Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Nurut
Taufiq
Jorong Panyalai
Nagari Cupak
Kecamatan Gunung
Talang
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 26 September
2014.M / 01 Zulhijjah 1435.H
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,
Marilah
kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
keadaan apapun. Sesungguhnya dengan bertakwa kepada-Nya seseorang akan diberikan
jalan keluar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari berbagai kesulitan
yang dihadapinya.
Hadirin rahimakumullah,
Kita
semua adalah makhluk yang lemah dan senantiasa membutuhkan pertolongan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Maka, janganlah orang yang sehat dan kuat tertipu dengan
kekuatannya, sehingga merasa dirinya bisa melakukan apa saja yang
dikehendakinya tanpa memohon pertolongan Rab-nya. Sebaliknya, jangan
pula orang yang tertimpa musibah atau dalam kondisi lemah berputus asa dari
rahmat-Nya.Ingatlah bahwa putus asa adalah sifat yang sangat tercela. Orang
yang berputus asa sama artinya telah berburuk sangka kepada Rab-nya,
serta menganggap bahwa rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu sangat
sedikit terhadap hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
mengabarkan perkataan Nabi-Nya Ibrahim ‘alaihissalam,
“Telah
berkata (Ibrahim ‘alaihissalam), ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat
Rabb-nya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (QS. Al-Hijr: 56).
Hadirin
rahimakumullah,
Marilah
kita senantiasa mencontoh akhlak para nabi, yang senantiasa yakin akan
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya Allah Subhanahu
wa Ta’ala sebutkan tentang Nabi-Nya, Ibrahim ‘alaihissalam yang
berkata,
“Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah)
yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy-Syu’ara: 80)
Begitu pula
tentang Nabi-Nya, Ayyub ‘alaihissalam,
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia
berdoa kepada Rabb-Nya, ‘Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang’.” (QS.
Al-Anbiya’: 83)
Hadirin
rahimakumullah,
Demikianlah
keadaan sosok orang-orang yang mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala
dengan pengenalan yang sebenar-benarnya. Sehingga dengan sebab itu, mereka
menjadi orang-orang yang senantiasa yakin akan pertolongan Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan senantiasa berprasangka baik kepada-Nya. Begitu pula, dengan
sebab keimanan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kokoh
menancap di dalam hatinya, mereka menjadi orang yang yakin bahwa Allah Subhanahu
wa Ta’ala Mahakuasa untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya dan
bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat luas rahmat-Nya serta
sangat besar kebaikan dan keutamaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Dalam
kehidupannya di dunia, setiap orang tentu sangat mungkin untuk jatuh
sakit.Bahkan terkadang dalam satu waktu seseorang bisa terkena beberapa jenis
penyakit. Maka perlu kiranya kita ingatkan, bahwa orang yang sedang sakit
disyariatkan baginya untuk memerhatikan dua perkara, yaitu:
Pertama,
tidak mengucapkan kata-kata atau melakukan perbuatan yang menunjukkan
ketidaksabaran terhadap ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
dirinya. Namun dia harus bersabar atas ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala
pada dirinya. Karena kesabaran seorang muslim menandakan keimanan dirinya,
sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
sabdanya,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ
خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أصَابَتْهُ سَرَّاءُ
شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَه
“Sungguh menakjubkan keadaan
seorang muslim, (karena) sesungguhnya semua urusannya berakibat baik (baginya),
dan yang demikian ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang muslim,
(yaitu) apabila mendapat nikmat dia bersyukur sehingga akibatnya baik baginya
dan apabila tertimpa musibah dia bersabar dan akibatnya (juga) baik baginya.”
(HR. Muslim dan yang lainnya)
Begitu
pula hendaknya orang yang sakit juga melakukan introspeksi diri dari
kesalahan-kesalahannya. Karena musibah yang menimpa seseorang merupakan akibat
dari kesalahannya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di
dalam firman-Nya,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu
adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Sehingga dengan kesabarannya dan upaya mengintrospeksi diri
tersebut akan menjadi sebab terhapuskan dosa-dosanya.
Hadirin rahimakumullah,
Adapun
perkara kedua yang perlu diperhatikan oleh orang yang sakit adalah berobat
dengan pengobatan yang bermanfaat.Tidak boleh baginya untuk mencari
bentuk pengobatan yang menyelisihi syariat. Hal ini karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah menetapkan bahwa segala penyakit itu ada obatnya. Maka
hendaknya yang dia lakukan adalah berusaha untuk mencari tahu tentang obat atau
tatacara pengobatannya, karena tidak setiap orang mengetahuinya. Al-Imam Muslim
rahimahullah di dalam kitab Shahih-nya menyebutkan dalam
salah satu hadits yang beliau riwayatkan dengan sanadnya melalui jalan sahabat
Jabir bin Abdillah radhiallahu‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ
دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit ada
obatnya, apabila obat penyakit tersebut mengenai (orang yang sakit), maka dia
akan sembuh atas izin Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim)
Hadis tersebut dan yang
semisalnya menunjukkan bahwa orang yang sakit tidak dilarang untuk berobat.
Begitu pula berobatnya orang yang sakit tidaklah berarti menentang ketetapan
Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta tidak pula bertentangan dengan
kewajiban bertawakkal kepada-Nya. Bahkan orang yang berobat ibarat orang yang
berusaha menghilangkan rasa lapar dan hausnya dengan makan dan minum.Tentunya
hal tersebut sebagaimana telah kita ketahui bersama merupakan perkara yang
tidak terlarang. Bahkan berobat selama menggunakan cara yang tidak bertentangan
dengan syariat merupakan salah satu bentuk usaha yang menunjukkan benarnya
tawakkal seseorang. Di samping itu, telah menjadi sunnatullah bahwa
segala sesuatu telah ditetapkan sebab untuk mendapatkannya. Sehingga justru
dengan berobat akan menjadi sebab semakin sempurnanya tauhid seseorang.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah,
bahwa berobat yang sesuai dengan syariat secara umum bisa dilakukan dengan dua
cara. Cara yang pertama adalah berobat dengan menggunakan ayat-ayat Alquran
atau dengan doa-doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Yaitu dengan cara dibacakan ayat dan doa tersebut dengan diniatkan untuk
mengobati pada bagian yang terkena sakit. Pengobatan cara seperti ini disebut
dengan istilah ruqyah. Cara ini, dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala,
akan menjadi sebab sembuhnya orang yang terkena penyakit. Karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah memberitakan kepada kita bahwa kalam-Nya adalah obat.
Sebagaimana pula telah disebutkan dalam banyak hadis yang menunjukkan
disyariatkannya pengobatan dengan cara ini. Di antaranya disebutkan dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullah dalam Shahih-nya,
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى
نَفْسِهِ بِالمُعَوِّذَاتِ
“Bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dahulu apabila terkena sakit beliau membaca untuk (mengobati)
dirinya dengan mu’awwidzat (yaitu surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas).”
(HR. Muslim)
Adapun
cara yang kedua adalah berobat dengan menggunakan pengobatan yang bermanfaat
dan diperbolehkan secara syariat. Adapun obat-obatan yang terbuat dari sesuatu
yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak boleh
dijadikan sebagai obat. Hal ini sebagaimana disebutkan Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, ketika ada salah seorang sahabat yaitu
Thariq bin Suwaid radhiallahu ‘anhu menanyakan tentang khamr,
yaitu sesuatu yang memabukkan, untuk dijadikan sebagai obat. Maka beliau
menjawab,
إِنَّهُ لَيْسَ بِدَوَاءٍ وَلَكِنَّهُ دَاءٍ
“Sesungguhnya
(khamr) itu bukan obat, bahkan (khamr)itu adalah penyakit.” (HR. Muslim)
Hadirin
rahimakumullah,
Termasuk
pengobatan yang tidak diperbolehkan adalah pengobatan dengan sesuatu yang tidak
ada kaitannya dengan penyakit.Misalnya dengan mengikatkan benang di leher atau
di tangan, dengan maksud untuk menghilangkan penyakit yang mengenainya atau
untuk mencegah datangnya penyakit.Perbuatan ini bahkan dikategorikan sebagai
perbuatan syirik yang bisa mengurangi kesempurnaan iman, bahkan bisa
menghilangkannya. Oleh karena itu, apa yang dilakukan sebagian orangtua dengan
mengalungkan benang di leher atau di tangan anaknya ketika ingin mengobatinya
dari penyakit panas atau yang semisalnya adalah cara pengobatan yang dilarang
dalam syariat. Karena benang atau semisalnya yang dikalungkan itu tidak ada
kaitannya secara langsung untuk mengurangi atau menghilangkan penyakit. Oleh
karena itu, disebutkan dalam hadis, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
ketika mendapatkan ada sahabatnya yang mengenakan sejenis logam di lengannya
untuk menghilangkan sakit pada lengannya tersebut, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan,
انْزِعْهَا فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا،
فَإِنَّكَ لَوْ مُتَّ وَهُوَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا
“Lepaskan
dan buanglah (logam yang engkau lingkarkan di tanganmu), karena sesungguhnya
(apa yang kamu lingkarkan di tanganmu itu) tidak akan membuat engkau kecuali
semakin lemah.Seandainya engkau mati dalam keadaan masih memakainya, sungguh engkau
tidak akan mendapatkan keberuntungan selamanya.” (HR. Ahmad dengan sanad
yang dikatakan baik oleh sebagian para ulama)
Hadirin
rahimakumullah,
Akhirnya,
marilah kita senantiasa berhati-hati dalam masalah yang berkaitan dengan
pengobatan dan tatacaranya.Jangan sampai keinginan untuk mendapatkan kesembuhan
baik untuk diri kita, keluarga kita, atau yang lainnya, membuat kita tidak
memerhatikan aturan yang telah disyariatkan. Ingatlah! bahwa sakit yang menimpa
seseorang itu tidaklah seberapa dibandingkan siksa Allah Subhanahu wa
Ta’ala di akhirat kelak. Maka janganlah kita mengorbankan agama kita
dengan terjatuh pada pelanggaran dan menyalahi syariat-Nya, terkhusus dalam
masalah berobat.Begitu juga dalam masalah yang lainnya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu
wa Ta’ala senantiasa menjaga dan menunjuki kita semua ke jalan yang
diridhai-Nya. Wallahu a’lamu bish-shawab.Walhamdulillahi rabbil ’alamin.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Marilah
kita berusaha untuk mengenal Rabb kita dengan sebenar-benarnya. Semakin
mengenal-Nya, maka kita akan semakin mengerti apa yang harus kita lakukan dalam
kehidupan di dunia ini. Seseorang yang mengetahui Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah Rabb yang memiliki sifat hikmah dan Maha Mengetahui apa yang terbaik
bagi hamba-hamba-Nya, tentu akan bersabar dan tetap istiqamah di atas
syariat-Nya. Karena dia mengerti bahwa di balik datangnya musibah itu ada
hikmah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki. Di antaranya adalah
sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.Sehingga dengan ujian tersebut
terbedakanlah antara orang yang bersabar dengan yang tidak bersabar. Oleh
karena itu, seseorang yang telah mengenal Rab-nya tidak akan melanggar
syariat-Nya tatkala dirinya ditimpa musibah. Termasuk dalam hal ini adalah yang
berkaitan dengan masalah berobat. Seorang muslimtentu tidak akan mengorbankan
agamanya, dengan melakukan pengobatan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Hadirin
rahimakumullah,
Termasuk
dari cara berobat yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah cara pengobatan dengan mendatangi para dukun atau yang semisalnya.
Bahkan para ulama telah menghukumi para dukun atau tukang ramal sebagai
orang-orang kafir.Karena mereka dalam praktik pengobatannya menggunakan bantuan
dan beribadah kepada setan.Begitu pula, karena mereka adalah orang-orang yang
terang-terangan atau sembunyi-sembunyi mengaku bahwa dirinya bisa mengetahui
perkara yang ghaib. Maka tidak boleh bagi orang yang menderita sakit untuk
mendatangi dukun atau orang-orang yang dianggap bisa meramal nasib atau
mengetahui apa yang akan terjadi di masa datang. Begitu pula tidak boleh bagi
kaum muslimin untuk membenarkan berita yang datang dari mereka.
Hadirin
rahimakumullah,
Di
dalam Shahih-nya, Al-Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ
تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً
“Barangsiapa
mendatangi dukun dan menanyakan sesuatu (kepadanya) maka tidak akan diterima
shalatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lainnya disebutkan,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا وَصَدَّقَهُ بِمَا
يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa
mendatangi dukun dan membenarkan ucapannya maka dia telah mengingkari wahyu
yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Muslim)
Kedua hadis tersebut dan
hadis-hadis lainnya yang semakna menunjukkan larangan dan ancaman yang sangat
keras bagi orang yang mendatangi serta membenarkan berita dari dukun dan yang
semisalnya.
Hadirin
rahimakumullah,
Perlu
diketahui bahwa pada masa sekarang banyak praktik perdukunan yang dikemas dalam
bentuk praktik pengobatan.Oleh karena itu, jangan sampai kita tertipu dengan
istilah-istilah yang mereka pakai untuk mengaburkan keadaan mereka yang
sesungguhnya.Janganlah kita tertipu dengan istilah ruqyah, pengobatan
alternatif, atau yang semisalnya yang mereka gunakan dalam praktik perdukunan
mereka.Janganlah kita tertipu ayat-ayat Alquran yang mereka gunakan.Karena
mereka menggunakannya tidak sebagaimana mestinya.Begitu pula janganlah kita
tertipu dengan penamaan diri mereka dengan sebutan paranormal, orang pintar,
tabib, bahkan kyai atau ustadz sekalipun. Berhati-hatilah dalam perkara ini
dengan bertanya kepada para ulama atau penuntut ilmu yang kokoh di atas agama
Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita tidak melanggar syariat-Nya.
Sungguh mereka adalah orang-orang yang sangat berbahaya dan tidak ada
kebaikannya.
Maka sudah semestinya bagi kaum
muslimin untuk tidak mendatangi praktik-praktik perdukunan yang mereka lakukan,
serta tidak menyaksikan pertunjukan-pertunjukan yang menggunakan bantuan setan
yang mereka peragakan.Sebagaimana pula hendaknya pemerintah melarang praktik
dan pertunjukan tersebut. Karena semua itu bertentangan dengan syariat Allah Subahanahu
wa Ta’ala. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa
memberikan hidayah-Nya kepada kita dan para pemimpin bangsa kita sehingga bisa
menjalankan syariat-Nya. [Pengobatan dan Pemurnian Aqidah, Tim Kajian Dakwah Al
Hikmah]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْ
KHUTBAH
KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ. عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ،إِنَّاللهَيَأْمُرُكُمْبِالْعَدْلِوَاْلإِحْسَانِوَإِيتَآئِذِيالْقُرْبَىوَيَنْهَىعَنِالْفَحْشَآءِوَالْمُنكَرِوَالْبَغْيِيَعِظُكُمْلَعَلَّكُمْتَذَكَّرُوْنَ.
وَلَذِكْرُاللهِأَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar