Kamis, 06 November 2014

138. Perbandingan dunia dan akherat





Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan  IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 07 Nofember  2014.M / 14 Muharam 1434.H


إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
 أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Kembali kita menyampaikan puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita sehingga dengan rahmat itu kita masih dapat menikmati kehidupan ini dengan baik, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat manusia agar selamat hidupnya di dunia  hingga akherat.

            Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya taqwa melalui pembuktikan amal shaleh sehari-hari yang dipraktekkan secara umum ataupun ritual karena memang kewajiban manusia di dunia ini hanya semata-mata untuk mengabdi kepada-Nya.

Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala

            Kita meyakini bahwa kehidupan yang akan dilalui manusia kelak setelah terjadinya kiamat adalah alam akherat yang sebelumnya manusia hidup disuatu tempat namanya alam ruh, ketika berada dalam rahim seorang itu maka ruh tadi ditiupkan Allah sebagai cikal bakal manusia baru, selama lebih kurang enam puluh tahun manusia tadi hidup di dunia dengan suka dan dukanya, puncak dari semua itu adalah alam akherat yang menentukan nasib manusia selama-lamanya, abadi dan kekal didalamnya, apakah di syurga atau dalam neraka.
Perbedaan nilai kehidupan dunia dan akherat digambarkan oleh Allah dengan perbandingan yang sangat jauh, akherat adalah kehidupan yang kekal abadi sedangkan dunia adalah kehidupan yang sementara dan sebentar, itu saja sudah menunjukkan perbedaan, apalagi kenikmatan dunia dibandingkan kenikmatan akherat tentu jauh berbeda, sebagaimana firman Allah dalam beberapa ayat ini;

"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, Maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?[ Al Qashash 28;60]

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya"[Al Baqarah 2;25].

Dua alam ciptaan Allah, alam dunia dan alam akhirat, mutlak berbeda dalam karakteristik dan esensi wujudnya.Walaupun begitu setiap manusia pasti memasuki dan bergumul di dalamnya.Tak seorang pun dapat menghindar dari keberadaan di dalam alam dunia dan alam akhirat.

Oleh karena kedua alam, baik secara realitas sejatinya ataupun karakteristiknya berbeda, setiap manusia diberikan potensi untuk dapat menyempurnakan eksistensi dirinya di dalam kedua alam tersebut sehingga dapat meraih puncak kesempurnaannya. Meskipun pada kenyataannya sebagian besar manusia justru mengalami kegagalan sebelummerealisasikan kesempurnaannya secara utuh..
 
Alam dunia, dengan segala watak dan karakteristiknya, adalah sebuah perjalanan sedangkan alam akhirat adalah persinggahan terakhir kita, kampung halaman, dan rumah kita yang abadi.

Oleh karena itu meskipun kita dilahirkan di dunia, dan dunia menjadi tempat tinggal kita sekarang ini, namun realitas sejatinya, setidak-tidaknya secara spiritual, sedang berjalan jauh menuju tempat kembali hakiki kita, alam keabadian, alam akhirat. Di sanalah kita akan dihadapkan kepada berbagai peristiwa eskatologis yang belum pernah kita jumpai selama hayat kita.

Di tempat kembali itu masing-masing individu benar-benar akan merasakan sebagai makhluk moral yang harus mempertanggungjawabkan seluruh sepak terjang kita selama di dunia.

Di sana pula akan terbukti jati diri kita yang sebenarnya, menjadi individu yang sejatinya terhormat mencapai kebaikan tertinggi atau bahkan menjadi hina dina terjerembab ke dalam lumpur keburukan.

Allah Swt telah menunjuki manusia jalan agar dapat mencapai tempatnya yang layak dalam penciptaan, di surga-Nya.Sebagai manusia bahkan kita diperintahkan agar menempuh jalan-Nya meskipun harus berjalan mendaki lagi sukar.

Tidak sepatutnya di dunia yang fana ini menjadi tumpuan hidup. Tidak sepatutnya pula kita bermegah-megah karena tunduk kepada pesonanya dan tidak menjadikannya sebagai medan perjuangan untuk menghimpun aset untuk kembali ke rumah asalnya. 
”Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?” (QS, al-Balad [90]: 11).

Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Bukan harta yang akan menjadi aset kehidupan akhirat kita. Bisa jadi harta menjadi simbol kemuliaan dunia.Akan tetapi di balik simbol itu ada nilai tanggungjawab moral yang harus ditunaikan.

Dalam satu riwayat dikatakan, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Kemuliaan umur dan waktu lebih bernilai dibandingkan dengan kemuliaan harta.”Bahkan harta bisa memperbudak orang yang mencintainya. Orang yang menjadikan kekayaan harta benda sebagai standar keagungan seseorang akan membenci kematian.
Padahal kematian itu adalah pintu pertemuan dengan Allah Swt yang pasti akan diketuk oleh setiap manusia. Bahkan karena cintanya kepada harta ia tidak rela berpisah darinya.

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa.Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS. Al-An’aam [6] : 32)

Dengan ayat di atas Allah menyatakan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sendau gurau dan permainan.Jika demikian, tentu menjadi sebuah kesalahan apabila kita selalu mengkonsentrasikan diri dalam dunia ini, menguras fikiran dan gagasan hanya untuk pengetahuan yang bersifat sementara ini. Sungguh menyedihkan, jika kita mengaku sebagai muslim hanya memahami akhirat sebatas kehidupan lanjutan setelah kematian, lalu di sana terdapat surga untuk orang-orang yang baik dan orang-orang durhaka akan dimasukkan ke dalam neraka.
Padahal kematian adalah pasti, akhirat selalu menanti. Bukankah sebuah kebodohan jika kita tidak mengerti dengan detail akan ilmu tentang sebuah kampung setiap saat menanti itu? Di sana ada kegelapan barzakh, di sana ma’syar, di sana sirath, di sana ada tak terhitung nikmat, di sana ada tak terbayangkan kengerian dahsyatnya siksa yang menanti. Bahkan Rasulullah SAW pun pernah menatapnya.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas,"Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW, para sahabat berkata, 'Ya Rasulullah, kami melihat engkau memetik sesuatu, kemudian kami melihat engkau berbalik.'Rasulullah berkata 'Aku melihat surga dan mencoba memetik setangkai buahnya. Seandainya aku berhasil memetiknya, engkau pasti akan memakannya sampai akhir zaman. Dan aku melihat api neraka. Aku tidak pernah melihat sesuatu yang begitu mengerikan dan menakutkan'."

Mengetahui berita tentang akhirat, tentu bukan untuk berlomba-lomba menumpuk ilmu di dalam kepala semata.Melainkan agar benar-benar menghadirkan nuansa kenikmatan syurga kemudian memotivasi diri bahwa Allah benar-benar telah menyiapkan tempat mulia itu bagi hamba-hambaNya yang setia. Dan juga untuk menghadirkan rasa kengerian akan api neraka, sehingga kita bersama-sama berusaha menjauhkan diri darinya.

Jadi sangat berbeda dengan berita-berita duniawi yang setiap hari kita nikmati, yang kini cenderung mendidik menjadi masyarakat yang kritis, namun satu sisi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat hidup di dunia hanya menjadi janji manis, apalagi untuk kesejahteraan kehidupan di kampung keabadian kelak, mungkin hampir tak terpikirkan.
بَارَكَاللهُلِيْوَلَكُمْفِيالْقُرْآنِالْعَظِيْمِ،وَنَفَعَنِيْوَإِيَّاكُمْبِمَافِيْهِمِنَاْلآيَاتِوَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُقَوْلِيْهَذَاوَأَسْتَغْفِرُاللهَالْعَظِيْمَلِيْوَلَكُمْ

Literatur:
1.      Al Qur’an dan Terjemahannya, Depag RI
2.      Ustadz Abu Ridha, Antara Nafsu Dunia dan Kemuliaan Akhirat, Eramuslim, Rabu, 30/06/2010 13:40 WIB
3.      Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah Praktis, 2009
4.      Panggih Waluyo,Apa Kabar Akhirat?, Republika OnlineJumat, 06/05/2011 13:20 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar