Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Munawwarah
Sraya Atas
Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
30 Jumadil Akhir 1437. H/ 8 April 2016.M
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن.
فَيَا
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati
Allah
Puji syukur kita sanjungkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada kita, nikmat sehat, nikmat rezeki,
lebih-lebih nikmat iman dan islam, semoga dengan datangnya kita ke masjid ini
untuk menunaikan shalat jum’at merupakan ujud syukur kita kepada-Nya.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada
nabi Kita Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, yang kita jadikan sebagai teladan
dan pimpinan dalam kehidupan ini, teladan dalam hidup pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Khatib mengajak kita semua untuk
meningkatkan kualitas iman, takwa dan amal shaleh, dari satu shalat ke shalat
berikutnya, dari satu jum’at ke jum’at selanjutnuya dan dari satu Ramadhan ke
Ramadhan berikutnya.
A.Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung
jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia W. J. S.Poerwadarminta adalah “keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya” artinya jika ada sesuatu hal, boleh
dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Tanggung jawab ini pula
memiliki arti yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala resikonya”.
Seperti yang disampaikan oleh Al-Hadits,
Shahih Bukhari – Muslim “Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu
bertanggung jawab atas kepemimpinan itu”.
Makna dari istilah tanggung jawab adalah
siap menerima kewajiban atau tugas. Arti tanggung jawab di atas semestinya
sangat mudah untuk dimengerti oleh setiap orang.
Tanggung
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.
Dengan
demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak
yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dan sisi si pembuat ia harus
menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang hams
memulihkan ke dalam keadaan baik. Dan sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak
mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara
individual maupun dengan cara kemasyarakatan.
B.Tanggung Jawab Orangtua
Tanggung jawab orang tua
terhadap anak tidak sekadar menjaga dan merawat anak-anak mereka dari kecil
hingga dewasa. Akan tetapi, lebih dari itu, bagaimana orang tua dapat
menjadikan anak-anak mereka agar menjadi anak yang cerdas urusan dunia dan akhirat?
Bagaimana menjadikan mereka anak yang saleh dan salihah? Mari kita simak
hal-hal yang termasuk ke dalam tanggung jawab orang tua terhadap anak.
1. Merawat Anak
Orang tua memiliki kewajiban
untuk merawat anak-anak mereka. Merawat di sini memiliki banyak arti, tidak
hanya sekadar menjaga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk membesarkan
anak-anak mereka dengan cara yang baik, yakni dengan cara yang diajarkan
Rasulullah sebagai teladan terbaik. Orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan anak-anak mereka sesuai dengan kemampuannya. Memberikan mereka makan,
pakaian, pendidikan, dan kebutuhan lain. Tanggung jawab orang tua terhadap anak
ini memang tidak mudah. Banyak orang tua yang harus bersusah payah dan bekerja
keras agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anak mereka, misalnya
berusaha memberikan makan dan pakaian, agar anak-anak mereka bisa tumbuh dengan
layak dan berkecukupan.
2. Mendidik Anak
Tanggung jawab orang tua
terhadap anak yang selanjutnya ialah mendidik anak. Mendidik agar cerdas dalam
perihal dunia dan akhirat. Menjadikan anak-anak mereka tangguh dengan ilmu agar
mampu menyikapi perihal urusan dunia dan akhirat dengan bijaksana. Tanggung
jawab mendidik anak ini sekilas memang terdengar mudah, tetapi faktanya tidak.
Abdullah bin Umar r.a. berkata sebagai berikut.
Didiklah anakmu karena
sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan
pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Selain itu, dia juga akan
diberi pertanyaan mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada
dirimu.
Dalam mendidik anak, orang tua
tidak dapat melakukannya secara sembarangan atau asal-asalan. Orang tua harus
memiliki ilmunya terlebih dahulu. Berilmu sebelum beramal, inilah langkah
terbaiknya. Jika orang tua menginginkan anak-anak mereka tumbuh menjadi cerdas,
bagaimana mungkin orang tua hanya berdiam diri tanpa mencerdaskan diri mereka
terlebih dahulu? Apakah mereka hanya menyerahkan anak-anak mereka kepada tenaga
pendidik profesional saja? Tidak mungkin kan? Perlu diingat bahwa orang tua
adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
Al-Hakim, Nabi saw. bersabda sebagai berikut.
Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang
tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik. (H.R. Al Hakim: 7679).
3. Membimbing Anak ke Jalan yang Lurus
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam sebuah ayat berikut.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Q.S.
At-Tahrim: 6)
Membimbing keluarga dan anak ke jalan yang lurus,
yakni jalan yang sesuai dengan ajaran Islam, merupakan salah satu tanggung
jawab orang tua terhadap anak yang patut diperhatikan. Di masa kini, seringkali
orang tua hanya memfokuskan diri mereka untuk memberikan nafkah yang cukup
untuk anak-anak mereka. Padahal, tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
tidak hanya sekadar itu.
Orang tua wajib mengajarkan ilmu agama yang
sesuai dengan Alquran dan sunnah kepada anak mereka. Membimbing mereka
agar senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Orang tua wajib menjaga keluarganya dari api neraka sebagaimana ayat dalam
surat At-Tahrim di atas. Ajarkanlah kepada mereka tentang tauhid, akidah,
Alquran, serta ajaran-ajaran Islam dengan sabar dan penuh kasih sayang karena
kelak di tangan mereka akan lahir generasi-generasi pejuang Islam.
C. Ayat-Ayat
Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan ditinjau dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an
tidak secara langsung mengemukakan tentang tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan, namun perintah atau statemen tersebut tersirat dalam beberapa ayat
yang mengisyaratkan tentang hal itu. Dalam makalah ini,penulis hanya mengambil
beberapa sampel saja, karena tidak mungkin penulis membahas secara detail semua
ayat tarbiyah. Berikut ini ayat yang menunjukkan tanggung jawab orang
tua terhadap pendidikan:
Q.S.at-Tahrim/66:6
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”( Q.S.at-Tahrim/66:6).
Q.S.Luqman/31:12-14
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ
لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (12) وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan
hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.” Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
D.Hadits Tentang Tanggung Jawab Orangtua Terhadap
Pendidikan
Banyak hadits yang mengisyaratkan tentang tanggung
jawab terhadap pendidikan anaknya, walaupun tidak secara langsung. Hadits
tersebut dapat berupa hadits tentang pengajaran orang tua kepada anaknya
tentang tauhid, tentang shalat dan lain sebagainya.
Dalam rangka
menanamkan aqidah kepada anak, pertama kali yang dilakukan oleh orang tua
mengajarkan kalimat syahadat kepada anak, dengan memperdengarkan kalimat
tersebut kepada anak. Maka sebagai orang tua yang bijaksana dan mempunyai
pengetahuan yang tinggi harus mengerti hal tersebut selain mampu mengajari
anaknya untuk berpikir dan memberikan ilmu kepada anaknya tersebut. Hal itu
sesuai dengan hadits Nabi sebagai berikut:
” Dari Abu Rafi’ dari ayahnya,ia
berkata;aku pernah melihat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam adzan
sebagaimana adzan sholat,di telinga Hasan bin Ali pada saat Fatimah
melahirkannya.” (HR.Abu Dawud)
Hal
itu dapat dikuatkan oleh adanya hadist
di bawah ini yang ”Setiap anak yang dilahirkan,adalah
fitrah.Tinggal kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang
Yahudi,Nasrani,ataupun Majusi.”(HR.Bukhari).
Tentang
tanggung jawab ini disebutkan juga dalam hadist yang lain ”Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tentang
kepemimpinannya,seorang laki-laki adalah pemimpin didalam keluarganya dia akan
ditanya tentang kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin,dia akan
ditanya tentang kepemimpinannya,seorang pelayan adalah pemimpin didalam harta majikannya,dia
akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam
harta ayahnya,dia akan ditanya tentang kepemimpinannya,maka tiap-tiap dari kamu
adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.
(HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Begitu juga dalam hadist yang
lain disebutkan:”Dari Samurah,bahwasannya
Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda; Setiap anak yang lahir
terpelihara dengan aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hari ketujuh
kelahirannya.Rambutnya dicukur dan si bayi diberi nama.” (HR.Ibnu Majah)
Hadist-hadist diatas menerangkan
tentang kewajiban orangtua terhadap anak sebagai tanggung jawabnya yang harus
dilakukan menurut konsep Islam.
E.Kewajiban Orangtua adalah Hak Anak
Islam telah mengatur hak-hak anak dari orang tuanya. Hak-hak
anak dari orang tua berarti kewajiban yang harus dipenuhi orangtua terhadap
anak-anaknya. Berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an ,hadits Rasullullah SAW,maupun
atsar sahabat ,di antara hak-hak anak yang harus dipenuhi orang tuanya adalah
sebagai berikut:
1. Hak untuk hidup.(Q.S Al-An’am
:151)
2. Pemberian nama
yang baik.
3. Hak
disembelihkan Aqiqahnya.
4. Hak
menerima ASI Dua Tahun(Q.S Al-Baqarah:233 dan Lukman:14)
5. Hak makan dan minum yang
baik.(Q.S Al-Baqarah:233)
6. Hak diberi rizqi yang ‘thayyib’.(Q.S
Al-Maidah 88)
7. Hak mendapatkan pendidikan agama
yang baik.
8. Hak mendapat pendidikan shalat.
9. Hak mendapat tempat tidur
terpisah antara laki-laki dan perempuan.
10. Hak mendapat pendidikan dengan
pendidikan adab yang baik.
11. Hak mendapat pengajaran dengan
pelajaran yang baik.
12. Hak mendapat pengajaran
al-Qur’an.
13. Hak mendapat pendidikan dan
pengajaran baca tulis.
14. Hak mendapat perawatan dan
pendidikan kesehatan.
15. Hak mendapat pengajaran
keterampilan.
16. Hak mendapat tempat yang baik dalam
hati orang tua.
17. Hak mendapat kasih sayang.
F.Orang Tua Shalih, Anak pun Shalih!
“Hazm mengatakan, “Saya
mendengar al-Hasan al-Bashri ditanya oleh Katsir bin Ziyad mengenai firman
Allah ta’ala, “
“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqan: 74).
Katsir bin Ziyad bertanya
kepada al-Hasan, “Wahai Abu Sa’id, apakah yang dimaksud qurrata a’yun
(penyenang hati) dalam ayat ini terjadi di dunia ataukah di akhirat? Maka
al-Hasan pun menjawab, “Tidak, bahkan hal itu terjadi di dunia.” Katsir pun
bertanya kembali, “Bagaimana bisa?” al-Hasan menjawab, “Demi Allah, Allah akan
memperlihatkan kepada seorang hamba, istri, saudara dan kolega yang taat kepada
Allah dan demi Allah tidak ada yang menyenangkan hati seorang muslim selain
dirinya melihat anak, orang tua, kolega dan saudara yang tumbuh dalam ketaatan
kepada Allah ‘azza wa jalla.”
Betapa indahnya, jika kita
memandang anak-anak kita menjadi anak yang shalih, karena hal itu salah satu
penyejuk pandangan kita. Namun yang patut kita perhatikan adalah faktor yang
juga mengambil peran penting dalam pembentukan keshalehan anak adalah
keshalihan orang tua itu sendiri.
Jika kita menginginkan anak-anak shalih, maka
kita juga harus menjadi orang yang shalih. Ada pepatah Arab yang bagus mengenai
hal ini,
كيف
استقم الظل و عوده أعوج
“Bagaimana bisa bayangan itu lurus sementara
bendanya bengkok?”
Kita selaku orang tua adalah
bendanya sedangkan anak-anak kita adalah bayangannya. Jika diri kita bengkok,
maka anak pun akan bengkok dan rusak. Dan sebaliknya, jika diri kita lurus,
maka insya Allah anak-anak akan lurus.
Allah ta’ala berfirman,
“Keturunan itu sebagiannya merupakan (turunan)
dari yang lain.” (Ali Imran: 34).
Maksud dari ayat di atas
adalah orang tua yang baik, sumber yang baik, insya Allah akan
menghasilkan keturunan yang baik pula.
Keshalihan orang tua juga akan
memberikan manfaat positif, karena Allah akan menjaga sang anak. Allah
berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 82,
“Adapun dinding rumah
itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya
ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang
saleh.” (Al Kahfi: 82).
Dalam ayat ini diberitakan
bahwa dikarenakan keshalihan orang tua, Allah menjaga dan memelihara sang anak,
serta tidak mengecewakan orang tua. Oleh karenanya, keshalihan orang tua itu
akan berpengaruh pada sang anak, bahkan manfaat itu tidak terbatas pada sang
anak semata, tapi juga berdampak kepada cucu-cucunya sebagaimana diriwayatkan
oleh al-Hafizh Ibnu Katsirrahimahullah bahwa yang dimaksud ”
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا ” dalam ayat tersebut adalah kakek ketujuh dari dua
anak tadi.
Kelak di surga, Allah ta’ala pun
akan mengumpulkan sang anak bersama orang tua mereka yang shalih, meskipun amalan
sang anak tidak dibanding amalan orang tua.
“Dan orang-orang yang
beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” (Ath Thuur: 21).
Maka
disini, Allah ta’ala memasukkan anak-anak orang mukmin ke
dalam surga dengan syarat mereka juga beriman. Maka, betapa menyenangkannya,
jika kita berkumpul bersama keluarga kita di surga sebagaimana kita berkumpul
di dunia ini. Meskipun amal ibadah sang anak tidak sepadan dengan kedua orang
tuanya, amalnya kurang daripada orang tuanya, namun Allah tetap memasukkan
keturunannya ke dalam surga. Karena apa? Karena keshalehan kedua orang tuanya.
Betapa pentingnya hal ini,
yaitu menjadikan pribadi kita, yaitu orang tua, menjadi pribadi yang shalih,
sampai-sampai salah seorang yang shalih pernah mengatakan,
يا
بني إني لأستكثر من الصلاة لأجلك
“Wahai anakku, sesungguhnya
aku memperbanyak shalat karenamu (dengan harapan Allah akan menjagamu).”
Ada seorang tabi’in yang
bernama Sa’id ibn al-Musayyib rahimahullah juga pernah
berkata,
Maka, mari kita menjadikan
diri kita sebagai pribadi yang baik, taat kepada Allah dan shalih, kita
jalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dengan
harapan nantinya Allah ta’ala menjaga dan memelihara anak-anak
kita. [dari berbagai sumber internet].
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُم
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ،
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar