Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Hidayah Komplek PT. Profab Indonesia
Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar
Kota Batam Kepuluan Riau
6 Jumadil Awal
1438.H / 7 Februari 2017.M
LIMA
KEBAIKAN BAGI MUSLIM
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
يَا
أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ
أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا
وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ
كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Wahai Abu Hurairah ;
1.
jadilah
engkau orang yang wara’ maka engkau menjadi orang yang paling beribaddah
2.
dan
jadilah orang yang qanaah (menerima) maka engkau menjadi orang yang paling
bersyukur.
3.
Cintailah untuk manusia apa yang engkau cintai
untuk dirimu maka kamu menjadi mukmin,
4.
berbuat
baiklah kepada tetanggamu maka kamu menjadi muslim
5.
dan
sedikitkan tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.
Dari hadits diatas disebutkan ada lima kebaikan bagi
Muslim yang mampu menerapkan hal itu
dalam hidupnya, yaitu;
1. WARA
Para ulama memberikan definisi wara’ dengan beberapa
ungkapan, diantaranya:
- Wara’ adalah meninggalkan semua yang meragukan dirimu dan menghilangkan semua yang membuat jelek dirimu dan mengambil yang lebih baik.
- Wara’ adalah ibarat dari tidak tergesa-gesa dalam mengambil barang-barang keduniaan atau meninggalkan yang diperbolehkan karena khawatir terjerumus dalam perkara yang dilarang.
Sedangkan Syaikhul Islam ibnu Taimiyah menggambarkan sikap
wara’ ini dengan ungkapan: “sikap hati-hati dari terjerumus dalam perkara yang
berakibat bahaya yaitu yang jelas haramnya atau yang masih diragukan
keharamannya. Dalam meninggalkan perkara tersebut tidak ada mafsadat yang kebih
besar dari mengerjakannya” (Majmu’ Fatawa, 10/511).
Hal ini disimpulkan
secara ringkas oleh murid beliau imam Ibnu al-Qayim dengan ungkapan: “Wara’
adalah meninggalkan semua yang dikhawatirkan merugikan akhiratnya” (Al-Fawaaid
hlm 118).
Jelaslah sikap wara’ adalah sikap meninggalkan semua yang
meragukan dirimu dan menghilangkan semua yang membuat jelek dirimu. Hal ini
dengan meninggalkan perkara syubuhat dan berhati-hati berjaga dari semua
larangan Allah. Seorang tidak dikatakan memiliki wara’ sampai menjauhi
perkara syubuhat (samar hukumnya) karena takut terjerumus dalam
keharaman dan meninggalkan semua yang dikhawatirkan merugikan akhiratnya.
Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
:
“Perkara halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas.
Diantara keduanya (halal dan haram ini) ada perkara syubuhat (samar hukumnya)
yang banyak orang tidak mengetahuinya. Siapa yang menjauhi perkara syubuhat ini
maka ia telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Siapa yang terjerumus dalam
perkara syubuhat ini seperti seorang gembala yang menggembalakan ternaknya di
sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah setiap raja memiliki
tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang
diharamkanNya“. (Muttafaqun ‘Alaihi)
2. QANA’AH
Menurut bahasa qanaah artinya
merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah
dikaruniakan Allah Swt kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat
tamak, sifat tersebut berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan
sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Apapun yang kita terima dari Allah Swt
merupakan karunia yang tiada terhingga. Oleh karena itu, sebagai umat Islam
kita wajib bersyukur kepada-Nya.
Firman Allah
“Dan tidak
ada sesuatu binatang melata pun di bumi ini, melainkan Allahlah yang memberi
rezekinya.”(QS Hud 11 : 6 )
Manfaat Qana’ah
Ketika dikatakan bahwa seorang
yang memiliki sifat qana’ah akan beruntung, tentulah ada buah atau manfaat yang
dapat dipetik dari sifat qana’ah yang akan mendorong kita untuk berakhlak
dengannya. Di antara manfaat tersebut adalah:
1. Memperkuat iman
Dengan sifat qana’ahhati
seorang hamba akan dipenuhi dengan keimanan, yakin kepada Allah serta ridla
atas apa yang telah Dia tentukan, atas apa yang telah Dia bagi. Meski dalam
ukuran kacamata manusia dia adalah seorang yang fakir, dia yakin bahwa Allah
telah menjamin dan membagi rezeki pada hamba sehingga tidak ada rasa khawatir
pada dirinya. Contoh akan hal ini banyak dipraktikkan oleh para salaf,
khususnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana dalam
beberapa hadits disebutkan akan sifat qana’ah beliau.
Di antaranya adalah ketika
‘Aisyah radliallahu ‘anha menuturkan bahwa beliau tidak pernah kenyang
karena memakan roti dan zaitun lebih dari sekali dalam sehari. Dan juga dalam
beberapa bulan, rumah-rumah rasulullah tidak pernah mengepulkan asap dan beliau
beserta istri hanya mengandalkan kurma dan air. Meski demikian, beliau
mencontohkan untuk tetap berlaku qana’ah, ridla atas rezeki yang diberikan
Allah.
2. Membantu untuk merealisasikan rasa syukur
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,“Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau
menjadi manusia yang paling baik dalam beribadah. Dan jadilah seorang yang
qana’ah, niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur” (Shahih.
HR. Ibnu Majah).
Seorang yang qana’ah terhadap
rezeki yang diterima niscaya akan bersyukur kepada Allah. Dia menganggap
dirinya sebagai orang yang kaya. Sebaliknya, jika tidak berlaku qana’ah, yang
ada adalah perasaan merasa kurang, menganggap sedikit pemberian Allah, sehingga
akan mengurangi keimanan atau bahkan mengundang murka Allah.
3. Memperoleh kehidupan yang baik (al-hayah ath-thayyibah)
Salah satu penafsiran terhadap
al-hayah ath-thayyibah (kehidupan yang baik) sebagaimana dalam firman
Allah di surat an-Nahl ayat 97 adalah sifat qana’ah. Penafsiran ini dikemukakan
oleh sahabat ‘Ali dan Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhum (Tafsir ath-Thabari).
Dalam ayat tersebut terkandung dalil bahwa Allah akan memuliakan para hamba-Nya
yang beriman dengan memberikan hati yang tenang, kehidupan yang tenteram serta
jiwa yang ridla, yang semua itu menunjukkan akan keutamaan qana’ah. Tidak
diliputi kegelisahan karena merasa kekurangan atas jatah rezeki yang
ditetapkan, tidak pula dihinggapi berbagai penyakit hati yang meresahkan jiwa
sehingga terkadang mendorong seseorang melakukan perbuatan yang buruk. Di awal
sudah disebutkan, bahwa hati yang baik akan melahirkan amalan lahiriah yang
baik. Sebaliknya, hati yang buruk karena dijangkiti penyakit akan melahirkan
perilaku yang buruk.
4. Menjaga dari perbuatan dosa
Ahli hikmah mengatakan,
“Saya menjumpai bahwa orang yang paling banyak berduka adalah mereka
yang ditimpa penyakit dengki. Dan yang paling tenang kehidupannya adalah mereka
yang dianugerahi sifat qana’ah” (Ihya ‘Uluum ad-Diin).
Qana’ah akan membentengi
pemiliknya dari berbagai sifat yang tercela dan perbuatan dosa. Salah satu
sifat tercela yang kontra dengan sifat qana’ah adalah hasad atau dengki. Tidak
jarang dikarenakan kedengkian seseorang melakukan berbagai perbuatan dosa, baik
itu menggunjing (ghibah), mengadu domba (namimah), berdusta
atau bahkan berbuat khianat dan tidak amanah dalam urusan harta, seperti
korupsi misalnya. Kontra dengan seorang yang qana’ah, dengan sifat qana’ah yang
dia miliki seorang hamba akan menempuh cara yang halal dalam mencari rezeki,
bukan menerjang yang haram.
3. MENCINTAI ORANG LAIN
Rasulullah saw bersabda: Tidak beriman salah seorang dari
kamu sekalian, sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk
dirinya.
Imam as-Suhaymi dalam menafsiri hadits di atas mengatakan
bahwa iman seseorang tidak sempurna sehingga ia mencintai untuk setiap saudara,
meskipun kafir, tanpa mengistimewakan kecintaannya kepada seseorang melebihi
orang lain, apa yang dicintai untuk dirinya sendiri, seperti ketaatan dan
kesenangan-kesenangan dunia yang mubah. Artinya, hendaklah engkau berbuat apa saja untuk seseorang seperti engkau
menyukai seseorang berbuat apa saja untukmu. Engkau memperlakukan ia dengan
perlakuan yang engkau sukai agar ia memperlakukan engkau. Engkau menasihati dia
seperti engkau menasihati dirimu sendiri. Engkau menghukum ia dengan hukum yang
engkau sukai agar ia menghukum engkau. Engkau tidak membalas perbuatannya yang
menyakitimu. Engkau tidak mengurangi kehormatannya. Jika engkau melihat ia
melakukan kebaikan, hendaklah kebaikannya engkau tampakkan. Namun jika engkau
melihat ia melakukan hal jelek, engkau tutupi.
Rasulullah saw bersabda: Para penyayang akan disayangi
oleh Dzat Yang Maha Penyayang. Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya
siapa saja yang ada di langit akan menyayangi kamu.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesunguhnya kelak di hari kiamat
Allah akan berfirman, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena
keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepadanya dalam
naungan-Ku disaat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku,”(HR. Muslim).
Dalam hadits lain, Rasullulah SAW bersabda,“Siapa pun tidak
akan merasakan manisnya iman, hingga ia mencintai seseorang hanya karena Allah
semata,” (HR. Bukhari).
Alasan tersebut sangat jelas menunjukkan pada kita siapa
saja yang layak untuk dicintai. Selain itu, perasaan yang berlandaskan
kecintaan kepada Allah bukanlah perasaan semu. Keberadannya sungguh memberi
keuntungan yang besar bagi manusia, salah satunya bahwa ia akan mendapat
naungan Allah di hari kiamat.
4. BERBUAT BAIK KEPADA TETANGGA
Ada beberapa pendapat yang
menyebutkan tentang definisi tetangga dan apa batasan tetangga. Adapun disini
saya hanya merangkum saja tentang batasan istilah tetangga, diantaranya adalah:
1. Tetangga adalah sesiapa yang
sama-sama mendengar suara adzan di masjid atau mushalla kampungnya tanpa
pengeras suara. Itulah yang dinamakan tetangga.
2. Dikatakan bahwa siapa-siapa yang
shalat bersama di masjid yang sama di kampungnya, maka ia adalah tetangga anda.
3. Bahwa siapapun yang disatukan
dengan suatu tempat atau perkampungan, maka itulah tetangga anda. Misalnya di
Indonesia umumnya adalah disatukan oleh RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga),
maka itulah tetangga kita.
4. Batas tetangga adalah empat puluh
rumah dari masing-masing arah (depan, belakang, kanan, kiri, dan sisi).
5. Dikatakan bahwa batasan tetangga
dikembalikan pada pemahaman setempat yang berlaku, seperti misalnya di
Indonesia (seperti yang dicontohkan pada poin nomor tiga).
Allah Ta'ala berfirman dalam surat
An-Nisa:36
“ Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu
bapak, karib, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman-teman sejawat, ibn sabil, dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” ( Q.S.
An- Nisa: 36).
Dari ayat di atas Allah menggabung
antara perintah menyembah-Nya dengan perintah berbuat baik kepada manusia (yang
salah satu diantaranya adalah tetangga).
Rasulullah bersabda,"Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya".
5. SEDIKIT TERTAWA
Abul
Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Umar r.a. berkata: "Pada suatu
hari Nabi Muhammad s.a.w. keluar ke masjid, tiba-tiba ada orang
berbicara-bicara sambil tertawa, maka Nabi Muhammad s.a.w. berhenti di depan
mereka dan memberi salam lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat hal-hal
yang merusak nikmat." Sahabat bertanya: "Apakah yang merusakkan
itu?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Mati." Kemudian Nabi Muhammad
s.a.w. keluar melihat orang-orang sedang tertawa gelak-gembira, maka Nabi
Muhammad s.a.w. bersabda kepada mereka: "Ingatlah demi Allah yang jiwaku
di tanganNya andaikan kamu mengetahui
sebagaimana yang aku ketahui niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak
menangis." Kemudian di lain hari keluar pula dan melihat orang-orang
sedang gelak ketawa sambil berbicara-bicara, maka Nabi Muhammad s.a.w. memberi
salam dan berkata: "Sesungguhnya Islam ini pada mulanya asing dan akan
kembali asing, maka sangat beruntung bagi orang-orang yang berada dalam
keterasingan pada hari kiamat." Nabi ditanya: "Siapakah orang-orang
asing itu pada hari kiamat?" jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Ialah
mereka yang tetap memerbaiki akhlaknya di masa rusaknya.
Pernah
Hasan al-Bashri bertemu dengan pemuda yang sedang tertawa, lalu ditanya:
"Hai anak muda, apakah engkau sedah menyeberang shirath (jembatan shirath
al-Mustaqiim di akhirat)?" Pemuda itu menjawab: "Belum."
kemudian ditanya lagi, "Apakah engkau pasti engkau akan masuk surga atau
neraka?" dan dijawab: "Belum." dan Hasan al-Bashri bertanya,
"Lalu karena apa engkau tertawa sedemikian itu?" maka sejak itu
pemuda tadi tidak tertawa lagi.
[Dari
berbagai sumber]
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar