIKITKAN
TERTAWA
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : بَلَغَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
أَصْحَابِهِ شَيْءٌ فَخَطَبَ فَقَالَ « عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ
فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ، وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا
أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا » قَالَ فَمَا أَتَى
عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ
مِنْهُ، قَالَ : غَطُّوا رُؤُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Hadits ini diriwayatkan dari Anas bin Malik ra ia
berkata, telah sampai kepada Rosululloh saw sesuatu dari sahabat-sahabatnya,
maka beliau berkhutbah, beliau
berkata dalam khutbahnya, “Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka,
maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini, kalaulah kalian
mengetahui apa yang aku tahu pastilah kalian sedikit tertawa dan banyak
menangis.” Anas ra berkata, tiada hari yang lebih dahsyat dari hari itu.
Anas ra berkata lagi, mereka menutupi kepala-kepala mereka (maksudnya
wajah-wajah mereka), dan pada mereka ada Khonin.” (Muttafaq ‘Alaih).
Dalam riwayat Muslim disebut Khonin yaitu tangisan keras yang keluar
dari hidung, sedangkan dalam riwayat Bukhori disebut Hanin yaitu
tangisan keras yang keluar dari dada.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori
dalam Kitab Tafsir Bab La Tas’alu ‘an asyya (no.4621), dan Imam
Muslim dalam kitab Fadhoilun Nabi Bab Tauqiruhu saw wa tarku iktsari sualihi
(no.2359). Hadits di atas adalah redaksi Imam Muslim.
Dalam Al-Qur’an ada lafaz yang mirip dengan
lafaz hadits di atas yaitu dalam surat At-Taubah ayat 82, “Hendaklah kalian sedikit tertawa dan
banyak menangis sebagai balasan terhadap apa yang kalian kerjakan.” Ayat
ini ditujukan kepada orang-orang munafiq yang tidak mau ikut berperang dalam
perang Tabuk dengan alasan panas, padahal neraka itu lebih panas. Ibnu Abbas
menjelaskan ayat ini:
الدُّنْيَا قَلِيْلٌ، فَلْيَضْحَكُوا فِيْهَا مَاشَاؤُوا،
فَإِذَا انْقَطَعَتِ الدُّنْيَا وَصَارُوا إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،
اِسْتَأْنَفُوا بُكَاءً لَا يَنْقَطِعُ أَبَدًا
“Dunia itu sedikit (sebentar), maka tertawalah
di dalamnya sekehendak mereka, maka apabilah dunia telah terputus dan mereka
menghadap Alloh Azza wa Jalla, mereka mulai menangis dengan tangisan yang tak
terputus-putus selamanya”. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid
4 hal.191).
Setiap manusia tidak ada yang dapat melihat hal-hal
yang goib, kecuali para RAsul yang diberi izin oleh Allah SWT.
“Dia Yang Mengetahui yang goib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang goib itu. Kecuali kepada Rosul
yang Dia ridhoi, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.” (QS. Al-Jin 72: 26-27).
Untuk itu kita hanya diperintahkan beriman
kepada yang goib yang kabarnya kita terima dari Al-Qur’an dan Hadits (Lihat QS.
Al-Baqoroh: 3). Dan setiap manusia hanya akan tahu yang goib dimulai pada saat
sakarotul maut menjemput,
“Sungguh kamu lalai dari hal ini, maka Kami
singkapkan darimu yang menutupi matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat
tajam.” (QS. Qof 50:22).
Hadits di atas bukan berarti larangan tertawa
dan harus selalu menangis, karena Rosululloh saw pun pada saat-saat tertentu,
beliau tertawa bersama para sahabat dan lebih banyak tersenyum. Menangis yang
dianjurkan itu adalah pada saat kita secara khusus ‘bercengkrama’ dengan Alloh
SWT dalam beribadah. Dalam hadits di atas, beliau memberikan penegasan kepada kita agar
benar-benar yakin terhadap hal-hal yang goib khususnya surga dan neraka dengan
keyakinan berdasarkan ilmu (‘Ilmal Yakin) karena di dunia ini, indra
kita mustahil menjangkau hal-hal yang goib. Sedangkan Rosul telah melihat
langsung hal-hal goib itu sehingga mencapai keyakinan yang disebut Ainal
Yakin. Dan kita akan mencapa Ainal Yakin hanya pada saat di alam
barzah dan alam akhirat. (Baca QS. At-Takatsur).
Telah diperlihatkan kepada Rosululloh saw
surga dan neraka, baik diperlihatkan pada saat beliau berada di kediamannya
ataupun melihat langsung dengan pergi kesana seperti dalam peristiwa Isra
Mi’raj. Yang dimaksud dalam hadits di atas adalah beliau melihat surga dan
neraka dari kediamannya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut, “Demi
Dzat yang aku ada dalam genggaman-Nya, sungguh telah diperlihatkan kepadaku
surga dan neraka barusan di dinding ini ketika aku sedang sholat, maka aku
tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini.” (HR. Bukhori, Kitab
Al-I’tishom bil Kitab was Sunnah, no.7294)
Berkenaan dengan Isra Mi’raj, renungkanlah
Surat An-Najm (1-18). Lalu Alloh berfirman, “Dan sesungguhnya Muhammad
telah melihat Jibril (dalam rupa asli) pada waktu yang lain. Yaitu ketika di
Sidrotul Muntaha. Ketika Sidrotul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda
kekuasaan Tuhannya yang paling besar.”
Yaitu beliau melihat Jibril dalam rupa asli
yang memiliki 600 sayap, Sidrotul Muntaha, Baitul Ma’mur, Surga dan Neraka dan
yang lainnya. Di antara pengalaman beliau saat itu, “Kemudian Jibril
mengantar aku ke Sidratul Muntaha, yang diliputi oleh warna-warna yang sulit
dilukiskan keindahannya. Kemudian aku masuk ke dalam surga, yang cahayanya
seperti cahaya mutiara dan tanahnya seperti kesturi.” (HR. Bukhori,
no.349). “Aku
berkata, Wahai Jibril siapakah orang tua yang sempurna rupanya yang tidak
berkurang sedikitpun dari rupanya ini? Dan apakah kedua pintu ini? Jibril
menjawab, “Ini adalah bapakmu Adam as, dan pintu di sebelah kanannya adalah pintu
surga, apabila dia melihat keturunannya yang masuk ke dalamnya ia tertawa dan
bergembira, dan pintu di sebelah kirinya adalah pintu neraka, apabila ia
melihat keturunannya yang masuk ke dalamnya ia menangis dan bersedih.” (Tafsir
Ibnu Katsir, 5: 35).
Abul
Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Umar r.a. berkata: "Pada suatu
hari Nabi Muhammad s.a.w. keluar ke masjid, tiba-tiba ada orang
berbicara-bicara sambil tertawa, maka Nabi Muhammad s.a.w. berhenti di depan
mereka dan memberi salam lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat hal-hal
yang merusak nikmat." Sahabat bertanya: "Apakah yang merusakkan
itu?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Mati." Kemudian Nabi Muhammad
s.a.w. keluar melihat orang-orang sedang tertawa gelak-gembira, maka Nabi
Muhammad s.a.w. bersabda kepada mereka: "Ingatlah demi Allah yang jiwaku
di tanganNya andaikan kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui niscaya kamu
sedikit tertawa dan banyak menangis." Kemudian di lain hari keluar pula
dan melihat orang-orang sedang gelak ketawa sambil berbicara-bicara, maka Nabi
Muhammad s.a.w. memberi salam dan berkata: "Sesungguhnya Islam ini pada
mulanya asing dan akan kembali asing, maka sangat beruntung bagi orang-orang
yang berada dalam keterasingan pada hari kiamat." Nabi ditanya:
"Siapakah orang-orang asing itu pada hari kiamat?" jawab Nabi
Muhammad s.a.w.: "Ialah mereka yang tetap memerbaiki akhlaknya di masa
rusaknya.
Rasulullah
Shollallahu 'alaihi wassalam pernah bersabda, "Jauhilah oleh kalian banyak
tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya
wajah" (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani). Syaikh Abdul Aziz Bin
Baz juga berkata: "Sesungguhnya banyak bercanda dapat menjatuhkan wibawa,
menjauhkan diri dari hikmah, menimbulkan kedengkian, mengeraskan hati dan membuat banyak tertawa
yang melalaikan diri dari mengingat Allah." Sebagai Agama yang sempurna,
Islam telah mengaturnya sedemikian rupa. Rasulullah sebagai manusia, pernah
juga bercanda, namun ada batasnya. Diriwayatkan dari beberapa Hadits Shahih,
jika Rasulullah bercanda, langit-langit mulutnya tidak terlihat. Lalu ketika
bercanda pun rasulullah selalu berkata benar. Tidak seperti kita, kadang harus
berbohong atau mengarang-ngarang cerita agar bisa membuat teman kita tertawa.
Ja'far bin Auf dari Mas'ud dari Auf bin Abdullah berkata: "Rasulullah
tidak tertawa melainkan senyum simpul dan tidak menoleh kecuali dengan
wajahnya." Hadis ini menunjukkan bahwa senyum itu sunnah dan tertawa
bergelak-gelak itu makruh.
Maka
seharusnya orang yang sehat akal, hindarilah gelak tawa sebab banyak tawa di
dunia berarti akan banyak menangis di akhirat. Ibn Abbas r.a. berkata:
"Siapa yang tertawa ketika berbuat dosa maka ia akan menangis ketika akan
masuk neraka." sedangkan Yahya bin Mu'aadz Arrazi berkata: "Empat
macam yang menghilangkan tertawanya orang mukmin dan kesenangannya, yaitu:
Memikirkan akhirat, Mengintrospeksi dosa-dosa yang telah diperbuat, Mencari
nafkah yang halal untuk keluarga, dan datangnya musibah atau bencana.
Maka
seharusnya seorang muslim dan mu'min sejati, menyibukkan diri memikirkan semua
itu supaya tidak banyak tertawa. Seringkali kita bertingkah seolah untuk
melucu, namun akhirnya kebablasan sehingga menyakiti perasaan orang, terus
dengan enteng kita minta maaf sambil cengengesan bilang, “becanda, bos!” Kita
memang suka tertawa, terlebih menertawakan orang lain. Buktinya acara televisi
yang isinya reality show, kompetisi, dan mengusili orang, atau acara yang
mengumbar komedi agar kita tertawa, justru sangat laku diminati orang.
Padahal di saat tertawa kita lupa bahwa kita
sedang membuat hati kita sekeras batu. Seorang ulama bernama Hasan al-Bashri berkata:
"Sungguh ajaib seseorang dapat tertawa pada hal dibelakangnya ada api
neraka dan orang yang bersuka-suka sedang dibelakangnya maut."
Pernah
Hasan al-Bashri bertemu dengan pemuda yang sedang tertawa, lalu ditanya:
"Hai anak muda, apakah engkau sedah menyeberang shirath (jembatan shirath
al-Mustaqiim di akhirat)?" Pemuda itu menjawab: "Belum."
kemudian ditanya lagi, "Apakah engkau pasti engkau akan masuk surga atau
neraka?" dan dijawab: "Belum." dan Hasan al-Bashri bertanya,
"Lalu karena apa engkau tertawa sedemikian itu?" maka sejak itu
pemuda tadi tidak tertawa lagi.
Nasihat
Hasan al-Bashri meresap benar dalam hatiya sehingga ia bertaubat daripada
tertawa. Demikianlah nasihat dari ulama yang mengamalkan benar ilmunya, sangat
berguna ilmunya dan berkesan nasihat-nasihatnya, adapun ulama-ulama sekarang
karena tidak punya ilmu yang mumpuni justru terjerambab pada ceramah-ceramah yang
kurang lebih sama dengan lawakan.
Kadang
pula kita menyelingi candaan dengan hinaan baik kepada orang lain atau
menggunakan kata-kata yang memang digunakan oleh masyarakat untuk mengejek.
Alangkah keras hatinya orang-orang seperti itu. Namun ironisnya malah yang
seperti itulah yang dianut dan dipajang di muka publik. Inilah bukti bahwa
dunia ini telah terbalik, yang datang dari Allah justru tenggelam dan terasing.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar