Kamis, 02 Februari 2017

192. Lima Kebaikan Bagi Muslim



Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Hidayah   Komplek PT. Profab Indonesia
Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar
Kota Batam Kepuluan Riau
6 Jumadil Awal  1438.H / 7  Februari   2017.M


                                              LIMA KEBAIKAN BAGI MUSLIM       

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Wahai Abu Hurairah ;
1.      jadilah engkau orang yang wara’ maka engkau menjadi orang yang paling beribaddah
2.      dan jadilah orang yang qanaah (menerima) maka engkau menjadi orang yang paling bersyukur.
3.       Cintailah untuk manusia apa yang engkau cintai untuk dirimu maka kamu menjadi mukmin,
4.      berbuat baiklah kepada tetanggamu maka kamu menjadi muslim
5.      dan sedikitkan tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.
Dari hadits diatas disebutkan ada lima kebaikan bagi Muslim yang mampu menerapkan hal  itu dalam hidupnya, yaitu;

1.     WARA
Para ulama memberikan definisi wara’ dengan beberapa ungkapan, diantaranya:
  • Wara’ adalah meninggalkan semua yang meragukan dirimu dan menghilangkan semua yang membuat jelek dirimu dan mengambil yang lebih baik.
  • Wara’ adalah ibarat dari tidak tergesa-gesa dalam mengambil barang-barang keduniaan atau meninggalkan yang diperbolehkan karena khawatir terjerumus dalam perkara yang dilarang.
Sedangkan Syaikhul Islam ibnu Taimiyah menggambarkan sikap wara’ ini dengan ungkapan: “sikap hati-hati dari terjerumus dalam perkara yang berakibat bahaya yaitu yang jelas haramnya atau yang masih diragukan keharamannya. Dalam meninggalkan perkara tersebut tidak ada mafsadat yang kebih besar dari mengerjakannya” (Majmu’ Fatawa, 10/511).

 Hal ini disimpulkan secara ringkas oleh murid beliau imam Ibnu al-Qayim dengan ungkapan: “Wara’ adalah meninggalkan semua yang dikhawatirkan merugikan akhiratnya” (Al-Fawaaid hlm 118).

Jelaslah sikap wara’ adalah sikap meninggalkan semua yang meragukan dirimu dan menghilangkan semua yang membuat jelek dirimu. Hal ini dengan meninggalkan perkara syubuhat dan berhati-hati berjaga dari semua larangan Allah. Seorang tidak dikatakan memiliki wara’ sampai menjauhi perkara syubuhat (samar hukumnya) karena takut terjerumus dalam keharaman dan meninggalkan semua yang dikhawatirkan merugikan akhiratnya. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :
Perkara halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas. Diantara keduanya (halal dan haram ini) ada perkara syubuhat (samar hukumnya) yang banyak orang tidak mengetahuinya. Siapa yang menjauhi perkara syubuhat ini maka ia telah menjaga agamanya dan kehormatannya. Siapa yang terjerumus dalam perkara syubuhat ini seperti seorang gembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkanNya“. (Muttafaqun ‘Alaihi)

2.     QANA’AH
Menurut bahasa qanaah artinya merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat tamak, sifat tersebut berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Apapun yang kita terima dari Allah Swt merupakan karunia yang tiada terhingga. Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita wajib bersyukur kepada-Nya.
Firman Allah

“Dan tidak ada sesuatu binatang melata pun di bumi ini, melainkan Allahlah yang memberi rezekinya.”(QS Hud 11 : 6 )

Manfaat Qana’ah

Ketika dikatakan bahwa seorang yang memiliki sifat qana’ah akan beruntung, tentulah ada buah atau manfaat yang dapat dipetik dari sifat qana’ah yang akan mendorong kita untuk berakhlak dengannya. Di antara manfaat tersebut adalah:
1. Memperkuat iman
Dengan sifat qana’ahhati seorang hamba akan dipenuhi dengan keimanan, yakin kepada Allah serta ridla atas apa yang telah Dia tentukan, atas apa yang telah Dia bagi. Meski dalam ukuran kacamata manusia dia adalah seorang yang fakir, dia yakin bahwa Allah telah menjamin dan membagi rezeki pada hamba sehingga tidak ada rasa khawatir pada dirinya. Contoh akan hal ini banyak dipraktikkan oleh para salaf, khususnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana dalam beberapa hadits disebutkan akan sifat qana’ah beliau.
Di antaranya adalah ketika ‘Aisyah radliallahu ‘anha menuturkan bahwa beliau tidak pernah kenyang karena memakan roti dan zaitun lebih dari sekali dalam sehari. Dan juga dalam beberapa bulan, rumah-rumah rasulullah tidak pernah mengepulkan asap dan beliau beserta istri hanya mengandalkan kurma dan air. Meski demikian, beliau mencontohkan untuk tetap berlaku qana’ah, ridla atas rezeki yang diberikan Allah.
2. Membantu untuk merealisasikan rasa syukur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau menjadi manusia yang paling baik dalam beribadah. Dan jadilah seorang yang qana’ah, niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur” (Shahih. HR. Ibnu Majah).
Seorang yang qana’ah terhadap rezeki yang diterima niscaya akan bersyukur kepada Allah. Dia menganggap dirinya sebagai orang yang kaya. Sebaliknya, jika tidak berlaku qana’ah, yang ada adalah perasaan merasa kurang, menganggap sedikit pemberian Allah, sehingga akan mengurangi keimanan atau bahkan mengundang murka Allah.
3. Memperoleh kehidupan yang baik (al-hayah ath-thayyibah)
Salah satu penafsiran terhadap al-hayah ath-thayyibah (kehidupan yang baik) sebagaimana dalam firman Allah di surat an-Nahl ayat 97 adalah sifat qana’ah. Penafsiran ini dikemukakan oleh sahabat ‘Ali dan Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhum (Tafsir ath-Thabari). Dalam ayat tersebut terkandung dalil bahwa Allah akan memuliakan para hamba-Nya yang beriman dengan memberikan hati yang tenang, kehidupan yang tenteram serta jiwa yang ridla, yang semua itu menunjukkan akan keutamaan qana’ah. Tidak diliputi kegelisahan karena merasa kekurangan atas jatah rezeki yang ditetapkan, tidak pula dihinggapi berbagai penyakit hati yang meresahkan jiwa sehingga terkadang mendorong seseorang melakukan perbuatan yang buruk. Di awal sudah disebutkan, bahwa hati yang baik akan melahirkan amalan lahiriah yang baik. Sebaliknya, hati yang buruk karena dijangkiti penyakit akan melahirkan perilaku yang buruk.
4. Menjaga dari perbuatan dosa
Ahli hikmah mengatakan,
“Saya menjumpai bahwa orang yang paling banyak berduka adalah mereka yang ditimpa penyakit dengki. Dan yang paling tenang kehidupannya adalah mereka yang dianugerahi sifat qana’ah” (Ihya ‘Uluum ad-Diin).
Qana’ah akan membentengi pemiliknya dari berbagai sifat yang tercela dan perbuatan dosa. Salah satu sifat tercela yang kontra dengan sifat qana’ah adalah hasad atau dengki. Tidak jarang dikarenakan kedengkian seseorang melakukan berbagai perbuatan dosa, baik itu menggunjing (ghibah), mengadu domba (namimah), berdusta atau bahkan berbuat khianat dan tidak amanah dalam urusan harta, seperti korupsi misalnya. Kontra dengan seorang yang qana’ah, dengan sifat qana’ah yang dia miliki seorang hamba akan menempuh cara yang halal dalam mencari rezeki, bukan menerjang yang haram.

3.     MENCINTAI ORANG LAIN
Rasulullah saw bersabda: Tidak beriman salah seorang dari kamu sekalian, sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.
Imam as-Suhaymi dalam menafsiri hadits di atas mengatakan bahwa iman seseorang tidak sempurna sehingga ia mencintai untuk setiap saudara, meskipun kafir, tanpa mengistimewakan kecintaannya kepada seseorang melebihi orang lain, apa yang dicintai untuk dirinya sendiri, seperti ketaatan dan kesenangan-kesenangan dunia yang mubah. Artinya, hendaklah engkau berbuat  apa saja untuk seseorang seperti engkau menyukai seseorang berbuat apa saja untukmu. Engkau memperlakukan ia dengan perlakuan yang engkau sukai agar ia memperlakukan engkau. Engkau menasihati dia seperti engkau menasihati dirimu sendiri. Engkau menghukum ia dengan hukum yang engkau sukai agar ia menghukum engkau. Engkau tidak membalas perbuatannya yang menyakitimu. Engkau tidak mengurangi kehormatannya. Jika engkau melihat ia melakukan kebaikan, hendaklah kebaikannya engkau tampakkan. Namun jika engkau melihat ia melakukan hal jelek, engkau tutupi. 

Rasulullah saw bersabda: Para penyayang akan disayangi oleh Dzat Yang Maha Penyayang. Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya siapa saja yang ada di langit akan menyayangi kamu.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesunguhnya kelak di hari kiamat Allah akan berfirman, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepadanya dalam naungan-Ku disaat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku,”(HR. Muslim).

Dalam hadits lain, Rasullulah SAW bersabda,“Siapa pun tidak akan merasakan manisnya iman, hingga ia mencintai seseorang hanya karena Allah semata,” (HR. Bukhari).

Alasan tersebut sangat jelas menunjukkan pada kita siapa saja yang layak untuk dicintai. Selain itu, perasaan yang berlandaskan kecintaan kepada Allah bukanlah perasaan semu. Keberadannya sungguh memberi keuntungan yang besar bagi manusia, salah satunya bahwa ia akan mendapat naungan Allah di hari kiamat.

4.     BERBUAT BAIK KEPADA TETANGGA
Ada beberapa pendapat yang menyebutkan tentang definisi tetangga dan apa batasan tetangga. Adapun disini saya hanya merangkum saja tentang batasan istilah tetangga, diantaranya adalah:
1. Tetangga adalah sesiapa yang sama-sama mendengar suara adzan di masjid atau mushalla kampungnya tanpa pengeras suara. Itulah yang dinamakan tetangga.
2. Dikatakan bahwa siapa-siapa yang shalat bersama di masjid yang sama di kampungnya, maka ia adalah tetangga anda.
3. Bahwa siapapun yang disatukan dengan suatu tempat atau perkampungan, maka itulah tetangga anda. Misalnya di Indonesia umumnya adalah disatukan oleh RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga), maka itulah tetangga kita.
4. Batas tetangga adalah empat puluh rumah dari masing-masing arah (depan, belakang, kanan, kiri, dan sisi).
5. Dikatakan bahwa batasan tetangga dikembalikan pada pemahaman setempat yang berlaku, seperti misalnya di Indonesia (seperti yang dicontohkan pada poin nomor tiga).
Allah Ta'ala berfirman dalam surat An-Nisa:36

 “ Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman-teman sejawat, ibn sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” ( Q.S. An- Nisa: 36).

Dari ayat di atas Allah menggabung antara perintah menyembah-Nya dengan perintah berbuat baik kepada manusia (yang salah satu diantaranya adalah tetangga).
Rasulullah bersabda,"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya".
5.     SEDIKIT TERTAWA
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Umar r.a. berkata: "Pada suatu hari Nabi Muhammad s.a.w. keluar ke masjid, tiba-tiba ada orang berbicara-bicara sambil tertawa, maka Nabi Muhammad s.a.w. berhenti di depan mereka dan memberi salam lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat hal-hal yang merusak nikmat." Sahabat bertanya: "Apakah yang merusakkan itu?" Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Mati." Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. keluar melihat orang-orang sedang tertawa gelak-gembira, maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda kepada mereka: "Ingatlah demi Allah yang jiwaku di tanganNya andaikan  kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis." Kemudian di lain hari keluar pula dan melihat orang-orang sedang gelak ketawa sambil berbicara-bicara, maka Nabi Muhammad s.a.w. memberi salam dan berkata: "Sesungguhnya Islam ini pada mulanya asing dan akan kembali asing, maka sangat beruntung bagi orang-orang yang berada dalam keterasingan pada hari kiamat." Nabi ditanya: "Siapakah orang-orang asing itu pada hari kiamat?" jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Ialah mereka yang tetap memerbaiki akhlaknya di masa rusaknya.

Pernah Hasan al-Bashri bertemu dengan pemuda yang sedang tertawa, lalu ditanya: "Hai anak muda, apakah engkau sedah menyeberang shirath (jembatan shirath al-Mustaqiim di akhirat)?" Pemuda itu menjawab: "Belum." kemudian ditanya lagi, "Apakah engkau pasti engkau akan masuk surga atau neraka?" dan dijawab: "Belum." dan Hasan al-Bashri bertanya, "Lalu karena apa engkau tertawa sedemikian itu?" maka sejak itu pemuda tadi tidak tertawa lagi.
[Dari berbagai sumber]



بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم



Tidak ada komentar:

Posting Komentar