Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Ikhlas Kantor KPP Pratama
Sei Jodoh, Kecamatan Batu Ampar
Kota Batam Kepuluan Riau
13 Jumadil Awal
1438.H / 10 Februari 2017.M
WARA
JADI HAMBA YANG BERIBADAH
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
يَا
أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ
أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحْسِنْ
جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ
الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Wahai Abu Hurairah ;
1.
jadilah
engkau orang yang wara’ maka engkau menjadi orang yang paling beribaddah
2.
dan
jadilah orang yang qanaah (menerima) maka engkau menjadi orang yang paling
bersyukur.
3.
Cintailah untuk manusia apa yang engkau cintai
untuk dirimu maka kamu menjadi mukmin,
4.
berbuat
baiklah kepada tetanggamu maka kamu menjadi muslim
5.
dan
sedikitkan tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.
Dari hadits diatas disebutkan ada lima kebaikan bagi
Muslim yang mampu menerapkan hal itu
dalam hidupnya, yaitu;
كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ
"Jadilah orang yang wara'
niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"
Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-Nya sebagaimana
mestinya, mengagungkan larangan dan syi'ar-syi'ar-Nya, akan melakukan
pengagungan sampai kepada sikap hati-hati dari setiap perkara yang bisa
menyebabkan kemurkaan Allah I di dunia maupun di akhirat.
Maka wara' di sisi-Nya termasuk jenis takut yang membuat seseorang meninggalkan
banyak hal yang dibolehkan, jika hal itu menjadi samar atasnya bersama yang
halal agar tidak merugikan agamanya ng-orang yang wara' adalah kehati-hatian
mereka yang luar biasa dari sesuatu yang haram dan tidak adanya keberanian
mereka untuk maju kepada sesuatu yang bisa membawa kepada yang haram. Dan dalam
hal itu, Rasulullah r bersabda:
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ
وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَيَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ,
فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ.
"Sesungguhnya yang halal dan
yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya banyak hal-hal syubhat yang
kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga diri dari
hal-hal yang syubhat maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya."
Dan
barangsiapa yang bertindak berani di tempat-tempat yang diragukan, niscaya
bertambahlah keberaniannya terhadap sesuatu yang lebih berat: "Dan
sesungguhnya orang yang bercampur keraguan, hampir-hampir ia berani (kepada
yang diharamkan)."
Maka wara' yang sebenarnya adalah seperti yang digambarkan oleh Yunus bin
'Ubaid rahimahullah: yaitu keluar dari semua yang syubhat dan muhasabah
(introfeksi) terhadap diri sendiri di setiap kedipan mata.
Perjalanan kejatuhan berawal dengan satu kali terpeleset, dan semangat terhadap
akhiratnya menjadikan di antaranya dan terpelesetlah tameng yang menutupi dan
menjaganya. Syaikh al-Qubbari rahimahullah mengisyaratkan kepada
pengertian ini dengan katanya: 'Yang makruh adalah dinding penghalang di antara
hamba dan sesuatu yang haram. Maka barangsiapa yang banyak melakukan yang
makruh berarti ia menuju kepada yang haram. Dan yang mubah merupakan dinding
pemisah di antaranya dan yang dimakruhkan. Maka barangsiapa yang memperbanyak
yang mubah niscaya ia menuju kepada yang makruh.'Ibnu Hajar rahimahullah
memandang baik perkataannya ini dan ia menambahkan: 'Sesungguhnya yang halal,
sekiranya dikhawatirkan bahwa melakukannya secara mutlak bisa menyeret kepada
yang makruh atau haram, semestinya meninggalkannya, seperti memperbanyak yang
halal. Sesungguhnya hal itu membutuhkan banyak kerja yang dapat menjatuhkan
diri seseorang dalam mengambil yang bukan haknya atau membawa kepada penolakan
jiwa. Dan sekurang-kurangnya adalah tersibukkan dari ibadah (maksudnya, tidak
ada waktu untuk beribadah, pent.). Hal ini sudah diketahui berdasarkan
pengalaman dan disaksikan dengan pandangan mata.
Ciri
mendasar pada seseorang yang bersifat wara' adalah kemampuannya meninggalkan
sesuatu yang hanya semata-mata ada keraguan atau syubhat, seperti yang
dikatakan oleh al-Khaththabi rahimahullah: 'Semua yang engkau merasa
ragu padanya, maka sifat wara' adalah menjauhinya.' Imam al-Bukhari rahimahullah
mengutip perkataan Hasan bin Abu Sinan rahimahullah: 'Tidak ada sesuatu
yang lebih mudah dari pada sifat wara': "Tinggalkanlah sesuatu yang
meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu."
Orang-orang yang memiliki kedudukan
yang tinggi selalu bersikap prefentif untuk diri mereka sendiri dengan
berhati-hati dari sebagian yang halal yang bisa membawa kepada sesuatu yang
makruh atau haram. Diriwayatkan dari Rasulullah r, beliau bersabda:
لاَيَبْلُغُ
الْعَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ حَتَّى يَدَعَ مَالاَبَأْسَ بِهِ
حَذَرًا مِمَّا بِهِ بَأْسٌ
"Seorang hamba tidak bisa
mencapai derajat taqwa sehingga ia meninggalkan yang tidak dilarang karena
khawatir dari sesuatu yang dilarang."
Ibnu al-Qayyim rahimahullah
menceritakan pengalamannya bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:
Syaikhul Islam berkata kepadaku pada suatu hari tentang sesuatu yang mubah
(boleh): 'Ini menghalangi kedudukan yang tinggi, sekalipun meninggalkannya
bukanlah syarat dalam keselamatan.
Sebagaimana wara' meliputi gambaran-gambaran usaha dan hubungan mu'amalah, maka
sesungguhnya ia juga mencakup lisan. Sesungguhnya engkau menemukan kebanyakan
orang bersegera memberi fatwa, sedangkan mereka tidak mengetahui. Karena
itulah, ad-Darimi rahimahullah membuat satu bab yang berbunyi: Menahan
diri (bersikap wara') dari menjawab sesuatu yang tidak ada dalam al-Qur`an dan
sunnah.' Ishaq bin Khalaf rahimahullah memandang sikap wara` dalam
ucapan lebih utama daripada sikap wara` dalam hubungan yang berkaitan dengan
harta, di mana dia berkata: 'Wara' dalam tuturan kata lebih utama daripada emas
dan perak…
Di antara renungan Ibnu al-Qayyim rahimahullah dalam hadits-hadits
Rasulullah r, dia menyatakan bahwa sesungguhnya: 'Rasulullah r mengumpulkan
semua sifat wara' dalam satu kata, maka beliau bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ
تَرْكُهُ مَالاَيَعْنِيْهِ
"Termasuk
tanda baik keislaman seseorang, ia meninggalkan hal-hal yang tidak penting
baginya."
Dan di antara hasil yang nampak bagi sikap wara' bahwa ia memelihara pelakunya
dari terjerumus (dalam hal yang dilarang), karena itulah engkau menemukan:
Barangsiapa yang melakukan yang dilarang, ia menjadi gelap hati karena tidak
ada cahaya wara', maka ia terjerumus dalam hal yang haram, kendati ia tidak
memilih untuk terjerumus padanya. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah.
Dan dalam hadits ifki (berita bohong), 'Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata tentang Zainab radhiyallahu 'anha, di mana ia menjaga
pendengaran dan penglihatannya dari terjerumus dalam perkara yang ia tidak
mengetahui: 'Maka Allah I menjaganya dengan sifat wara'
Sebagaimana orang yang wara' memelihara agama dan kehormatannya dari celaan:
فَمَنْ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ
اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ
"…Maka
barangsiapa yang menahan diri dari yang syubhat, niscaya ia telah membersihkan
agama dan kehormatannya, ...
Ibnu
Hajar rahimahullah berkata: 'Dalam hadits ini menjadi dalil bahwa
barangsiapa yang tidak menjaga diri dari yang syubhat dalam usaha dan
kehidupannya, berarti ia telah menawarkan dirinya untuk mendapat celaan. Dan
dalam hal ini menjadi isyarat untuk memelihara perkara-perkara agama dan
menjaga sikap muru`ah.'
Maka apabila wara' merupakan kedudukan ibadah yang tertinggi:
كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ
النَّاسِ
"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi
manusia paling beribadah."
Faedah dan manfaat sikap wara’
Sikap wara’ memiliki banyak sekali
faedah, diantaranya adalah:
- Wara’ termasuk martabat tertinggi dari iman dan terutama dalam martabat ihsaan.
- Memberikan kepada seorang mukmin perasaan lega dan ketenangan jiwa.
- Masyarakat yang memiliki sikap wara’ akan menjadi masyarakat yang baik dan bersih.
- Allah mencintai orang yang bersikap wara’ dan juga para makhlukpun demikian.
- Sikap wara’ bisa menjadi sebab ijabah do’a.
Semoga Allah memberikan kepada kita sikap wara’ yang benar
dan tepat dalam menghadapi gelombang fitnah dunia yang demikian besarnya ini.
Mari berusaha menanamkannya dalam
diri kita agar kita menjadi hambaNya yang beruntung!
Sumber; Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Hakekat Wara’ Muslim.Or.Id
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar