Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Al
Munawwarah
Jorong Sungai Lasi
Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto
Sungai Lasi
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 12
Desember 2014.M /19 Shafar 1435.H
Mengaku Muslim
tapi Setia kepada Kafirin [1]
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada
kita.Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang
setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan
sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita,
dan menjauhi larangan-laranganNya.
Dalam hal menjalankan perintah dan menjauhi larangan,
akhir-akhir ini Ummat Islam diliputi keadaan yang menuntut kehadi-hatian yang
sangat. Kalau tidak hati-hati, maka akan terjerumus sangat dalam, karena
kemungkinan yang diucapkan oleh lisan, diperbuat oleh anggota badan, dan
diyakini oleh hati, kemungkinan justru hal-hal yang sangat dilarang Islam.
Dalam hal ini yang akan kita bicarakan adalah merajalelanya gejala setia kepada
orang kafir, yang dalam Islam sangat dilarang, namun di masyarakat justru
tampak semakin berkembang.
Untuk mengetahui bagaimana gejala mencintai atau setia atau
loyal terhadap orang kafir, mari kita simak uraian ulama terkemuka saat ini
yakni Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauszan, dalam bab مظاهر موالاة الكفار
Madhaahiru Muwaalatil Kuffaar – gejala-gejala setia kepada orang-orang kafir
berikut ini.
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah, bentuk-bentuk kesetiaan sungguh telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah, di antaranya akan diuraikan 10 gejala sebagai berikut:
1. Menyerupai
kafirin dalam berpakaian, ucapan, sikap dan lainnya. Itu menunjukkan
kecintaan pada mereka, karena Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ
مِنْهُمْ *. (أبو داود)
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk
golongan mereka. (-HR Abu Daud, dan
At-Thabrani dalam Al-Awsath, dari Hudzaifah, berderajat hasan).
Oleh karena itu diharamkan menyerupai orang-orang kafir
dalam hal yang menjadi ciri khusus mereka, yang berupa tradisi atau adat
kebiasaan, ibadah, symbol dan akhlak mereka seperti mencukur jenggot,
memanjangkan kumis, berbicara dengan bahasa mereka kecuali ada kebutuhan yang
mendesak, demikian juga dengan mode berpakaian mereka, makan, minum dan
sebagainya.
2.
Tinggal di negeri kafir dan tidak pindah ke negeri Muslimin untuk
menyelamatkan ad-dien.Berdiamnya di negeri kafir menunjukkan loyalitasnya
terhadap orang kafir. Allah Ta’ala mengharamkan bermukimnya orang Muslim di
antara orang-orang kafir apabila ia mampu untuk berhijrah.
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ
الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا
مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً
فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا(97).
Sesungguhnya orang-orang yang
diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)
malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. Mereka menjawab:
“Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat
berkata: “
Bukankah bumi Allah itu luas,
sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,
إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ
وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا(98).
kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita
ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan
(untuk hijrah),
فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ
يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا(99).
mereka
itu, mudah-mudahan Allah mema`afkannya. Dan adalah Allah Maha Pema`af lagi Maha
Pengampun.( QS An-Nisaa’: 97-99).
Allah Ta’ala tidak menerima alasan setiap Muslim yang
bermukim di negara orang kafir kecuali mereka yang lemah, yang tidak mampu
untuk berhijrah, juga orang-orang yang bermukimnya ada kemaslahatan ad-dien,
misalnya berda’wah dan menyebarkan Islam di negeri mereka.
3.
Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah bepergian ke negeri kafir
dengan tujuan wisata dan rekreasi.
Hal yang demikian haram hukumnya kecuali untuk hal yang sangat diperlukan,
seperti berobat, berdagang, studi tentang sesuatu yang bermanfaat yang tidak
dapat tercapai kecuali dengan mengadakan perjalanan ke negeri mereka, maka hal
itu diperbolehkan sesuai dengan kebutuhan. Jika kebutuhannya telah terpenuhi,
ia wajib kembali ke negeri kaum muslimin.
Dan disyaratkan pula untuk diperbolehkannya mengadakan
perjalanan semacam ini, ia mampu menampakkan agamanya, bangga dengan
keislamannya, menjauhi tempat-tempat kejahatan, waspada terhadap penyelinapan
musuh-musuhnya dan tipu daya mereka. Dan diperbolehkan juga untuk bepergian
atau wajib pergi ke negeri mereka apabila dimaksudkan untuk berdakwah di jalan
Allah.
4. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah membantu
kafirin untuk mengalahkan Muslimin,
memuji-muji dan membela mereka. Ini merupakan bagian dari rusaknya aqidah, dan
penyebab kemurtadan.
5. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah
meminta bantuan kepada kaum kafir, mempercayakan urusan kepada mereka, memberikan kekuasaan kepada mereka agar menduduki jabatan
yang di dalamnya ada banyak perkara yang menyangkut urusan kaum muslimin, serta
menjadikan mereka sebagai kawan terdekat dan teman dalam bermusyawarah.Allah
Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا
تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا
عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ
أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ(118).
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu.
Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya.
هَا أَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ
وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ
قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ
الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ
الصُّدُورِ(119).
Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak
menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka
menjumpai kamu, mereka berkata: “Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri,
mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu.
Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya
Allah mengetahui segala isi hati.
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ
تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا
وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ
مُحِيطٌ(120).
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati,
tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.Jika kamu
bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan
kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka
kerjakan.(QS Ali Imran: 118-120).
Ayat-ayat yang mulia ini mengungkapkan hakekat kaum kafir
dan apa yang mereka sembunyikan dari kaum muslimin yang berupa kebencian dan
siasat untuk melawan kaum muslimin seperti tipu daya dan pengkhianatan. Dan
ayat ini juga mengungkapkan tentang kesenangan mereka bila kaum muslimin
mendapat musibah. Dengan berbagai cara mengganggu ummat Islam. Bahkan kaum
kuffar tersebut memanfaatkan kepercayaan ummat Islam kepada mereka dengan
menyusun rencana untuk memojokkan dan membahayakan ummat Islam.
Imam
Ahmad telah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Musa Al-Asy’ari
radhiyallahu anhu, dia berkata kepada ‘Umar radhiyallahu anhu: ’Saya memiliki
sekretaris yang beragama Nashrani’. ‘Umar berkata: ’Mengapa kamu berbuat demikian?Celakalah
engkau. Tidakkah engkau mendengar Allah Ta’ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ
تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
…} (51) سورة المائدة.
“Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nashrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebagian mereka adalah pemimpin bagi
sebagian yang lain…”(QS.
Al-Ma’idah: 51).
Kenapa tidak engkau ambil seorang muslim sebagai
sekretarismu? Abu Musa menjawab:’Wahai amirul mukminin, saya butuhkan
tulisannya dan urusan agama terserah dia’. Umar berkata:’Saya tidak akan
memuliakan mereka karena Allah telah menghinakan mereka, saya tidak akan
mengangkat derajat mereka karena Allah telah merendahkan mereka dan saya tidak
akan mendekati mereka karena Allah telah menjauhkan mereka’.
Imam
Ahmad dan Muslim meriwayatkan:Bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam
keluar menuju Badar. Tiba-tiba seseorang dari kaum musyrikin menguntitnya dan
berhasil menyusul beliau ketika sampai di Harrat alwabarah, lalu dia berkata:
’Sesungguhnya aku ingin mengikuti kamu dan aku rela berkorban untuk kamu’. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Beriman kah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya?”, dia berkata:’Tidak’. Beliau bersabda:”Kembalilah, karena saya
tidak akan meminta pertolongan kepada orang musyrik”. (HR Ahmad dan
Muslim).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar