Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Nurut
Taufiq
Jorong Panyalai
Nagari Cupak
Kecamatan Gunung
Talang
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 28 November
2014.M / 01 Shafar 1435.H
Indikasi Baiknya Keislaman Seseorang
Ialah Meninggalkan Yang Tidak Penting
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah
Jum’at rahimani wa rahimakumullah,
Sudah menjadi keharusan, agar kita bertakwa kepada Allah
dengan takwa yang sebenarnya, karena takwa kepada Allah merupakan bekal terbaik
bagi seseorang dalam mengarungi kehidupan dunia ini. Yaitu dunia yang penuh dengan tantangan dan godaan
setan. Baik yang berwujud jin ataupun manusia. Begitu pula, takwa kepada Allah
merupakan bekal terbaik saat menghadap Allah pada hari kiamat kelak. Saat itu,
harta dan keluarga tidak akan bisa memberikan manfaat. Firman Allah Ta’ala
menyebutkan,
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS asy-Syu’ara: 88-89)
Saat itu juga,
kekuasaan seseorang sudah tidak bermanfaat lagi. Allah ta’ala ceritakan tentang
kisah orang-orang yang menerima catatan amal perbuatan dengan tangan kiri
mereka. Allah Ta’ala berfiman,
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيهْ. وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيهْ. يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ. مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيهْ. هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيهْ. خُذُوهُ فَغُلُّوهُ. ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ. ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعاً فَاسْلُكُوهُ
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya dari
sebelah kirinya, maka dia berkata:"Wahai alangkah baiknya kiranya tidak
diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap
diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu,
Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan
dariku". (Allah berfirman):"Peganglah dia lalu belenggulah tangannya
ke lehernya". Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang
menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh
hasta”. (QS Al Haaqqah:
25-32).
Semoga Allah memasukkan kita termasuk
orang-orang yang menerima kitab catatan amal perbuatan dengan tangan kanannya.
Oleh karena itu, konsekwensinya, kita harus selalu berusaha menjaga keselamatan
diri dengan menjaga dan meningkatkan keislaman kita. Antusiasme inilah yang
menjadi bukti kongkrit kebaikan jiwanya, kelurusan manhajnya serta kesempurnaan
hidayahnya dari Allah Ta’ala. Agama bagi seorang muslim akan menjadi pemandu
yang akan bisa mengantarkannya menuju kebahagiaan di dunia, serta
merealisasikan kebahagiaan dan derajat yang tinggi di akhirat. Dalam din
(agama) ini terdapat penjelasan dan petunjuk yang bisa menjadi pedoman,
penyelamat dari berbagai kesesatan, menjauhkan seorang muslim dari jalan
kesengsaraan, kerugian maupun kebinasaan.
Rasulullah,
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang yang sangat
menginginkan kebaikan umatnya, yang sangat cinta kepada umatnya, telah
menunjukkan satu adab peri laku terpuji; sebuah adab yang bisa mendatangkan berbagai
kebaikan. Dengan adab ini, din seseorang bisa menjadai baik, dan juga bisa
mengantarkan kesuksesan seseorang meraih Ridha Allah Ta’ala. Disebutkan dalam
sebuah hadits, dari seorang sahabat, yaitu Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ,
beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
“Diantara bukti kebaikan Islam seseorang ialah, dia
meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya”. (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi rahimahullah,
Ibnu Majah Rahimahullah di dalam kitab sunan mereka, Ibnu Hibban Rahimahullah
dalam kitab shahih beliau dengan sanad yang hasan).
Kaum
muslimin, Rahimanillah wa iyyakum ajma’in,
Orang yang
memiliki kwalitas keislaman yang baik, maka dia akan meninggalkan
perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan yang tidak penting dan yang tidak
mendatangkan manfaat baginya. Karena Islam menuntut pemeluknya agar melaksanakan
hal-hal yang diwajibkan, serta menjauhi dan meninggalkan segala yang
diharamkan, ataupun perkara yang masih belum jelas hukumnya, yang disebut
dengan istilah mutasabihat. Seseorang itu juga tidak akan berlebihan dalam
masalah-masalah yang mubah. Dengan demikian, ia akan senantiasa menghiasi
dengan hal-hal yang bisa meluruskan dan mengokohkan aqidahnya, menyempurnakan
kwalitas imannya, meluruskan amalnya.
Sebaiknya, ada
juga orang-orang yang menyia-nyiakan waktu yang berharga, menghabiskannya
dengan perbuatan sia-sia, menyibukkan dengan sesuatu yang bisa menyeretnya ke
dalam penderitaan berkepanjangan tanpa akhir. Dengan demikian, dia telah
menjauhkan dirinya dari hal-hal yang penting, yang bisa mengangkat derajatnya,
akibatnya ia menjadi orang yang merugi tiada terkira.
Semoga Allah
senantiasa memberikan petunjuk dan senantiasa menolong kita dalam menjalankan
ketaatan, menjauhkan kita dari golongan orang-orang yang celaka.
Kaum muslimin, Rahimahillahu wa iyyakum ajma’in,
Diantara bentuk menyibukkan diri dengan
sesuatu yang tidak penting ialah sibuk mempelajari ilmu-ilmu yang tidak penting
dan melalaikan ilmu yang lebih penting, yaitu ilmu yang bisa membuat hati menjadi
baik, jiwa menjadi bersih serta mendatangkan manfaat bagi saudaranya sesame
muslim.
Termasuk juga dalam katagori perbuatan
sia-sia, yaitu seseorang membicarakan sesuatu yang bukan bidangnya, dan dia
juga tidak diminta untuk berbicara atau mengeluarkan pendapatnya. Tujuannya
hanyalah Refresing, menghabiskan waktu serta menarik perhatian orang lain.
Terkadang hal-hal ini bisa menyeret seseorang untuk membicarakan
masalah-masalah yang tidak pantas untuk dibicarakan, seperti membicarakan perbuatan
nista yang bisa membangkitkan nafsu syahwat, menceritakan aurat, melontarkan
tuduhan-tuduhan keji kepada orang-orang baik.terkadang tidak cukup sampai disitu,
ditambah lagi dengan perkataan dusta dan kotor. Dan masih banyak lagi,
contoh-contoh perbuatan sia-sia yang dihiasi oleh setan agar menarik dilakukan
oleh manusia. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari segala tipu daya
setan.
Kaum muslimin, Rahimanillahu wa iyyakum ajma’in,
Kini kita harus
berusaha, agar terhindar dari perbuatan sia-sia tersebut. Di antara yang bisa
membantu untuk meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat, maka hendaklah
seseorang menyadari bahwa kewajiban-kewajiban yang dibebankan di pundaknya
sangatlah banyak, sementara usia kita pendek. Dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dalam hadits yang dibawakan oleh Imam Tirmidzi Rahimahullah,
Ibnu Majah Rahimahullah dalam kitab sunan mereka dan al-Hakim
Rahimahullah dalam kitab al-Mustadrak dengan sanad yang shahih, melalui
jalan Abu Hurairah Rahimahullah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
َأعْمَارُ أُمتي مَا بَيْنَ الستيْنَ إلَى السَبْعيْنَ وَ أَقَلهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلكَ
“Usia umatku antara enam puluh sampai
tujuh puluh, dan sedikit sekali yang usianya lebih dari itu.
Sebagian ahlu ilmi mengatakan, usia
sependek ini hampir-hampir tidak cukup untuk melaksanakan kewajiban, lalu
adakah waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat? Juga kesadaran
seseorang mengenai singkatnya kehidupan manusia di dunia, sementara kehidupan
akhirat yang panjang dan berat menanti di depan mata. Kesadaran seperti ini
juga dapat membantunya untuk meninggalkan perbuatan sia-sia. Sebab dengan
kesadaran ini, dia akan memanfaatkan waktunya seoptimal mungkin, menyiapkan
bekal sebanyak-banyaknya, sebagai persiapan menempuh kehidupan hakiki.
Kaum muslimin, Rahimanillahu wa iyyakum
ajma’in,
Hendaklah kita
juga memahami bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungan jawab mengenai
usia, bagaimana usianya dihabiskan? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi dalam kitab Jami’nya dengan sanad yang shahih dari sahabat Abu
Barzah al-Aslami Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْد يَوْمَ اْلقيَامَة حَتى يُسْأَلَ عَنْ عُمْره فيْمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ علْمه فيْمَ فَعَلَ فيه وَعَنْ مَاله منْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفيْمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جسمه فيمَ أَبْلاَهُ
“Tidak akan bergeser telapak kaki seorang hamba pada
hari Kiamat sampai ia (selesai) ditanya tentang usia, untuk apa usianya dipergunakan;
tentang ilmunya, apa yang diperbuat dengannya; tentang harta, darimana harta
itu diperolehnya dan dipergunakan untuk apa; tentang badannya, apa yang diperbuat
dengannya?
Empat hal yang dipertanyakan kelak di
akherat terhadap diri manusia ini adalah;
1.
UMUR
- Contoh Umur yang panjang tapi tidak
bermanfaat; Fir’aun, Qarun
- Imam Nawawi, usianya hanya 40 tahun tapi
karyanya banyak; Riyadush Shalihin, Hadits Arbain dll.
- Allah memberikan umur kepada manusia,
jadikanlah umur itu berkah.
- Pada bulan Ramadhan ada satu malam dinamakan
lailaltul qadar, yaitu sama dengan nilai 1000 bulan, yaitu 80 tahun empat
bulan.
- Manfaatkan sisa-sisa waktu untuk beribadah
kepada Allah, lalukan amal segera, jangan menunggu-nunggu dan menunda-nunda.
- Ada orang yang bingung dan stress karena
masuk waktu pensiun, tidak tahu apa yang harus dikerjakan, padahal bisa
dimanfaatkan untuk membaca Al Qur’an dan beramal ibadah.
- Banyak pahala diperoleh dari membaca Al
Qur’an.
2.
ILMU
-
Ilmu
yang diperoleh bila dijadikan untuk menumpuk pengetahuan tidak ada manfaatnya
tanpa diamalkan.
-
Dapat
ilmu tentang busana muslimah, aqidah yang benar, ilmu tentang shalat dll, hasil
dipraktekkan, nanti akan dipertanggungjawabkan di akherat.
-
Orang
yang berilmu harus hidupnya kokoh dengan praktek amalnya dalam kehidupan
sehari-hari. Keuntungan di dunia, ilmu akan awet, akherat, ilmu
3.
HARTA
-
Masalah
Harta ketika di akherat ditanyakan” Dari mana diperoleh” dan “Kemana dibelanjakan”.
-
Kata
Rasulullah, Orang fakir dan miskin lebih dahulu masuk syurga dibandingkan orang
kaya, bedanya setengah hari [500 tahun].
-
Bila
kita jadi orang kaya, maka persiapkan jawabannya kelak di hadapan Allah.
-
Setiap
rupiah yang diterima dipertanyakan asal
usulnya, dan setiap rupiah kekayaan yang dibelanjakan dipertankan, kemana saja
dibelanjakannya.
-
Rezeki
yang kita terima semuanya dari Allah, maka harus dibelanjakan sesuai dengan
yang dikehendaki Allah.
-
4.
ANGGOTA
BADAN
-
Untuk
apa anggota badan yang kita miliki, telinga, mata, kaki, tangan dll.
-
Kaki
dipertanyakan, apakah untuk menghadiri pengajian atau ke tempat maksiat.
-
Tangan,
apakah digunakan untuk menulis sms berupa nasehat atau untuk maksiat.
-
Semua
anggota badan dipertanyakan
Kaum muslimin, Rahimanillahu wa iyyakum ajma’in,
Perlu kita ingat juga, bahwa semua kata yang
diucapkan oleh seseorang, semuanya tercatat dan akan mendapatkan balasan.
Setiap kata yang terucap akan diminta pertanggungan jawab. Jika baik, maka
kebaikan yang akan kita dapatkan. Sebaliknya, jika jelek, maka kejelekan pula
yang akan menimpa kita. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيد.ِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ
عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ .مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا
لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika
dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan
dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf: 16-18)
Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik Rahimahullah dalam kitab al
Muwattha’, Imam Ahmad Rahimahullah dalam kitab Musnadnya, Imam Tirmidzi Rahimahullah,
an Nasa’i Rahimahullah, Ibnu Majah Rahimahullah dalam kitab sunan
mereka dengan sanad yang shahih dari Alqamah al Laitsi, dari Bilal bin Harits Rahimahullah,
ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إن الرجل ليتكلم بالكلمة من رضوان الله ما كان يظن أن تبلغ ما بلغت ؛ يكتب الله له بها رضوانه إلى يوم يلقاه وإن الرجل ليتكلم بالكلمة من سخط الله كان يظن أن تبلغ ما بلغت ؛ يكتب الله له بها سخطه إلى يوم يلقاه
“Sesungguhnya
ada seseorang mengucapkan satu kalimat di antara kalimat yang diridhai Oleh
Allah. Dia tidak mengira (bahwa) satu kata (yang diucapkan) itu akan bisa mencapai
apa yang dicapai, yaitu Allah mencatat bagi orang ini keridhaanNya sampai
(kedatangan) hari perjumpaan dengan Allah. Sesungguhnya ada seseorang mengucapkan
satu kalimat di antara kalimat yang dimurkai oleh Allah. Dia tidak mengira
(bahwa) satu kata (yang diucapkan) itu akan bisa mencapai apa yang dicapai,
(yaitu) Allah mencatat bagi orang ini kemurkaanNya sampai (kedatangan) hari perjumpaan
dengan Allah”.
Alqamah berkata, “Hadits (dari) Bilal ini
telah mencegahku dari mengucapkan banyak kalimat.”
Kaum muslimin, Rahimanillahu wa iyyakum ajma’in,
Oleh karenanya, marilah kita bertakwa
kepada Allah, dengan selalu berbuat sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam, meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak
bermanfaat. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang
senantiasa melaksanakan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan
akhirat. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapat
petunjuk.
“Kaum muslimin, Rahimanillahu wa iyyakum ajma’in,
Dengan memahami uraian diatas, sebagai
orang yang berakal, yang mengaharapkan pertolongan Allah pada hari akhir nanti,
maka hendaklah kita memperhatikan keadaan diri kita, dengan menjaga lisan serta
memperhatikan waktu yang kita miliki. Hendaknya juga menghitung lalu
membandingkan antara perkataan dan perbuatan yang telah kita perbuat.
Barangsiapa yang menghitung perkataannya lalu membandingkan dengan amalnya, dia
akan sedikit berbicara.
Mengapa demikian? Karena, sebagaimana
dikatakan oleh al Hafizh Ibnu Rajab Rahimahullah, bahwa kebanyakan yang
dimaksud dengan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah menjaga lisan
dari perkataan sia-sia. Mulai saat ini, marilah kita berusaha menjaga diri
masing-masing dari perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Literatur:
1. Majalah as-Sunnah, Solo. Edisi 09/Tahun
IX/1426H/2005M.
2. Ustadz. Muhammad Zain, Terjebak macet di
Akherat, Rodjatv
3. Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah Praktis,
2009
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِي
Tidak ada komentar:
Posting Komentar